TIDAK
BISA
“Apalah
dayaku? Ketika suratan selalu mengantarkan kita selalu bersama”
Pagi ini tidak seperti kemarin,
melihat orang berlalu lalang di jalanan dan keramaian sekolah akan menambah semangat diri, penaka matahari yang
memberikan sinarnya setelah kegelapan mengekang bumi. Ferdi melayangkan pikiran,
akankah ia sanggup untuk menjauhi gadis yang sudah dimengerti hatinya tentang cinta?
“Assalamualaikum
kak,” kata Ida yang datang bersama Ayu.
“Waalaikumsalam,”
sontak sedikit kaget dan mencari-cari, mungkin yang dimaksud dalam lamunannya berada
di antara mereka.
“Kalian
berduasaja?” terus mencari-cari dan melihat kegerbang sekolah.
Ida
dan Ayu mengangguk pelan.
“Memangnya
kenapa kak?”
Haruskah ia menceritakan apa yang
dikatakan Suci padanya kemarin? Tentang perbuatan yang sangat sulit untuk dilakukan?
Sehari, bahkan sedetik tidak melihatnya sebenarnya membuat rindu mencekam. Lantas
bagaimana kalau selamanya? Pekik Ferdi yang akhirnya memutuskan
ingin menceritakan semuanya pada sahabat-sahabat Suci .
Sebuah
kursi panjang yang terletak di halaman kantor, tepatnya di bawah pohon rindang,
muat duduk tiga sampai empat siswa. Ferdi mengajak dua juniornya ke sana.
Sebelum sempat menceritakan apa yang telah terjadi. Ida menerima telepon dari Suci,
memintanya bersama Ayu untuk segera menemuinya.
Hah.
Rupanya Suci melihat mereka berjalan bersama dan tahu maksud Ferdi terhadap sahabatnya,
pun ia harus menggagalkannya karena sudah membulatkan pikirannya untuk menjaga jarak.
***
Suci.
Dina
yang melihat gadis berhijab itu sedang membeli makanan di mall, langsung mendekati
dengan aura sangat senang. Sudah beberapa hari bertemu dan rindu yang datang entah
darimana, ingin segera mendapatkan penawar. Saat mata mereka saling menangkap,
Suci pun sama senangnya, namun beberapa detik kemudian troli yang sudah memuat banyak
makanan itu diputarnya.
“Apa
yang sudah terjadi pada gadis itu? Kenapa dia menghindariku?” Dan
pertanyaan-pertanyaan itu membentur di kepala Dina, sekaligus merasakan sedih mendadak.
“Maafkan
bu. Aku harus melakukan itu,” kata Suci sambil terus berjalan menjauhi sang
Dina, sampai tak bisa menguasai langkahnya dan nyaris terjatuh ke lantai dasar
mall. Untuk seulur tangan kuat langsung menolongnya.
Mungkinkah
ini yang namanya takdir? Sebesarapapun usaha untuk menjauhi tidak akan berhasil.
Allah sudah mengaturnya tentang jodoh yang akan didekatkan. Kalau Tuhan sudah berkehendak,
apapun bisa terjadi.
Suci
mendelik dan buru-buru mengambil trolinya dan menyingkirkan lembut tangan Ferdi
dari tangannya.“Terimakasih,” katanya sebelum pergi.
Ferdi
senang, meskipun hanya dengan kata terimakasih.
“Takdir
akan membawa kita selalu bersama,” teriak Ferdi, membuat orang-orang di sekelilingnya
takjub akan keberaniannya meluluhkan hati seorang gadis, meskipun mereka tidak tahu
permasalahannya.
Benar
saja, takdir itu selalu membawa mereka pada tempat yang sama. Suci dan Ferdi berada
dalam satu lift, yang terjebak dalam kegelapan karena liftnya sedang mati lampu.
“Astagfirullah,
apa ini? Ah….,” kata Suci ketakutan.
Suara-suara
ketakutan lain yang juga ikut terjebak di lift yang sama.
“Kamu
tenang aja.Aku ada di sini koq. Aku akan menjagamu,” kata Ferdi pelan.
Tidakbisadisangkal,
Ferdi baginya adalah pahlawan. Selalu ada di saat-saat mencemaskan.
Setelah
hamper lima menit terjebak, akhirnya semua penghuni dalam lift itu bisa kembali
menghirup udara bebas. Setelah itu Suci buru-buru keluar meninggalkan Ferdi
yang masih merasa senang, setelah mendengar kata terima kasih yang kedua kali
darinya. Waktu akan menjawab
semuanya, sekalipun kita tidak mau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar