post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Rabu, 27 Juni 2018

Baiduri (39)


SEBENARNYA
“Kedua gadis yang sebenarnya kembar”

Setelahnya, ia berlari kesana-kemari.
Itu, kira-kira pada pukul enam tiga puluh. Ia baru saja melaksanakan sholat maghrib, ya kewajiban itu baru dilakukannya beberapa hari terakhir. Setelah bermimpi berada di jalan gelap dan mendapati secercah cahaya yang membawanya menuju ke masjid. Awal dalam sholat, begitu tersedu-sedu mengingat dosa yang sudah begitu banyak dilakukan.

Ia masih berlari mencari angkot dan Alhamdulillah meskipun tidak mendapatkannya, ada tukang ojek yang datang dan memberikan tawaran untuk mengantarnya ke mana tujuannya. Pertolongan Allah selalu tepat pada waktunya
Biasanya dia tidak pernah minta apapun pada orang lain, hanya saja demi ibunya ia bisa melakukan apapun, termasuk meminta tolong kepada gadis yang dibencinya.
Di pintu berwarna cokelat itu, ia hanya bisa berdiri mematung. Beberapa kali mengambil nafas panjang kemudian membuangnya pelan. Saat ingin mengucapkan salam sambil mengetuk pintu, nyatanya sudah dibuka oleh Ayu dan Ida yang ingin keluar sebentar membeli martabak. Keduanya terkejut, ada apakah gerangan sampai membuat gadis yang sangat membenci sahabatnya datang dengan wajah penuh harap?
Pasti ada hal buruk yang ingin direncakannya. Ayu menebaknya dengan prasangka buruk, nampak jelas dari matanya.
Tidak akan kubiarkan siapapun berbuat jahat pada sahabatku. Ternyata Ida juga berpikiran sama. Keduanya lalu menatap penuh arti, sambil bertanya dengan nada sedikit kasar, untuk apa ia datang tanpa diundang?
Bukannya dijawab, Rini langsung masuk dan mencari keberadaan Suci sambil berteriak dan menambah kecurigaan Ayu dan Ida. Sama seperti kedua sahabatnya, gadis berhijab pink dan memakai pakaian tidur dengan gambar mickey mouse di depannya tergagap. Terkejut namun tetap lembut bertanya.
Tak hilang kagetnya, tertambah dengan sikap Rini yang langsung berlutut di hadapannya. Rini mengeluarkan air mata ketulusan meminta agar Suci mau menemui ibunya yang sedang sakit di rumah.
Suci menyentuh lengan Suci dan cepat membuatnya bangkit, sambil menjelaskan bahwa akan dilakukan tanpa melakukan sesuatu yang berlebihan seperti itu. Sebenarnya, ia juga sangat merindukan ibu Dina yang meskipun tidak tahu dari mana muara rindu itu. Tak hilang meskipun tertiup angin.
Ida dan Ayu mendengar itu tetap saja menaruh khawatir, dan mengikuti Suci yang ikut bersama Rini.
“Jangan-jangan ini cuma akal-akalan Rini saja ingin menjebak Suci,” kata Ayu yang sengaja membuat suaranya nyarin agar terdengar gadis yang dimaksud.
Suci menatap kedua sahabatnya dan memberikan tanda agar berhenti berprasangka buruk dengan menggelengkan kepala.
“Baiklah,” Ayu memanyungkan mulut.
***
“Ibu baik-baik saja kan? Ibu, mana yang sakit?” nada bicara Suci begitu khawatir.
“Aku tidak apa-apa nak’,” Dina mencoba bangkit dengan duduk. Ia memberikan senyuma meskipun nampak sangat lesuh. Ia menghapus air mata yang meleleh di wajah Suci. “Aku tidak apa-apa nak’, kamu tenang saja dan ibu sangat bersyukur kamu ada di sini,” Dina memeluk Suci begitu erat.
Hah? Cemburu menyergap Rini, hanya saja ia mencoba tidak memperdulikan. Terpenting sekarang adalah kesehatan ibunya.
“Kamu baik-baik saja kan?” Ayu mendekati sambill memberikan tissue untuk menyeka air matanya yang juga tergenang di pipinya.
“I’m okay,” Rini mengambilnya dan mulai menghapus air matanya.
“Nak’, ayo ke sini,” tiba-tiba Dina memanggil Rini dan secepatnya gadis itu menuruti.
Rini memeluk kedua gadis yang sudah duduk di hadapannya. Gadis yang sebenarnya adalah kembar tetapi dipisahkan oleh takdir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar