post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Sabtu, 30 Juni 2018

Baiduri (42)


INGIN BERDUA
“Tidak ingin terlalu berlebihan”

Esoknya, ada yang lain dari Suci dan sahabat-sahabatnya.
Ferdi merasa aneh melihat tingkah mereka. senyam-senyum tidak jelas. Membuatnya penasaran dan tidak segan bertanya.
Seorang pemuda sudah menjadi pahlawan bagi mereka, tak hanya rupawan, tampan, jago berkelahi tetapi sangat nampak setia pada pasangannya, jelas dari suara waktu menelepon sang pacar. Ungkap Ida.

Hah. Kemarin padahal dia juga mau ke rumah Rini untuk bertemu dengan Suci, hanya saja mamanya meminta tolong untuk diantar ke bandara. Lagian ia tidak ingin memata-matai Rini lagi, kalau-kalau dia akan berbuat jahat pada gadis yang disukainya. Beberapa hari ini ia sudah membuktikkannya bahwa benar-benar ia sudah berubah. Tidak baik kalau terus-terusan berburuk sangka.
Dan, siapa pemuda itu? Kenapa bisa-bisanya membuat Suci juga ikutan senyam-senyum sendiri. Tidak boleh dibiarkan, ia juga harus melakukan sesuatu.
Pada kesempatan saat Suci and the genk masih sibuk dengan khayalan mereka bagaimana kalau bertemu lagi dengan sang idola, Ferdi mendekati Suci perlahan dan memberinya selembar kertas.
“Assalam, aku mau ngajak kamu ke bioskop sebentar sore?” isi tulisan yang ada ada di kertas itu. Suci menoleh kepadanya lalu memberikan senyuman ringan.
“Ada apa ini? Koq kami bertiga seperti jadi obat nyamuk,” Ayu mencoba membaca keadaan.
“Tidak apa-apa koq,” Suci menyeka.
“Ia, tidak ada apa-apa koq. Aku ke kelas dulu ya,” ucap Ferdi kemudian berbalik pergi.
“Jangan lupa sebentar sore ya,” sempat pemuda itu kembali mengingatkan dan berbalik lagi.
***
Akhirnya, ia juga mempunyai kesempatan untuk bisa bersama dengan Suci. Ia sudah lama menunggu moment-moment seperti ini. Dia juga sudah menyiapkan sebuah kado kecil yang sudah dibungkus secantik mungkin.
Ferdi sudah berada di depan mall sekitar dua menit. Ia sudah menyiapkan diri setampan mungkin agar Suci tidak malu kalau berjalan dengannya. Ia mengecek wajahnya di pintu masuk mall. Alhamdulillah, Allah sudah memberikanku wajah ganteng. Katanya.
Ia mendengar suara ketawa di belakangnya. Segera ia berbalik.
Gadis yang ditunggunya sudah datang dan jantungnya seakan jatuh ke lantai. Pakaian yang dipakai Suci sangat sederhana, gamis kecil yang tidak ketat senada dengan jilbab yang menutuk kepalanya. Make upnya nampak sangat natural. Lantas kenapa terlihat begitu anggun? Bahkan membuat pemuda lain yang juga sedang berjalan dengan pacaranya, tidak berhenti menatapnya. Sungguh beruntung pemuda yang akan mendapatkannya.
“Sudah lama?” tanyanya, “Maaf ya, tadi aku harus ngantar ibu Nini dulu ke rumah temannya, jadi kamu tidak usah jemput deh.”
“Tidak apa-apa. Aku kan juga mau ngantar tante Nini, tapi kamu bilang tidak usah.”
“Ia, takut merepotkan kamu sih. Kamu sudah terlalu baik padaku. Aku takut kalau terlalu berlebihan.”
“Kenapa?”
“Tidak enak saja. Kita kan belum ada hubungan yang jelas, nanti kalau ada yang marah bagaimana?”
“Hahahaha. Aku kan sukanya sama kamu.”
Mendadak suasana hening di antara mereka berdua. Padahal kalau mau dibilang, bagaimana suara mall yang bising ketika siang hari.
“Bagaimana kalau kita langsung mesan tiket aja,” ajak Ferdi, mencoba meleraikan suasana.
“Okay,” Suci setuju, lagian ia sepertinya takut terlihat tidak bisa mengontrol tingkah lakunya yang mulai gemetar tidak jelas.
“Bagaimana dengan teman-temanmu?”
“Katanya mereka mau nyusul ke sini?”
“Apa?” Ferdi kaget. Ah, padahal masih ingin berduaan dulu dengan Suci.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar