“Ada
saatnya kamu sadar akan waktu yang menyatukan cinta”

“Cobalah
jujur dengan perasaan kalian sendiri?” Hiro menatap tegas Digta dan Cantik.
Keduanya
lalu saling melemparkan pandangan. Tidak bisa disangkal ketika saling menantang
mata seperti itu, muncul aliran darah yang berdesir kencang. Jantung akan
terpompa dengan kencang tanpa bisa dikontrol, membuat kadang sikap tidak karuan
karena kikuk. Tubuh seakan tumbang.
Mendadak
Digta dan Cantik sangat bisa merasakannya, walaupun pada akhirnya belum bisa
membaca perasaan satu sama lain.
“Kamu
salah Hiro, kami tidak memiliki perasaan apapun. Lagian Digta juga sudah punya
cinta pertamanya yang ingin diperjuangkan,” Cantik menunduk.
“Ya,
betul apa yang dikatakan Cantik dan lagian istri bohongan aku ini suka sama….”
Dan,
sebelum Digta membongkar apa yang pernah dikatakan Cantik padanya tentang Hiro,
buru-buru gadis berhijab itu menginjak keras kaki Digta, sampai pemuda itu
mengeluarkan suara kesakitan.
Awwww.
Mata
Cantik melotot, isyarat jangan sampai Digta membuka rahasianya.
“Memang
siapa yang disukai Cantik?”
Dan,
suasana penasaran memenuhi lingkaran di antara mereka.
“Dia
itu pemuda yang baik banget. Ganteng, hampir semua perempuan di kampus
menyukainya dan dia…..”
Lagi-lagi
Cantik menginjak keras kaki Digta. Hah. Dan mengeluarkan suara kesakitan
seperti sebelumnya.
“Pokoknya,
dia itu pria yang sangat baik kak,” tersenyum ringan.
“Ia,
tapi siapa?”
“Ada
deh kak. Kalau begitu kami pergi dulu. Terima kasih atas pengertian kakak.
Nanti aku hubungi ya kak,” Cantik menarik Digta. Pun Digta secepatnya juga
kembali berterima kasih kepada Hiro.
**
Cantik melepaskan
tangannya dari lengan Digta, setelah sadar banyak orang yang melihat mereka.
“Maaf,
aku tidak bermaksud memegang tanganmu.”
Digta
cengengesan.
“Alasan,
bilang aja kalau kamu memang mau memegang tanganku.”
Dan,
mata mereka sekarang saling menantang.
Suasana
romantis menyemai.
“Kamu
ya, dasar. Kenapa kamu ingin membuat aku malu di hadapan Hiro?” Cantik mencoba
meleraikan rasa kikuknya.
“Bukan
itu maksudku. Aku hanya ingin kamu jujur dengan perasaanmu.”
“Apa
kamu sendiri sudah jujur dengan perasaanmu?”
Keluh.
Tiba-tiba Digta tidak bisa berucap apa-apa. Padahal selama ini, saat ditanya
tentang cinta di dalam hatinya oleh teman-temannya, ia akan menjawab bahwa
hanya ada Luna. Hanya saja sekarang berbeda, ada perasaan lain yang tumbuh oleh
kegersangan hati yang selalu merasakan cinta sepihak. Perlu beberapa waktu,
sampai pertanyaan itu sendiri terlempar kembali kepada Cantik.
“Kamu
sendiri, apakah sudah jujur dengan perasaanmu?”
Persis
Digta, lidah gadis itu keluh.
Dari
kejauhan, kembali Hiro bisa membaca apa yang sebenarnya terjadi di antara
mereka. meskipun hanya perkiraan, tetapi sangat yakin itu adalah sebuah cinta.
Sebuah
cinta yang akan mengantarkan pada mimpi segala rupa. Pada perasaan segala rupa.
Bukan cinta namanya kalau hanya ingin mengenal kebahagiaan, akan selalu ada
kesedihan berdampingan di sana. Jagalah hati, meskipun selalu akan ada masalah.
Semuanya akan berjalan dengan sendirinya dan tergantung baik atau buruknya,
cara yang merasakan menyikapinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar