WAJAH
BARU
“Aku
mengagumimu sejak pertama kali bersentuhan mata”
Cantik merasakan
perutnya sudah kosong. Matahari yang menyengat dan mengundang kalor membuat
keringat menjalar di dahinya, satu-satunya yang digunakan menyeka adalah ujung
jilbabnya. Ia mendengus nafas berat.
Hmmmm. Padahal belum masuk kelas dan masih
mengurus perlengkapan ospek, namun sudah terlihat lebih padat jam belajar
daripada ketika duduk di bangku SMA.
Dia
berjalan sendiri mencari kantin. Ia melihat banyak gedung-gedung bertingkat dan
di mana tempat mahasiswa mengiri perut yang kekosongan setelah hampir setengah
hari di dalam kelas dan termasuk dirinya mengikuti pengarahan di auditorium
kampus? Ah, ia tersenyum tipis ketika melihat seorang pemuda memakai almamater
kampus berwarna merah, mirip Sinto, artis Thailand favoritnya yang main di
drama U-Princes.
“Kak.
Boleh nanya sebentar?”
Pemuda
itu membalas senyumannya dan tidak bias disangkal membuatnya nyaris
lompat-lompat, namun ia sadar tidak mungkin melakukannya.
“Mau
nanya apa dek/”
Oh my to the God. Dia memanggil aku
dek. Batinnya sambil menyembunyikan sikap berlebihannya
dengan wajah kebingungan mencari kantin.
“Begin
kak, aku mau cari kantin di mana ya?”
“Oh
kebetulan aku juga mau ke kantin. Bareng aja yuk!,” ajaknya.
“Okay
kak. Bagus kalau begitu,” Cantik sekonyong-konyongnya menerima.
Keduanya
berjalan seisian. Dan, di jalan Cantik lagi-lagi yang memulai pembicaraan.
“Oh
ya kak, nama kakak siapa?”
“Aku
Hiro. Kamu?”
“Aku
cantik.”
“Sesuai
ya….” Diringi senyuman.
“Sesuai
apanya kak?”
“Orang
dan namanya sama-sama cantik.”
Dia bilang aku cantk? Oh, Tuhan
rasanya ingin pingsan saja. Tapi tidak mungkin.
Dan,
sampai jumpa di kantin. Digta melihat dari jauh dan kepalanya berdentum
beberapa pertanyaan.
Hiro dengan Cantik? Sedang apa
mereka? Apa mereka sudah saling kenal? Dan, masih banyak
pertanyaan lagi yang membuatnya ingin ke sana, namun terhalang.
“Kita
ke sana yuk!” ajaknya kepada Luna.
“Kenapa?
Di sini aja lagi,enak juga,” Luna yang tahu dari melihat matanya pemuda di
hadapannya kepada istrinya mencoba menghalangi.
“Tapi….”
“Tidak
usah, kita di sini aja.”
Digta
hanya menurut dan tersenyum terpaksa.
Di
sisi lain, Cantik tidak memperhatikan di sekitarnya. Ia hanya terperangkap
dalam suasanya hatinya yang begitu senang berada di dekat seniornya yang
sungguh rupawan dan baru tahu kalau Hiro memang pujaan wanita di kampus. Bias
dibilang pangeran kampus. Banyak cewek-cewek yang berdatangan memberinya
makanan dan hadiah-hadiah, pun diterimanya dengan senang hati dan tidak lupa
mengucapkan terima kasih.
Berbeda
dengan tokoh-tokoh actor yang menjadi pemeran utama dalam drama-drama Korea,
Thailand, maupun China yang dinontonnya. Ketika ia menjadi rebutan para gadis,
entah itu di sekolah maupun di kampus. Mereka akan menolak mentah-mentah bahkan
membalas dengan cacian.
Mata
Cantik terhitung dalam sepuluh detik menatap dekat wajah rupawannya. Membuat
Hiro menjadi kikuk. Saat terjaga, ia buru-buru mengucapkan astagfirullah.
“Kamu
jurusan apa?” kali ini Hiro mencoba memulai pembicaraan dan hanya untuk
menyembunyikan salah tingkahnya.
“Aku
jurusan sasrta.”
“Jurusan
sastra? Sama dong kayak aku,” wajahnya memberikan aura sungguh senang.
“Beneran
kak? Ah…. Jadi kakak adalah senior aku. Ah, senangnya,” Cantik ikutan senang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar