post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Sabtu, 30 Juni 2018

Baiduri (41)


MENCOBA MELINDUNGI
“Aku juga akan menjadi penolongmu”

Sekarang bukan hanya mereka yang menghabiskan waktu bertiga, melainkan berempat karena Rini yang dengan senang hati ingin bergabung, bahkan malah meminta supaya dirinya bisa diberikan kesempatan.
Dari tempatnya berdiri sekarang, di pojok perpustakaan yang menjadi tempat favorit Suci, Ida dan Ayu, nampak gadis itu mengerlingkan air mata. Menyaksikan ketulusan yang tidak mungkin bisa bohong dari matanya. Padahal kesempatan itu sudah diberikan meskipun mereka tidak mengatakannya kemarin-kemarin.

Ketiga gadis itu mendekatinya.
Menyentuh tangannya dengan lembut, kemudian memeluknya seperti pelukan teletubbies.
Lalu, akankah kekentalan persahabatan tetap mengiringi perjalan mereka?
Entahlah, Suci hanya terus berharap. Semoga ini langkah awal baik agar Rini bisa merubah diri.
Ferdi melihat dari celah-celah buku yang tersusun rapi di raknya. Perasaan yang bercampur aduk. Ada kebahagiaan melihat Rini ingin berubah, meskipun sangat membenci sikapnya yang dulu begitu membenci Suci. Ia tidak bisa memungkiri  dia pernah berteman baik bahkan sempat menjalin hubungan walaupun tidak seserius pada Suci. Ada pula perasaan kekhawatiran, bagaimana kalau itu akal-akalannya saja?
“Aku akan tetap mengawasimu Rini. Aku takut kamu akan berbuat jahat lagi pada Suci,” katanya pada diri sendiri.
“Ngapain kamu di sini, kayak ngintip seseorang?” Nabila muncul dengan dua buku besar di tangannya.
“Tidak apa-apa koq,” menyela dan pura-pura mencari buku.
“Resiko jatuh cinta,” Nabil meledek, kemudian berlalu.
“Aku memang jatuh cinta pada Suci,” katanya sedikit keras dan membiarkan Nabila mendengarkannya yang belum terlalu jauh melangkah.
***
Tidak akan membiarkan siapapun menyakitimu. Janji Rini di hatinya untuk Suci.
Ida dan Ayu, tidak pun diberitahukannya. Meskipun di antara mereka bereempat sudah saling mengikatkan bahwa tidak boleh ada rahasia di antara mereka, tetap saja ada rasa malu dan gengsi kalau memberi tahu mereka.  Hanya saja, ia akan membuktikannya. Seperti yang terjadi ketika di kepun preman saat pulang dari masjid usai melaksanakan sholat maghrib.
“Mau ke mana gadis-gadis cantik?” kata salah satu preman yang memiliki otot paling kecil di antara tiga preman.
Rini langsung menyuruh ketiga sahabatnya untuk berada di belakangnya. “Jangan macam-macam ya! Aku tidak takut sama sekali kepadamu,” kata Rini mencoba melawan walaupun sebenarnya ada ketakutan di dalam dirinya.
Rini mencoba berteriak untuk meminta pertolongan, hanya saja hasilnya malah membuat Suci ditarik dan disandera mereka. Rini langsung mencoba melawan dengan mengambil batu yang berserakan di jalan, dibantu Ida dan Ayu, pun tidak menghasilkan apa-apa, justru membuat mereka tersungkur jatuh. Sementara Suci mencoba lepas dari cengkaraman sang preman dengan mengigit tangannya. Kemudian, ia menarik ketiga sahabatnya dan berlari mencari tempat persembunyian.
Ketiga preman mengejar dan keempat gadis itu malah tertangkap. Untungnya tidak berlangsung lama, pertolongan datang dari seorang pemuda tinggi dan berhidung mancung. Kulitnya tidak putih dan tidak juga, tetapi tidak bisa dipungkiri aura ketampanannya begitu nampak.
“Ya, Tuhan, apakah dia seorang malaikat?” kata Ida yang tidak berhenti menatap pemuda itu yang masih terus berusaha melawan preman-preman.
Alhamdulillah. Pemuda yang ternyata memiliki nama Sing itu berhasil mengalahkan manusia-manusia penganggu bahkan dengan hati tulus mengantarkan mereka bereempat pulang ke rumah Rini. Tidak sungkan mereka berterima kasih setelahnya.
Sing berpamitan pulang karena ia sudah punya  janji dengan pacarnya untuk ke took buku. Hah. Keempat gadis itu pun merasakan kecewa, padahal masih ingin melihatnya.
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar