post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Rabu, 01 November 2017

Mimpi Terlarang



(Ingin kucurahkan, ingin kukatakan, dan ingin kusampaikan tentang cinta yang masih membelenggu)

Dani meraung dalam batin. Mungkin ini hal yang paling bodoh dia lakukan, bahkan sampai saat ini, ia terus mengejar Evi yang menganggapnya bukan apa-apa lagi, pembohong dan penghianat yang tak tahu diri.

“Memangnya kamu pikir kamu siapa? Seenaknya minta balikan lagi.”
Setelan kalimaat-kalimat yang diucapkan Evi dengan lantang, menusuk dan lebih terkesan sebagai penghalang mimpi, mimpi Dani untuk kembali dengan sang mantan.
“Maafkan aku, aku tahu ini semua salahku.”
“Aku janji kalau kamu mau menerimaku kembali, aku akan membahagiakan kamu dan menjadi seperti yang kamu mau.”
Dan, sejumlah rayuan juga janji lain.
Namun, Evi tidak ingin jatuh ke lubang yang sama.
Setiap melihat wajah Dani yang telah membuatnya merasakan yang namanya patah hati, mimpi buruk, perasaan galau, dan pedih hingga membuatnya muak, merasa tidak sudi lagi untuk membuka hati kedua kalinya.
Begitu sakit rasanya dikhianati cinta yang telah mengindahkan batinnya dulu.
Evi melangkahkan kaki. Petang telah larut.
Gadis berambut panjang itu tak punya waktu merenungi buaian dan semua gombalan Dani yang dianggapnya omong kosong, tentangya yang ingin kembali. Banyak hal yang masih bisa dilakukan daripada terus mendengar bualannya. Sebuah hobby menulis yang ia mulai tekuni dengan melakukan privat, sejak putus dari Dani.
***
Hanya memikirkan cara supaya bisa menggait cintanya. Dani merasa yakin pasti masih ada celah untuk masuk di relung hati gadis itu.
Bermula selalu memberikan bunga mawar, selalu membawakan sarapan roti seperti saat pacaran  dan memberikan kejutan-kejutan lain yang tak terduga, dulu itu semua bisa membuat Evi tersungging manis.
Namun, harapan Dani sia-sia dan dia tak pernah menduga tentang sang mantan bukanlah cewek yang seperti dulu lagi bisa dengan mudah diluluhkan. Sejauh apapun  mencoba melakukan yang terbaik tidak ada penglihatan lagi, sebab Evi memang sudah terlanjur sakit, sama sekali tidak mau lagi kembali menjalin cinta bahagia seperti dulu.
“Vi, please katakan padaku apa yang harus aku lakukan supaya kamu mau kembali kepadaku?”
Sesaat Evi duduk mencoba menarik Dani berdiri, roman wajahnya nampak mencair. Kedua matanya memerah hingga meneteskan butir air mata.
“Maafkan aku, aku tidak bisa.”
Atmosfer kemendungan menyesaki taman kota tempat mereka sekarang. Menahan cinta di antara pohon pinus dan bunga-bunga yang bermekaran.
“Sekali lagi aku minta maaf.”
Evi mengangkat bahu, lantas ingin pergi. Dengan cepat Dani mencoba merangkul tangannya.
Sakit. Suasana yang menyalahkan alarm di hati Dani yang begitu dalam. Evi melepaskan genggaman tangannya, menjauh dan perlahan menghilang.
Mimpi terlarang itu ternyata ketika ingin kembali kepada sang mantan yang telah dikhianati.
“Ya Tuhan, baru kali ini aku merasakan sakit seperti ini. Sungguh sangat pedih rasanya,”
Pemuda itu terhempas dalam tangisan dan penyesalannya sendiri.
***
“Jujur aku cinta. Hatiku masih untukmu Dani, berkali-kali aku mencoba membohongi perasaanku sendiri. Walaupun begitu, aku tidak mungkin menoleh kepadamu lagi. Sakit ini lebih besar daripada cinta ini.”
Memilih pergi, menghilang dari pandangan Dani – mungkin itulah baiknya – dengan pindah sekolah di kota lain, meninggalkan bekas luka yang butuh waktu lama untuk memusnahkannya.

 Pict source: zonaremajamuslim.blogspot.com









Tidak ada komentar:

Posting Komentar