post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Senin, 18 Juni 2018

Still Hoping (28)


ADA CINTA
“Ada saatnya kamu sadar akan waktu yang menyatukan cinta”

Di kepala pemuda yang sudah menyepelekan kecewanya mulai tidak habis pikir. Scenario hidup di antara sepasang suami istri yang sudah menjalani kehidupan rumah tangga yang penuh dengan kepalsuan. Dia tidak habis pikir, kenapa semuanya bisa terjadi. Bukankah mereka bisa mati-matian menolak? Atau paling tidak mereka sudah mengakhirinya kalau memang tidak pernah ada perasaan satu sama lain.
“Cobalah jujur dengan perasaan kalian sendiri?” Hiro menatap tegas Digta dan Cantik.

Keduanya lalu saling melemparkan pandangan. Tidak bisa disangkal ketika saling menantang mata seperti itu, muncul aliran darah yang berdesir kencang. Jantung akan terpompa dengan kencang tanpa bisa dikontrol, membuat kadang sikap tidak karuan karena kikuk. Tubuh seakan tumbang.
Mendadak Digta dan Cantik sangat bisa merasakannya, walaupun pada akhirnya belum bisa membaca perasaan satu sama lain.
“Kamu salah Hiro, kami tidak memiliki perasaan apapun. Lagian Digta juga sudah punya cinta pertamanya yang ingin diperjuangkan,” Cantik menunduk.
“Ya, betul apa yang dikatakan Cantik dan lagian istri bohongan aku ini suka sama….”
Dan, sebelum Digta membongkar apa yang pernah dikatakan Cantik padanya tentang Hiro, buru-buru gadis berhijab itu menginjak keras kaki Digta, sampai pemuda itu mengeluarkan suara kesakitan.
Awwww.
Mata Cantik melotot, isyarat jangan sampai Digta membuka rahasianya.
“Memang siapa yang disukai Cantik?”
Dan, suasana penasaran memenuhi lingkaran di antara mereka.
“Dia itu pemuda yang baik banget. Ganteng, hampir semua perempuan di kampus menyukainya dan dia…..”
Lagi-lagi Cantik menginjak keras kaki Digta. Hah. Dan mengeluarkan suara kesakitan seperti sebelumnya.
“Pokoknya, dia itu pria yang sangat baik kak,” tersenyum ringan.
“Ia, tapi siapa?”
“Ada deh kak. Kalau begitu kami pergi dulu. Terima kasih atas pengertian kakak. Nanti aku hubungi ya kak,” Cantik menarik Digta. Pun Digta secepatnya juga kembali berterima kasih kepada Hiro.
**
Cantik melepaskan tangannya dari lengan Digta, setelah sadar banyak orang yang melihat mereka.
“Maaf, aku tidak bermaksud memegang tanganmu.”
Digta cengengesan.
“Alasan, bilang aja kalau kamu memang mau memegang tanganku.”
Dan, mata mereka sekarang saling menantang.
Suasana romantis menyemai.
“Kamu ya, dasar. Kenapa kamu ingin membuat aku malu di hadapan Hiro?” Cantik mencoba meleraikan rasa kikuknya.
“Bukan itu maksudku. Aku hanya ingin kamu jujur dengan perasaanmu.”
“Apa kamu sendiri sudah jujur dengan perasaanmu?”
Keluh. Tiba-tiba Digta tidak bisa berucap apa-apa. Padahal selama ini, saat ditanya tentang cinta di dalam hatinya oleh teman-temannya, ia akan menjawab bahwa hanya ada Luna. Hanya saja sekarang berbeda, ada perasaan lain yang tumbuh oleh kegersangan hati yang selalu merasakan cinta sepihak. Perlu beberapa waktu, sampai pertanyaan itu sendiri terlempar kembali kepada Cantik.
“Kamu sendiri, apakah sudah jujur dengan perasaanmu?”
Persis Digta, lidah gadis itu keluh.
Dari kejauhan, kembali Hiro bisa membaca apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka. meskipun hanya perkiraan, tetapi sangat yakin itu adalah sebuah cinta.
Sebuah cinta yang akan mengantarkan pada mimpi segala rupa. Pada perasaan segala rupa. Bukan cinta namanya kalau hanya ingin mengenal kebahagiaan, akan selalu ada kesedihan berdampingan di sana. Jagalah hati, meskipun selalu akan ada masalah. Semuanya akan berjalan dengan sendirinya dan tergantung baik atau buruknya, cara yang merasakan menyikapinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar