post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Senin, 20 November 2017

Still Hoping

CANTIKA
“O, ketika langit memudarkan kecerahan seketika itu aku mencari akal sehatku yang tenggelam”

Pesawat gratis akan membawanya terbang ke kota impian, Yogyakarta untuk melihat-lihat Candi Borobudur.
            Dan, kabar baik itu diterima dari kedua sahabatnya: Cika dan Merry. Mereka paling tahu selain dirinya, selama ini selalu berusaha memenangkan undian jalan-jalan ke luar kota dengan mengikuti berbagai kontes menulis.
            Ya, Cantika adalah seorang siswi di sekolah MA Atthahiriyah Lapeo dan bercita-cita ingin menjadi penulis hebat di masa depan.
Beberapa kali? Bukan, bukan beberapa kali bahkan seribu kali sudah mengikuti kontes menulis baik online maupun offline hasilnya tetap sama dan ketika mendapatkan tiket pesawat gratis dari teman-temannya, tentunya langsung diiyakan. Toh itu keinginan yang selama ini tertunda. Sambil memeluk erat kedua sahabatnya tak terasa air matanya berlinang. Sungguh, mereka memberikan impiannya. Pun Tuhan yang berkehendak atas segala sesuatu. Beberapa mengucapkan Alhamdulillah, membuat Chika dan Merry seakan ikut terharu. Situasi seklise di sinetron.
 Mereka kembali melipat beberapa pakaian untuk dibawanya ke Yogyakarta. Ia harus memilih bagus-bagus supaya tidak kelihatan norak nantinya di sana, apalagi akan banyak mengambil pose dan mempostingnya di blog pribadinya.
***
“Hati-hati ya di sana. Jaga diri kamu baik-baik.”
Air mata Cika meleleh dan entah kenapa Cherry malah mencubitnya, kemudian berbisik entah membicarakan apa. Pikiran Cantik berfokus tentang rencanan jalan-jalannya di Yogyakarta bersama Gazali, sepupunya yang sudah dihubungi sebelumnya dan sudah mengiyakan akan menemani selama berada di sana. Beberapa menit kemudian setelah mendapatkan panggilan agar para penumpang segera menaiki pesawat, Chika dan Merry beberapa kali menahan diri, seolah ada sesuatu yang ingin mereka bicarakan dan sama sekali tak mengganggu pikiran gadis yang setengah jiwanya seolah sudah berada di Yogyakarta, salah satu kota paling istimewa di Indonesia.
“Tidak usah khawatir, aku pasti jaga diri dengan baik koq,” kemudian melambaikan tangan.
Perjalanannya tidak memakan waktu lama, hanya duduk berkisar 45 menit duduk di kursi pesawat pun tiba di Bandar Udara Internasional  Aditsutjipto dan disambut hangat oleh Ghazali yang selanjutnya mengantar Cantik mewujudkan mimpi-mimpinya.
***
Atmosfer panas memenuhi hampir seluruh otak dan tubuhnya. Sepuluh menit berjalan dari halte bis ke kosnya dan segera ingin mendinginkan tubuhnya di bath kesayangannya yang tentunya berada di kos mungilnya.
Namun, tidak mengerti kenapa semua barang-barangnya berada di luar, terbungkus rapi dengan kardus-kardus.
Kunci. Cantik mencoba membuka gembok dengan kunci kamar kosnya seperti biasa hanya saja diperhatikan dengan seksama ternyata gemboknya sudah diganti. Dia mencoba menemui ibu kos yang rumahnya terletak sekitar seratus meter dari kosnya.
“Maaf nak, teman kamu kemarin datang dan mengatakan bahwa kamu sudah pindah kos ke tempat lain. Mereka juga membawa seorang cowok yang katanya ingin menggantimu menyewa kos ibu. Uangmu yang lalu kamu bayar, saya juga sudah kasih mereka,” jelas Dian, pemilik kos Warna-warni.
“Apa?” Merry bangkit dari kursinya.
Wanita parubaya yang sudah menjelaskan semuanya mencoba menenangkannya.
“Tapi bu, aku tidak pernah bilang seperti itu sama mereka,” mimik wajah Cantik memerah.
“Ia nak, tapi bagaimana lagi. Kejadian ini sudah terlanjur. Pun tidak ada kos lagi yang tersisa, sudah di sewa semua sama orang.”
Cantik mengenduskan nafas panjang. Tersadar bahwa kedua sahabatnya sudah menipunya dengan pintar.

pict source: www.anakcemerlang.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar