post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Kamis, 02 November 2017

SPECIAL LOVE (3)



PULANG

“Serupa bintang di ujung timur kala subuh yang kadang kala hadir dan selalu dirindu”
Irma mengembuskan nafas legah. Setidaknya ia sudah tidak melihat wajah Ferli kurang delapan jam dulu bahkan sampai besok kalau perlu. Masih kikuk dengan persoalan pagi. Hanya saja membingungkan, seolah lupa dengan persoalan kesalnya.
Ah. Mengingat itu perasaan gadis riang itu bercampur aduk. Sebelumnya malu sampai-sampai pipi, telinga, hidung bahkan semua sampulan seperti masakan yang sudah siap dihidangkan. Sekarang, malah-malah senyum sendiri sambil terus menggigit pipet minumannya.
Suasana kelasnya belum ramai, hanya ada beberapa teman-teman yang datang pagi untuk mengerjakan tugas. Untungnya tugas makalah yang dikumpulkan sudah diselesaikan jadi Irma masih bisa kesemsem terus dengan kejadian pagi.
“Ini anak, kesambet setan apaan lo?”
Karin duduk di sampingnya terhitung sudah tiga ratus detik tetapi tidak dihiraukan. Lagi-lagi abnormal, persis masuk kampus pertama kali. Pasti ada hubungannya dengan Senior Ferli. Pekik Karin di batin.
“Karin, sejak kamu ada di situ?” terheran.
“Dari jaman Nabi Adam diciptakan. Dari tadi lah.....  Kamu sebenarnya kenapa sih? Senyam-senyum kayak orang gila. Mending kita ke rumah sakit sebentar ya, periksa keadaanmu,” nada Karin meledek.
“Apaan sih....?” mata Irma membulat.
Karin yang tidak mau ketinggalan berita apapun dari kisah percintaan sahabat dengan senior buru-buru mengintrogasi dan untungnya seperti biasa sahabat tercintanya curhat.
***
Karin menggandeng Irma menuju kantin, sudah hampir empat jam duduk di ruangan mendengarkan dosen menjelaskan pelajaran. Perut mereka sudah keroncongan, meminta jatah. Sambil terus mengantri keduanya bercerita masih tentang kejadian pagi.
“Dek. Kalian mau makan atau tidak?” tanya pelayan kantin.
Keduanya tidak sadar waktu mengalun cepat. Beberapa yang ada di depan mereka sudah asyik menikmati makananya. Irma terbelalak memandang ke samping. Astagfirullah. Kemudian maju mengambil piring dan meminta makanan kesukaannya. “Nasi ukuran biasa ya mba, sayur capcai, ayam goreng penyet.”
“Kalau aku, nasi ukuran biasa juga ada sosisnya, ayam goreng penyet juga,” Karin tersenyum.
Oh my God. Kembali degup jantung Irma berdetak kencang. Buru-buru mengambil langkah seribu, pura-pura tak melihat Ferli yang berada di antrian dan tersenyum padanya.
“Ayo!” sambil ditarik tangan Karin menuju meja paling sudut dan terhalang tembok besar agar tidak banyak melihat.
Menghindar adalah cara terbaik ketika takut ketahuan.
***
            Irma memeriksa jam yang melingkar di lengan kananya. Harusnya menerima tawaran Karin untuk diantar, sekarang malah duduk lagi di halte menunggu bis. Kehilangan bus pertama karena tiba-tiba ada praket, membuat harus menunggu hampir satu jam lagi bus kedua datang. Ah..... untung sudah sholat Asyar di masjid kampun. Kembali tersenyum.
“Assalamualaikum.....”
Pandangannya menyentuh sesuatu yang indah. Sumpah ganteng sekali. Relungnya berkecamuk.
“Waalaikumsalam,” tersenyum.
“Dek kecil, kamu nunggu bis lagi ya?” Ferli menaikkan alis.
Dek kecil? Gadis berhijab itu mengontrol diri. Jangan sampai salah tingkah dan salah bicara lagi.
“Ia, kakak besar.”
Pemuda memanyungkan mulut. Gadis dihadapannya pintar membalas.
“Masalah tadi pagi, itu.....” Ferli ingin mengambil alih suasana tetapi buru-buru Irma menunjuk bis yang sudah mendekat, “ Itu bis sudah datang,” dan pura-pura nampak tenang.
Ferli hanya menggeleng kepala dan tersenyum, kemudian naik bis dan duduk berdampingan lagi dengan Irma. Mungkinkah ada cinta yang sama darinya persis seperti hati Irma? Entahlah, waktu akan menjawab.


Pict source: gambarzoom.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar