RUANG
KESEHATAN
“Dia
hanya sedang jatuh cinta”
Kemudian, Cantik hanya
melihatnya seksama.
Tapi
saat itu, Digta hanya memberikan senyuman menawan yang seolah bersumber dari
ketulusan hati. Padahal sebelumnya ada raut wajah kesal. Aneh. Tiba-tiba muram.
Tiba-tiba senang. Bahkan sampai beberapa detik berikutnya hanya sampulan indah
yang terus dibicarakannya.
Cantik
sempat berpikir, jangan-jangan suaminya itu sudah dirasuki setan setengah gila.
Dia tidak tahu harus di mana menempatkan akalnya. Kejadiannya akan sama dengan
orang-orang yang dekat dengan kegilaan, maka akan ikut menjadi tidak waras.
Cantik
berdiri.
Ia
mengambil langkah seribu. Daripada terus diterpa ketakutan yang sebenarnya
belum terjadi, lagian alasan utamanya karena dia akan segera masuk kelas.
Sempat
menoleh dan melihat Digta memegang jantungnya.
Meskipun
merasakan keanehan, ia merasa perlu khawatir. Ia mengecek jam di tangannya.
Masih ada waktu sekitar lima belas menit. Lebih baik ia membawa Digta ke ruang
kesehatan kampus untuk diperiksa dokter.
Cantik
kembali dan langsung memegang dahi Digta. Tidak panas. Tidak demam. Tetapi,
kenapa saat mata mereka saling beradu, yang merasakan panas dingin malah
dirinya? Ada degupan kencang di dalam hatinya.
Buru-buru
Cantik melepaskannya dan membujuk dengan lembut Digta untuk bersamanya
“Kamu
mau bawa aku ke mana Cantik?” katanya, namun terus mengikuti Cantik dari
belakang.
“Pokoknya
kamu ikut aja.”
Digta
senyum.
Mungkin
dia mau mengajak makan berdua di kantin. Bisa jadi belajar bersama di
perpustakaan atau paling tidak ke mana saja dan tetap berdua. Digta disergap
perasaan yang membawa melayang-layang ke angkasa.
***
“Maaf,
menganggu waktu dokter,” kata Cantik saat sudah duduk berhadapan dengan dokter
dan di sampingnya Digta celingak-celinguk sampai berpikir kenapa dia dibawa ke
ruang kesehatan.
“Ia,
tidak apa-apa? Apa ada yang perlu saya bantu?” Dokter itu nampak memegang
teleskopnya.
“Teman
saya dok, tolong diperiksa kesehatannya. Dari tadi dia hanya senyum-senyum,”
sambil menunjuk Digta.
Ah, Digta
kaget dan mengeluarkan suara cempreng. Perkiraan sebelumnya hanyalah khayalan
semata. Ia menangkat alis sambil menatap melotot kepada Cantik. Tanda tidak
mengerti, kenapa harus diperiksa. Ya, sebelumnya dikatakan kerjaannya hanya
senyum. Bukankah senyum itu ibadah? Lagian akan membuat awet muda. Lantas
kenapa harus diperiksa. Cantik membalas mata melotot dan memerintahkannya untuk
mengikuti dokter tersebut ke ruang periksa.
Dari
penjelasan dokter, Digta tidak mengalami sakit apapun, termasuk keanehan yang
dimaksud Cantik. Dokter hanya memperkirakan bahwa pemuda itu sedang jatuh
cinta. Jatuh cinta yang kadang membuat orang tidak menentu, baik sikap mau
kecerahan wajahnya. Kadang senyum sendiri tanpa ada sebab yang pasti.
Dan,
sebelum keduanya ke luar dari ruang kesehatan. Dokter tersebut bertanya apakah
keduanya adalah pasangan? Kalau benar pasangan, mereka nampak cocok satu sama
lain. Ditambah ada kemiripan wajah.
Keduanya
tidak menjawab pertanyaan sang dokter. Hanya saling menatap satu sama lain
beberapa detik dan mulai merasakan kembali aliran darah yang begitu nyata
mengalir kencang di dalam tubuhnya. Serasa hati akan jatuh ke lantai karena
tidak tahan dengan ledakan. Mereka jalan berisian tanpa ada sepatah katapun
yang terlontar. Sekarang bukan hanya Digta yang suka tersenyum sendiri, pun
Cantik.
Cantik
ingin jalan duluan setelah melihat waktu yang harus menyegerakannya masuk
kelas.
Hanya
saja sebelum itu Digta menawarkan pulang bersama.
Cantik
tanpa membalikkan badan, ia mengangguk dan kembali mempercepat langkahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar