CANTIKA
“O,
ketika langit memudarkan kecerahan seketika itu aku mencari akal sehatku yang
tenggelam”
Pesawat
gratis akan membawanya terbang ke kota impian, Yogyakarta untuk melihat-lihat
Candi Borobudur.
Dan, kabar baik itu diterima dari
kedua sahabatnya: Cika dan Merry. Mereka paling tahu selain dirinya, selama ini
selalu berusaha memenangkan undian jalan-jalan ke luar kota dengan mengikuti
berbagai kontes menulis.
Ya, Cantika adalah seorang siswi di
sekolah MA Atthahiriyah Lapeo dan bercita-cita ingin menjadi penulis hebat di
masa depan.
Beberapa kali? Bukan, bukan beberapa kali bahkan
seribu kali sudah mengikuti kontes menulis baik online maupun offline hasilnya
tetap sama dan ketika mendapatkan tiket pesawat gratis dari teman-temannya,
tentunya langsung diiyakan. Toh itu keinginan yang selama ini tertunda. Sambil
memeluk erat kedua sahabatnya tak terasa air matanya berlinang. Sungguh, mereka
memberikan impiannya. Pun Tuhan yang berkehendak atas segala sesuatu. Beberapa
mengucapkan Alhamdulillah, membuat
Chika dan Merry seakan ikut terharu. Situasi seklise di sinetron.
Mereka
kembali melipat beberapa pakaian untuk dibawanya ke Yogyakarta. Ia harus
memilih bagus-bagus supaya tidak kelihatan norak nantinya di sana, apalagi akan
banyak mengambil pose dan mempostingnya di blog pribadinya.
***
“Hati-hati
ya di sana. Jaga diri kamu baik-baik.”
Air mata Cika meleleh dan entah kenapa Cherry malah
mencubitnya, kemudian berbisik entah membicarakan apa. Pikiran Cantik berfokus
tentang rencanan jalan-jalannya di Yogyakarta bersama Gazali, sepupunya yang
sudah dihubungi sebelumnya dan sudah mengiyakan akan menemani selama berada di
sana. Beberapa menit kemudian setelah mendapatkan panggilan agar para penumpang
segera menaiki pesawat, Chika dan Merry beberapa kali menahan diri, seolah ada
sesuatu yang ingin mereka bicarakan dan sama sekali tak mengganggu pikiran
gadis yang setengah jiwanya seolah sudah berada di Yogyakarta, salah satu kota
paling istimewa di Indonesia.
“Tidak usah khawatir, aku pasti jaga diri dengan
baik koq,” kemudian melambaikan tangan.
Perjalanannya tidak memakan waktu lama, hanya duduk
berkisar 45 menit duduk di kursi pesawat pun tiba di Bandar Udara
Internasional Aditsutjipto dan disambut
hangat oleh Ghazali yang selanjutnya mengantar Cantik mewujudkan
mimpi-mimpinya.
***
Atmosfer
panas memenuhi hampir seluruh otak dan tubuhnya. Sepuluh menit berjalan dari
halte bis ke kosnya dan segera ingin mendinginkan tubuhnya di bath kesayangannya yang tentunya berada
di kos mungilnya.
Namun, tidak mengerti kenapa semua barang-barangnya
berada di luar, terbungkus rapi dengan kardus-kardus.
Kunci. Cantik mencoba membuka gembok dengan kunci
kamar kosnya seperti biasa hanya saja diperhatikan dengan seksama ternyata
gemboknya sudah diganti. Dia mencoba menemui ibu kos yang rumahnya terletak
sekitar seratus meter dari kosnya.
“Maaf nak, teman kamu kemarin datang dan mengatakan
bahwa kamu sudah pindah kos ke tempat lain. Mereka juga membawa seorang cowok
yang katanya ingin menggantimu menyewa kos ibu. Uangmu yang lalu kamu bayar,
saya juga sudah kasih mereka,” jelas Dian, pemilik kos Warna-warni.
“Apa?” Merry bangkit dari kursinya.
Wanita parubaya yang sudah menjelaskan semuanya
mencoba menenangkannya.
“Tapi bu, aku tidak pernah bilang seperti itu sama
mereka,” mimik wajah Cantik memerah.
“Ia nak, tapi bagaimana lagi. Kejadian ini sudah
terlanjur. Pun tidak ada kos lagi yang tersisa, sudah di sewa semua sama
orang.”
Cantik mengenduskan nafas panjang. Tersadar bahwa kedua
sahabatnya sudah menipunya dengan pintar.
pict source: www.anakcemerlang.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar