(Ingin kucurahkan, ingin kukatakan,
dan ingin kusampaikan tentang cinta yang masih membelenggu)
Dani
meraung dalam batin. Mungkin ini hal yang paling bodoh dia lakukan, bahkan
sampai saat ini, ia terus mengejar Evi yang menganggapnya bukan apa-apa lagi, pembohong
dan penghianat yang tak tahu diri.
“Memangnya
kamu pikir kamu siapa? Seenaknya minta balikan lagi.”
Setelan
kalimaat-kalimat yang diucapkan Evi dengan lantang, menusuk dan lebih terkesan
sebagai penghalang mimpi, mimpi Dani untuk kembali dengan sang mantan.
“Maafkan
aku, aku tahu ini semua salahku.”
“Aku
janji kalau kamu mau menerimaku kembali, aku akan membahagiakan kamu dan
menjadi seperti yang kamu mau.”
Dan,
sejumlah rayuan juga janji lain.
Namun,
Evi tidak ingin jatuh ke lubang yang sama.
Setiap
melihat wajah Dani yang telah membuatnya merasakan yang namanya patah hati,
mimpi buruk, perasaan galau, dan pedih hingga membuatnya muak, merasa tidak
sudi lagi untuk membuka hati kedua kalinya.
Begitu
sakit rasanya dikhianati cinta yang telah mengindahkan batinnya dulu.
Evi
melangkahkan kaki. Petang telah larut.
Gadis
berambut panjang itu tak punya waktu merenungi buaian dan semua gombalan Dani
yang dianggapnya omong kosong, tentangya yang ingin kembali. Banyak hal yang
masih bisa dilakukan daripada terus mendengar bualannya. Sebuah hobby menulis
yang ia mulai tekuni dengan melakukan privat, sejak putus dari Dani.
***
Hanya
memikirkan cara supaya bisa menggait cintanya. Dani merasa yakin pasti masih
ada celah untuk masuk di relung hati gadis itu.
Bermula
selalu memberikan bunga mawar, selalu membawakan sarapan roti seperti saat
pacaran dan memberikan kejutan-kejutan
lain yang tak terduga, dulu itu semua bisa membuat Evi tersungging manis.
Namun,
harapan Dani sia-sia dan dia tak pernah menduga tentang sang mantan bukanlah
cewek yang seperti dulu lagi bisa dengan mudah diluluhkan. Sejauh apapun mencoba melakukan yang terbaik tidak ada
penglihatan lagi, sebab Evi memang sudah terlanjur sakit, sama sekali tidak mau
lagi kembali menjalin cinta bahagia seperti dulu.
“Vi,
please katakan padaku apa yang harus aku lakukan supaya kamu mau kembali
kepadaku?”
Sesaat
Evi duduk mencoba menarik Dani berdiri, roman wajahnya nampak mencair. Kedua
matanya memerah hingga meneteskan butir air mata.
“Maafkan
aku, aku tidak bisa.”
Atmosfer
kemendungan menyesaki taman kota tempat mereka sekarang. Menahan cinta di
antara pohon pinus dan bunga-bunga yang bermekaran.
“Sekali
lagi aku minta maaf.”
Evi
mengangkat bahu, lantas ingin pergi. Dengan cepat Dani mencoba merangkul
tangannya.
Sakit.
Suasana yang menyalahkan alarm di hati Dani yang begitu dalam. Evi melepaskan
genggaman tangannya, menjauh dan perlahan menghilang.
Mimpi terlarang itu
ternyata ketika ingin kembali kepada sang mantan yang telah dikhianati.
“Ya
Tuhan, baru kali ini aku merasakan sakit seperti ini. Sungguh sangat pedih
rasanya,”
Pemuda
itu terhempas dalam tangisan dan penyesalannya sendiri.
***
“Jujur
aku cinta. Hatiku masih untukmu Dani, berkali-kali aku mencoba membohongi
perasaanku sendiri. Walaupun begitu, aku tidak mungkin menoleh kepadamu lagi.
Sakit ini lebih besar daripada cinta ini.”
Memilih
pergi, menghilang dari pandangan Dani – mungkin itulah baiknya – dengan pindah
sekolah di kota lain, meninggalkan bekas luka yang butuh waktu lama untuk
memusnahkannya.
Pict source: zonaremajamuslim.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar