MEMBUKA
HATI
“Andai
dari dulu aku melakukannya”
Waktu pedih, Rini pun
juga tidak bisa apa-apa, ia hanya bisa memberikan senyuman walau pahit yang
dirasakan. Sebenarnya tidak rela untuk kedua kalinya terus-terus membiarkan
orang yang disayangi dekat dengan Suci, hanya saja apa boleh buat? Sudah
menjadi takdirnya, mungkin karma baginya karena tidak pernah tulus pada orang
lain, selain kedua orang tuanya.
Piring
yang dipegangnya nyaris terjatuh, untung ada Ayu yang menangkapnya. Bersama Ida
merasa khawatir melihat keadaannya.
“Kamu
kelihatan tidak konsen.”
“Ia
kak Rin, kalau kamu ada masalah cerita dong sama kita. Siapa tahu kami bisa
bantu,” Ida mencoba menawarkan.
“Maaf,”
Rini masih saja bersikeras tidak membuka hatinya untuk sebuah persahabatan.
Wajahnya
memang nampak santai dan tegar, tapi dibalik itu semua menyimpan kelemahan yang
dimiliki oleh setiap wanita.
Keduanya
tidak tahu apa yang akan terjadi nanti, dengan kebaikan Rini membiarkan
bundanya dekat dengan gadis yang sangat dibenci. Bersamaan dengan itu, tidak
mungkin ditinggalkannya Suci sendirian menginap bersama mereka.
Apalagi
Ferdi menelepon dan mengatakan kepada mereka untuk selalu berada di samping
Suci. Jangan sampai membiarkan Rini memiliki kesempatan menyakitinya. Walaupun
dipikiran mereka, Rini tidak akan melakukannya karena perlahan ketulusan
menjalani hidup apa adanya mulai terbit di cahaya matanya. Keyakinan seperti
itu muncul sendiri di benak Ayu dan Ida, yang membuat mereka terus-terusan
menawarkan diri untuk menjadi temannya.
“Tante
Dina dan Suci sudah tidur, kami boleh tidak tidur dengan kakak?”
“Ia,
kami mau tidur dengan kakak Rini.”
Awalnya
Rini tetap tidak mengiyakan, hanya karena Ida dan Ayu tetap memaksa maka ia pun
menerimanya dan yang terjadi setelahnya adalah kebersamaan. Rini mulai jujur
dengan perasaannya, sangat sedih ketika melihat Ferdi dan Suci, sekarang malah
melihatnya bersama sang ibu.
“Ketika
Tuhan memberikan apa yang kita tidak inginkan, boleh jadi itu adalah yang
terbaik bagi kita.”
Kalimat
yang menguap dari bibir Ida membuat gadis yang sedang menangis itu terhenyak.
Dalam sekali. Di dadanya yang sudah merasa dekat dengan Tuhan, perlahan membuka
pikirannya.
“Pasti
ada hikmah dibalik semua yang kakak alami.”
Ayu
menambahkan, sambil memegang tangan Rini dengan kehangatan. Kemudian, mendekat
dan mendekapnya.
“Makasih
ya, kalian udah mau mendengarkan curahan hatiku. Ternyata gini rasanya punya
sahabat, pantasan Suci sangat bahagia dengan kalian.”
Ida
dan Ayu tersenyum. Selanjutnya memberikan petuah demi petuah. Pun memberikan
gambaran Suci yang sangat baik dan sangat tidak pantas untuk dibenci.
Sempat
mata Rini menyala, pun perlahan redup ketika melihat kedua teman barunya
memberikan kesempatan untuk mencoba dekat dengan Suci. Tentunya keduanya akan
membantu. Kesempatan tidak akan datang
kepada orang yang buruk. Mungkin saja
karena Tuhan sudah melihatnya yang ingin berubah. Tuhan saja Maha Pemaaf, masa
dia tidak? Pekik Ida dan Ayu.
*
Hari berganti dan Suci
pergi ke sekolah bersama Rini, Ida dan Ayu.
Dalam
perjalanan, Ida memberi kode pada Rini untuk memulai pembicaraan dengan Suci.
Sangat lembut dan santun, matanya memberikan cahaya yang membuatnya ikut
menguapkan kata-kata lembut.
“Gitu
dong, enak banget kelihatnya kalau lihat kalian seperti ini.”
“Benar
banget. Adem.”
Ida
dan Ayu bahagia.
Setelah
semua itu, Rini mulai dekat dengan Suci, Ida dan Ayu. Persahabatan mulai
diterima hatinya. Bahkan mengatakan andai dari dulu ia melakukannya, pasti
tidak akan lama larut dalam kesedihan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar