MENCOBA
MELINDUNGI
“Aku
juga akan menjadi penolongmu”
Sekarang bukan hanya
mereka yang menghabiskan waktu bertiga, melainkan berempat karena Rini yang
dengan senang hati ingin bergabung, bahkan malah meminta supaya dirinya bisa
diberikan kesempatan.
Dari
tempatnya berdiri sekarang, di pojok perpustakaan yang menjadi tempat favorit
Suci, Ida dan Ayu, nampak gadis itu mengerlingkan air mata. Menyaksikan
ketulusan yang tidak mungkin bisa bohong dari matanya. Padahal kesempatan itu
sudah diberikan meskipun mereka tidak mengatakannya kemarin-kemarin.
Ketiga
gadis itu mendekatinya.
Menyentuh
tangannya dengan lembut, kemudian memeluknya seperti pelukan teletubbies.
Lalu,
akankah kekentalan persahabatan tetap mengiringi perjalan mereka?
Entahlah,
Suci hanya terus berharap. Semoga ini langkah awal baik agar Rini bisa merubah
diri.
Ferdi
melihat dari celah-celah buku yang tersusun rapi di raknya. Perasaan yang
bercampur aduk. Ada kebahagiaan melihat Rini ingin berubah, meskipun sangat
membenci sikapnya yang dulu begitu membenci Suci. Ia tidak bisa memungkiri dia pernah berteman baik bahkan sempat
menjalin hubungan walaupun tidak seserius pada Suci. Ada pula perasaan
kekhawatiran, bagaimana kalau itu akal-akalannya saja?
“Aku
akan tetap mengawasimu Rini. Aku takut kamu akan berbuat jahat lagi pada Suci,”
katanya pada diri sendiri.
“Ngapain
kamu di sini, kayak ngintip seseorang?” Nabila muncul dengan dua buku besar di
tangannya.
“Tidak
apa-apa koq,” menyela dan pura-pura mencari buku.
“Resiko
jatuh cinta,” Nabil meledek, kemudian berlalu.
“Aku
memang jatuh cinta pada Suci,” katanya sedikit keras dan membiarkan Nabila
mendengarkannya yang belum terlalu jauh melangkah.
***
Tidak akan membiarkan
siapapun menyakitimu. Janji Rini di hatinya untuk Suci.
Ida
dan Ayu, tidak pun diberitahukannya. Meskipun di antara mereka bereempat sudah
saling mengikatkan bahwa tidak boleh ada rahasia di antara mereka, tetap saja
ada rasa malu dan gengsi kalau memberi tahu mereka. Hanya saja, ia akan membuktikannya. Seperti
yang terjadi ketika di kepun preman saat pulang dari masjid usai melaksanakan
sholat maghrib.
“Mau
ke mana gadis-gadis cantik?” kata salah satu preman yang memiliki otot paling
kecil di antara tiga preman.
Rini
langsung menyuruh ketiga sahabatnya untuk berada di belakangnya. “Jangan
macam-macam ya! Aku tidak takut sama sekali kepadamu,” kata Rini mencoba
melawan walaupun sebenarnya ada ketakutan di dalam dirinya.
Rini
mencoba berteriak untuk meminta pertolongan, hanya saja hasilnya malah membuat
Suci ditarik dan disandera mereka. Rini langsung mencoba melawan dengan
mengambil batu yang berserakan di jalan, dibantu Ida dan Ayu, pun tidak
menghasilkan apa-apa, justru membuat mereka tersungkur jatuh. Sementara Suci
mencoba lepas dari cengkaraman sang preman dengan mengigit tangannya. Kemudian,
ia menarik ketiga sahabatnya dan berlari mencari tempat persembunyian.
Ketiga
preman mengejar dan keempat gadis itu malah tertangkap. Untungnya tidak
berlangsung lama, pertolongan datang dari seorang pemuda tinggi dan berhidung mancung.
Kulitnya tidak putih dan tidak juga, tetapi tidak bisa dipungkiri aura
ketampanannya begitu nampak.
“Ya,
Tuhan, apakah dia seorang malaikat?” kata Ida yang tidak berhenti menatap
pemuda itu yang masih terus berusaha melawan preman-preman.
Alhamdulillah. Pemuda
yang ternyata memiliki nama Sing itu berhasil mengalahkan manusia-manusia
penganggu bahkan dengan hati tulus mengantarkan mereka bereempat pulang ke
rumah Rini. Tidak sungkan mereka berterima kasih setelahnya.
Sing
berpamitan pulang karena ia sudah punya
janji dengan pacarnya untuk ke took buku. Hah. Keempat gadis itu pun
merasakan kecewa, padahal masih ingin melihatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar