INGIN
BERDUA
“Tidak
ingin terlalu berlebihan”
Ferdi
merasa aneh melihat tingkah mereka. senyam-senyum tidak jelas. Membuatnya
penasaran dan tidak segan bertanya.
Seorang
pemuda sudah menjadi pahlawan bagi mereka, tak hanya rupawan, tampan, jago
berkelahi tetapi sangat nampak setia pada pasangannya, jelas dari suara waktu
menelepon sang pacar. Ungkap Ida.
Hah.
Kemarin padahal dia juga mau ke rumah Rini untuk bertemu dengan Suci, hanya
saja mamanya meminta tolong untuk diantar ke bandara. Lagian ia tidak ingin
memata-matai Rini lagi, kalau-kalau dia akan berbuat jahat pada gadis yang
disukainya. Beberapa hari ini ia sudah membuktikkannya bahwa benar-benar ia
sudah berubah. Tidak baik kalau terus-terusan berburuk sangka.
Dan,
siapa pemuda itu? Kenapa bisa-bisanya membuat Suci juga ikutan senyam-senyum
sendiri. Tidak boleh dibiarkan, ia juga harus melakukan sesuatu.
Pada
kesempatan saat Suci and the genk masih sibuk dengan khayalan mereka bagaimana
kalau bertemu lagi dengan sang idola, Ferdi mendekati Suci perlahan dan
memberinya selembar kertas.
“Assalam,
aku mau ngajak kamu ke bioskop sebentar sore?” isi tulisan yang ada ada di
kertas itu. Suci menoleh kepadanya lalu memberikan senyuman ringan.
“Ada
apa ini? Koq kami bertiga seperti jadi obat nyamuk,” Ayu mencoba membaca
keadaan.
“Tidak
apa-apa koq,” Suci menyeka.
“Ia,
tidak ada apa-apa koq. Aku ke kelas dulu ya,” ucap Ferdi kemudian berbalik
pergi.
“Jangan
lupa sebentar sore ya,” sempat pemuda itu kembali mengingatkan dan berbalik
lagi.
***
Akhirnya, ia juga
mempunyai kesempatan untuk bisa bersama dengan Suci. Ia sudah lama menunggu
moment-moment seperti ini. Dia juga sudah menyiapkan sebuah kado kecil yang
sudah dibungkus secantik mungkin.
Ferdi
sudah berada di depan mall sekitar dua menit. Ia sudah menyiapkan diri setampan
mungkin agar Suci tidak malu kalau berjalan dengannya. Ia mengecek wajahnya di
pintu masuk mall. Alhamdulillah, Allah
sudah memberikanku wajah ganteng. Katanya.
Ia
mendengar suara ketawa di belakangnya. Segera ia berbalik.
Gadis
yang ditunggunya sudah datang dan jantungnya seakan jatuh ke lantai. Pakaian
yang dipakai Suci sangat sederhana, gamis kecil yang tidak ketat senada dengan
jilbab yang menutuk kepalanya. Make upnya nampak sangat natural. Lantas kenapa
terlihat begitu anggun? Bahkan membuat pemuda lain yang juga sedang berjalan
dengan pacaranya, tidak berhenti menatapnya. Sungguh beruntung pemuda yang akan
mendapatkannya.
“Sudah
lama?” tanyanya, “Maaf ya, tadi aku harus ngantar ibu Nini dulu ke rumah
temannya, jadi kamu tidak usah jemput deh.”
“Tidak
apa-apa. Aku kan juga mau ngantar tante Nini, tapi kamu bilang tidak usah.”
“Ia,
takut merepotkan kamu sih. Kamu sudah terlalu baik padaku. Aku takut kalau
terlalu berlebihan.”
“Kenapa?”
“Tidak
enak saja. Kita kan belum ada hubungan yang jelas, nanti kalau ada yang marah
bagaimana?”
“Hahahaha.
Aku kan sukanya sama kamu.”
Mendadak
suasana hening di antara mereka berdua. Padahal kalau mau dibilang, bagaimana
suara mall yang bising ketika siang hari.
“Bagaimana
kalau kita langsung mesan tiket aja,” ajak Ferdi, mencoba meleraikan suasana.
“Okay,”
Suci setuju, lagian ia sepertinya takut terlihat tidak bisa mengontrol tingkah
lakunya yang mulai gemetar tidak jelas.
“Bagaimana
dengan teman-temanmu?”
“Katanya
mereka mau nyusul ke sini?”
“Apa?”
Ferdi kaget. Ah, padahal masih ingin
berduaan dulu dengan Suci.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar