SEBENARNYA
“Kedua
gadis yang sebenarnya kembar”
Setelahnya, ia berlari
kesana-kemari.
Itu,
kira-kira pada pukul enam tiga puluh. Ia baru saja melaksanakan sholat maghrib,
ya kewajiban itu baru dilakukannya beberapa hari terakhir. Setelah bermimpi
berada di jalan gelap dan mendapati secercah cahaya yang membawanya menuju ke
masjid. Awal dalam sholat, begitu tersedu-sedu mengingat dosa yang sudah begitu
banyak dilakukan.
Ia
masih berlari mencari angkot dan Alhamdulillah meskipun tidak mendapatkannya,
ada tukang ojek yang datang dan memberikan tawaran untuk mengantarnya ke mana
tujuannya. Pertolongan Allah selalu tepat
pada waktunya
Biasanya
dia tidak pernah minta apapun pada orang lain, hanya saja demi ibunya ia bisa
melakukan apapun, termasuk meminta tolong kepada gadis yang dibencinya.
Di
pintu berwarna cokelat itu, ia hanya bisa berdiri mematung. Beberapa kali
mengambil nafas panjang kemudian membuangnya pelan. Saat ingin mengucapkan salam
sambil mengetuk pintu, nyatanya sudah dibuka oleh Ayu dan Ida yang ingin keluar
sebentar membeli martabak. Keduanya terkejut, ada apakah gerangan sampai
membuat gadis yang sangat membenci sahabatnya datang dengan wajah penuh harap?
Pasti
ada hal buruk yang ingin direncakannya. Ayu menebaknya dengan prasangka buruk,
nampak jelas dari matanya.
Tidak akan kubiarkan siapapun
berbuat jahat pada sahabatku. Ternyata Ida juga
berpikiran sama. Keduanya lalu menatap penuh arti, sambil bertanya dengan nada
sedikit kasar, untuk apa ia datang tanpa diundang?
Bukannya
dijawab, Rini langsung masuk dan mencari keberadaan Suci sambil berteriak dan
menambah kecurigaan Ayu dan Ida. Sama seperti kedua sahabatnya, gadis berhijab
pink dan memakai pakaian tidur dengan gambar mickey mouse di depannya tergagap.
Terkejut namun tetap lembut bertanya.
Tak
hilang kagetnya, tertambah dengan sikap Rini yang langsung berlutut di
hadapannya. Rini mengeluarkan air mata ketulusan meminta agar Suci mau menemui
ibunya yang sedang sakit di rumah.
Suci
menyentuh lengan Suci dan cepat membuatnya bangkit, sambil menjelaskan bahwa
akan dilakukan tanpa melakukan sesuatu yang berlebihan seperti itu. Sebenarnya,
ia juga sangat merindukan ibu Dina yang meskipun tidak tahu dari mana muara
rindu itu. Tak hilang meskipun tertiup angin.
Ida
dan Ayu mendengar itu tetap saja menaruh khawatir, dan mengikuti Suci yang ikut
bersama Rini.
“Jangan-jangan
ini cuma akal-akalan Rini saja ingin menjebak Suci,” kata Ayu yang sengaja
membuat suaranya nyarin agar terdengar gadis yang dimaksud.
Suci
menatap kedua sahabatnya dan memberikan tanda agar berhenti berprasangka buruk
dengan menggelengkan kepala.
“Baiklah,”
Ayu memanyungkan mulut.
***
“Ibu baik-baik saja
kan? Ibu, mana yang sakit?” nada bicara Suci begitu khawatir.
“Aku
tidak apa-apa nak’,” Dina mencoba bangkit dengan duduk. Ia memberikan senyuma
meskipun nampak sangat lesuh. Ia menghapus air mata yang meleleh di wajah Suci.
“Aku tidak apa-apa nak’, kamu tenang saja dan ibu sangat bersyukur kamu ada di
sini,” Dina memeluk Suci begitu erat.
Hah?
Cemburu menyergap Rini, hanya saja ia mencoba tidak memperdulikan. Terpenting
sekarang adalah kesehatan ibunya.
“Kamu
baik-baik saja kan?” Ayu mendekati sambill memberikan tissue untuk menyeka air
matanya yang juga tergenang di pipinya.
“I’m
okay,” Rini mengambilnya dan mulai menghapus air matanya.
“Nak’,
ayo ke sini,” tiba-tiba Dina memanggil Rini dan secepatnya gadis itu menuruti.
Rini
memeluk kedua gadis yang sudah duduk di hadapannya. Gadis yang sebenarnya
adalah kembar tetapi dipisahkan oleh takdir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar