post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Rabu, 09 Mei 2018

Still Hoping (15)



WAJAH BARU
“Aku mengagumimu sejak pertama kali bersentuhan mata”


Cantik merasakan perutnya sudah kosong. Matahari yang menyengat dan mengundang kalor membuat keringat menjalar di dahinya, satu-satunya yang digunakan menyeka adalah ujung jilbabnya. Ia mendengus nafas berat.
Hmmmm. Padahal belum masuk kelas dan masih mengurus perlengkapan ospek, namun sudah terlihat lebih padat jam belajar daripada ketika duduk di bangku SMA.
Dia berjalan sendiri mencari kantin. Ia melihat banyak gedung-gedung bertingkat dan di mana tempat mahasiswa mengiri perut yang kekosongan setelah hampir setengah hari di dalam kelas dan termasuk dirinya mengikuti pengarahan di auditorium kampus? Ah, ia tersenyum tipis ketika melihat seorang pemuda memakai almamater kampus berwarna merah, mirip Sinto, artis Thailand favoritnya yang main di drama U-Princes.
“Kak. Boleh nanya sebentar?”
Pemuda itu membalas senyumannya dan tidak bias disangkal membuatnya nyaris lompat-lompat, namun ia sadar tidak mungkin melakukannya.
“Mau nanya apa dek/”
Oh my to the God. Dia memanggil aku dek. Batinnya sambil menyembunyikan sikap berlebihannya dengan wajah kebingungan mencari kantin.
“Begin kak, aku mau cari kantin di mana ya?”
“Oh kebetulan aku juga mau ke kantin. Bareng aja yuk!,” ajaknya.
“Okay kak. Bagus kalau begitu,” Cantik sekonyong-konyongnya menerima.
Keduanya berjalan seisian. Dan, di jalan Cantik lagi-lagi yang memulai pembicaraan.
“Oh ya kak, nama kakak siapa?”
“Aku Hiro. Kamu?”
“Aku cantik.”
“Sesuai ya….” Diringi senyuman.
“Sesuai apanya kak?”
“Orang dan namanya sama-sama cantik.”
Dia bilang aku cantk? Oh, Tuhan rasanya ingin pingsan saja. Tapi tidak mungkin.
Dan, sampai jumpa di kantin. Digta melihat dari jauh dan kepalanya berdentum beberapa pertanyaan.
Hiro dengan Cantik? Sedang apa mereka? Apa mereka sudah saling kenal? Dan, masih banyak pertanyaan lagi yang membuatnya ingin ke sana, namun terhalang.
“Kita ke sana yuk!” ajaknya kepada Luna.
“Kenapa? Di sini aja lagi,enak juga,” Luna yang tahu dari melihat matanya pemuda di hadapannya kepada istrinya mencoba menghalangi.
“Tapi….”
“Tidak usah, kita di sini aja.”
Digta hanya menurut dan tersenyum terpaksa.
Di sisi lain, Cantik tidak memperhatikan di sekitarnya. Ia hanya terperangkap dalam suasanya hatinya yang begitu senang berada di dekat seniornya yang sungguh rupawan dan baru tahu kalau Hiro memang pujaan wanita di kampus. Bias dibilang pangeran kampus. Banyak cewek-cewek yang berdatangan memberinya makanan dan hadiah-hadiah, pun diterimanya dengan senang hati dan tidak lupa mengucapkan terima kasih.
Berbeda dengan tokoh-tokoh actor yang menjadi pemeran utama dalam drama-drama Korea, Thailand, maupun China yang dinontonnya. Ketika ia menjadi rebutan para gadis, entah itu di sekolah maupun di kampus. Mereka akan menolak mentah-mentah bahkan membalas dengan cacian.
Mata Cantik terhitung dalam sepuluh detik menatap dekat wajah rupawannya. Membuat Hiro menjadi kikuk. Saat terjaga, ia buru-buru mengucapkan astagfirullah.
“Kamu jurusan apa?” kali ini Hiro mencoba memulai pembicaraan dan hanya untuk menyembunyikan salah tingkahnya.
“Aku jurusan sasrta.”
“Jurusan sastra? Sama dong kayak aku,” wajahnya memberikan aura sungguh senang.
“Beneran kak? Ah…. Jadi kakak adalah senior aku. Ah, senangnya,” Cantik ikutan senang.
Dan, Digta diam-diam menggertakan giginya. Ah, begitu tidak senang melihat ada pemuda lain yang dekat dengan Cantik, apalagi dia adalah Hiro. Pemuda yang selalu diimpikan para gadis di kampus. Ia tidak mengerti dengan perasaannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar