SARAPAN
“Hati
gerah saat menyentuh mata dirimu dengan yang lain”

Pun begitu dengan
Digta. Walaupun kadang saling membangunkan saat yang satu masih tertidur. Ah.
Saling melengkapi dan karena itu ada perasaan yang semakin subur tumbuh di
kegersangan hati Cantik. Apalagi ketika melaksanakan sholat berjamaah, usainya
perasaan itu akan timbur semakin dalam. Apakah
ini yang dinamakan cinta karena Allah? Pekiknya dalam batin.
“Kamu koq bengong?”
Digyta terheran-heran. Gadis di sampingnya malah menatap terus alquran di
depannya, padahal harusnya dibaca bersamaan.
Satu dua kali tidak
mendapat respon akhirnya pun berinisiatif mengagetkan dengan tepukan tepat di
telinganya.
Pla-plak. Bunyi tepukan
gemuruh, sontak mengagetkan dan suasana romantis sekarang. Mata keduanya saling
menyentuh dan kalau ada yang bisa melihat dengan mata batin, pasti bisa
menemukan bunga-bunga sedang melayang-layang di antara mereka.
“Maaf,” ucap secara
bersamaan.
Butuh satu sampai dua
menit untuk menetralisir keadaan kikuk.
“Mendingan kita mengaji
bersama seperti kemarin,” ajak Digta.
“Baiklah.”
Mulai membuka alquran,
mencari QS Al-Baqarah ayat 125. Meskipun keduanya tidak bisa melantunkan
ayat-ayat Allah dengan bagus, setidaknya makhrajul huruf mereka sudah baik.
Alhamdulillah. Meskipun
hanya selembar setiap kali usai sholatnya, setidaknya harus selalu membukanya
dalam sehari, membacanya dan bahkan harus mengamalkannya.
Allah
memang tahu apa yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Entah itu masa depan
bahkan masa lalu. Tidak ada yang lebih tahu dari-Nya. Termasuk
kehidupan Cantik yang sedang merucut dalam pikirannya.
Dan,
ada hikmah di balik setiap kejadian.
Ya, gadis itu memang
tidak pernah habis pikir kalau akan menikah muda secara terpaksa dengan cowok
yang awal jumpa nampak tengil, hanya saja setelah mengenalnya ternyata sangat
baik. Terciduk, menciut, termehek-mehek saat tahu sangat mengedapankan agama.
“Ah, lebih baik
sekarang membuatkan sarapan nasi goreng untuk suami tercinta,” batinnya sambil
bergegas menanggalkan talkum pinknya tanpa sepatah kata pun ditinggalkan kepada
Digta yang sedang melipat rapi sarung sholatnya. Ia hanya geleng-geleng kepala.
***
Sudah menjadi kodrat, bahwa dalam sebuah hubungan
pasti selalu ada saja pengganggu atau penghalang. Cantik merasakan itu,
meskipun hanya dalam hubungan kesepakatan kontrak. Ia merasa sangat terganggu
dengan kemunculan Luna yang akhir-akhir ini selalu datang tanpa diundang ke kos
mereka.
“Assalamualaikum,”
ucapnya dibalik pintu kos.
“Waalaikumsalam. Koq
pagi-pagi sekali datang?” Digta terheran.
“Aku duduk dulu ya baru
jawab,” ia berjalan ke ruang tamu sambil membawa sebuah rantan kecil.
“Aku ke sini mau
bawakan kamu sarapan,” tersenyum.
“Sarapan nasi gorengnya
sudah siap,” kata Cantik yang tiba-tiba muncul dari dapur.
Sekarang, ikut
terheran-heran. Entah setan apa yang merasuk Luna datang pagi-pagi buta
membawakan sarapan untuk suami orang? Hah. Cantik kesal yang dibungkus dengan
senyum paksa.
“Aku bawakan kamu
rantan yang isinya roti semua dan sudah aku olesi selai. Kamu simpan sisanya di
dalam kulkas biar besok dimakan lagi,” katanya seolah tak ada Cantik diantara
mereka.
Cantik semakin kesal
saja, Digta seakan ikut pula mengabaikannya. Apa sebenarnya hubungan di antara mereka?
pict source: www.anakcemerlang.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar