post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Rabu, 27 Juni 2018

Baiduri (40)


MEMBUKA HATI
“Andai dari dulu aku melakukannya”

Waktu pedih, Rini pun juga tidak bisa apa-apa, ia hanya bisa memberikan senyuman walau pahit yang dirasakan. Sebenarnya tidak rela untuk kedua kalinya terus-terus membiarkan orang yang disayangi dekat dengan Suci, hanya saja apa boleh buat? Sudah menjadi takdirnya, mungkin karma baginya karena tidak pernah tulus pada orang lain, selain kedua orang tuanya.
Piring yang dipegangnya nyaris terjatuh, untung ada Ayu yang menangkapnya. Bersama Ida merasa khawatir melihat keadaannya.

“Kamu kelihatan tidak konsen.”
“Ia kak Rin, kalau kamu ada masalah cerita dong sama kita. Siapa tahu kami bisa bantu,” Ida mencoba menawarkan.
“Maaf,” Rini masih saja bersikeras tidak membuka hatinya untuk sebuah persahabatan.
Wajahnya memang nampak santai dan tegar, tapi dibalik itu semua menyimpan kelemahan yang dimiliki oleh setiap wanita.
Keduanya tidak tahu apa yang akan terjadi nanti, dengan kebaikan Rini membiarkan bundanya dekat dengan gadis yang sangat dibenci. Bersamaan dengan itu, tidak mungkin ditinggalkannya Suci sendirian menginap bersama mereka.
Apalagi Ferdi menelepon dan mengatakan kepada mereka untuk selalu berada di samping Suci. Jangan sampai membiarkan Rini memiliki kesempatan menyakitinya. Walaupun dipikiran mereka, Rini tidak akan melakukannya karena perlahan ketulusan menjalani hidup apa adanya mulai terbit di cahaya matanya. Keyakinan seperti itu muncul sendiri di benak Ayu dan Ida, yang membuat mereka terus-terusan menawarkan diri untuk menjadi temannya.
“Tante Dina dan Suci sudah tidur, kami boleh tidak tidur dengan kakak?”
“Ia, kami mau tidur dengan kakak Rini.”
Awalnya Rini tetap tidak mengiyakan, hanya karena Ida dan Ayu tetap memaksa maka ia pun menerimanya dan yang terjadi setelahnya adalah kebersamaan. Rini mulai jujur dengan perasaannya, sangat sedih ketika melihat Ferdi dan Suci, sekarang malah melihatnya bersama sang ibu.
“Ketika Tuhan memberikan apa yang kita tidak inginkan, boleh jadi itu adalah yang terbaik bagi kita.”
Kalimat yang menguap dari bibir Ida membuat gadis yang sedang menangis itu terhenyak. Dalam sekali. Di dadanya yang sudah merasa dekat dengan Tuhan, perlahan membuka pikirannya.
“Pasti ada hikmah dibalik semua yang kakak alami.”
Ayu menambahkan, sambil memegang tangan Rini dengan kehangatan. Kemudian, mendekat dan mendekapnya.
“Makasih ya, kalian udah mau mendengarkan curahan hatiku. Ternyata gini rasanya punya sahabat, pantasan Suci sangat bahagia dengan kalian.”
Ida dan Ayu tersenyum. Selanjutnya memberikan petuah demi petuah. Pun memberikan gambaran Suci yang sangat baik dan sangat tidak pantas untuk dibenci.
Sempat mata Rini menyala, pun perlahan redup ketika melihat kedua teman barunya memberikan kesempatan untuk mencoba dekat dengan Suci. Tentunya keduanya akan membantu. Kesempatan tidak akan datang kepada orang yang  buruk. Mungkin saja karena Tuhan sudah melihatnya yang ingin berubah. Tuhan saja Maha Pemaaf, masa dia tidak? Pekik Ida dan Ayu.
*
Hari berganti dan Suci pergi ke sekolah bersama Rini, Ida dan Ayu.
Dalam perjalanan, Ida memberi kode pada Rini untuk memulai pembicaraan dengan Suci. Sangat lembut dan santun, matanya memberikan cahaya yang membuatnya ikut menguapkan kata-kata lembut.
“Gitu dong, enak banget kelihatnya kalau lihat kalian seperti ini.”
“Benar banget. Adem.”
Ida dan Ayu bahagia.
Setelah semua itu, Rini mulai dekat dengan Suci, Ida dan Ayu. Persahabatan mulai diterima hatinya. Bahkan mengatakan andai dari dulu ia melakukannya, pasti tidak akan lama larut dalam kesedihan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar