MEMBAIK
Ferdi baru selesai
merangkai bunga mawar yang dipetiknya sendiri dari kebun neneknya, meskipun
sesekali tertusuk duri ia sama sekali tidak perduli.
Suci
belum seperti yang dulu. Dia masih menjauhinya dan membuang muka saat bertemu.
Sama sekali tidak menjadi penghalangnya untuk membuat gadis itu senang. Ia
sudah berjanji sebelumnya. Sebagai laki-laki yang dipegang adalah omongannya.
Kenapa masih bersikeras padahal sudah dicampakkan? Tidak, sama sekali tidak
merasa dicampakkan. Suci hanya merasa tertekan dan waktu akan mengembalikannya.
Sebelumnya
berusaha mendapatkan maaf padahal dirinya berlumur kesalahan yang sangat sulit
dipikirkan oleh akal. Kalau dia jadi Suci, mungkin dia tidak akan pernah
memaafkan orang yang sudah berbuat jahat padanya. Gadis itu memang memiliki
hati lembut dan pantas untuk diperjuangkan.
Berjalan
dengan cepat-cepat menuju kelas, setangkai bunga mawar yang cantik itu
diletakkan di meja Suci. Untung belum ada orang yang datang. Ditempelkannya
sebuah kertas kecil, “Semoga harimu selalu menyenangkan.” Namun, ia mendengar suara pintu terbuka. Ia
berlari di ujung ruangan dan bersembunyi di bawah kolom meja.
Rupanya
yang datang adalah Suci dan kedua sahabatnya. Pembicaraan mereka terdengar
jelas di gendang telinga Ferdi. Ida dan Ayu mencoba mengorek permasalahan
antara Suci dan Ferdi, yang jelas-jelas pernah dikatakan bahwa dia sudah jatuh
cinta pada pemuda itu. Gadis berhijab putih terdengar mendenguskan nafas. Ia
terduduk dan mulai menceritakan alasan apa yang sampai membuatnya harus
menjauhi Ferdi. Tidak lain adalah agar Rini tidak membencinya lagi. Dan,
setelah beberapa kali melakukannya sungguh menyiksa batinnya. Dorongan untuk
selalu melihat wajah Ferdi meskipun sekarang hanya dari kejauhan itu sangat
membahagiannya. Suci melelehkan air mata dan melihat langit-langit kelasnya. Ida
mendekati dan memeluknya. Ayu malah mempersiapkan kata-kata ejaan yang perlahan
membuat sahabatnya mengerti. Tidak baik memang membuat orang lain membenci kita,
pun selama kita tidak memintanya bukankah menjadi kesalahan? Dan, sebuah
kesalahan terbesar saat mengorbankan kebahagiaan sendiri demi orang lain,
padahal orang yang kita pedulikan itu sama sekali tidak pernah menghargai.
Saat
itu Suci makin melelehkan air mata. Ferdi tidak tahan, ia bangkit dan
memberikan sapu tangan biru miliknya. Meskipun ketiga gadis itu sangat terkejut
sekaligus takjub. Dia selalu ada untuk Suci.
Ah,
untung Ayu tidak sendiri menjadi obat nyamuk.
***
Dari kejadian pagi itu
dan setelah Ayu memberikan pengertian kepadanya. Suci tidak lagi bersikap tidak
perduli pada Ferdi. Malah meminta maaf sangat lembut sampai meneteskan lagi air
mata kesedihan.
“Suci,
aku mohon jangan menangis! Itu membuat aku sangat tersiksa. Sekalipun kamu
salah padaku, aku sudah memaafkan sebelumnya. Aku tidak pernah memasukkannya ke
dalam hati.”
“Benarkah?”
wajahnya masih menunduk.
“Jangan
pernah kau meragukan kata-kataku ini. Nanti kamu akan semakin jatuh cinta
padaku.”
Perlahan,
Suci mengangkat dagunya. Bisa-bisanya Ferdi menggombal di waktu masih larut
dalam kesedihan. Dan, darimana ia belajar mantra seperti itu? Padahal meskipun
ia tidak belajar, ia memang sudah jaruh cinta padanya. Suci tersenyum.
“Begitu
dong senyum, kan makin cantik,” Ferdi membalas dengan sunggingan menawan.
“Makasih
ya, kamu udah maafkan aku. Aku tidak tahu apa yang akan aku alami, kalau kamu
tidak memaafkan aku,” katanya sambil mengusap air mata yang masih tergenang di
pipinya.
Dari
kejauhan, Rini kembali mengiris. Betatapun ia mencoba menjauhkan Suci dari
Ferdi, semuanya hanya akan sia-sia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar