post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Sabtu, 16 Juni 2018

Special Love (32)


SAHABAT IBUMU
“Aku yakin kamu gadis yang baik”
Irma memasuki rumah mewah. Nampak sangat megah, halaman rumahnya saja sangat luas dan apalagi di dalam rumahnya. Jujur Irma sangat menyukainya, karena banyak bunga-bunga bermekaran di sana seolah ia sedang berada di sebuah taman indah. Pasti setiap pagi Ferli dan orang tunya menghirup udara segar.
Ferli memencet tombol bel. Pikiran Irma terpokus pada hal yang akan terjadi seketika. Hah. Lagi-lagi khawatir membuntuti untungnya setiap kali merasakan hal itu, Ferli selalu menguatkannya dengan senyumannya yang manis.

“Assalamualaikum tante,” katanya saat Maryam membukakannya pintu.
“Waalaikumsalam. Masuk-masuk…..” Maryam membalas senyumannya dan nampak sangat senang melihatnya.
“Silahkan duduk nak’,” lanjutnya mempersilahkan.
Sementara Ferli hanya terduduk di samping Irma sekaligus gembira. Ibunya sangat ramah kepada gadis yang dicintainya.
“Kamu mau minum apa?”
“Tidak usah repot-repot tante.”
“Ah kamu tidak usah begitu nak’, tante tidak merasa direpotkan koq. Kamu bilang aja apa yang ingin kamu minum.”
“Kalau begitu, bagaimana kalau kita sama-sama bikin minumnya tante. Boleh?” mata Irma mengisyaratkan keinginan yang sangat luas.
“Baiklah. Ayo kita ke dapur sekarang,” Maryam berdiri.
Irma juga mengangkat bahu dan mulai mengikuti ibunda pacarnya dari belakang. Ferli hanya memberinya tanda jempol.
Bagaimana dengan ayahnya? Kata Maryam sebelumnya, suaminya tiba-tiba ada urusan mendadak ke luar kota.
***
Di dapur, sekali lagi Irma terheran-heran. Bagaimana tidak, besar dapurya sama dengan besar kamar di asramanya. Banyak sekali peralatan memasak, bahkan yang sudah pernah di lihatnya di tv-tv.
“Nak, tolong ambilkan buah semangka di dalam kulkas,” kaa Maryam membuyarkan rasa takjubnya.
“Oh. Baik tante,” secepatnya mengikuti, sebelumnya melepaskan tasnya sampai tidak sadar dompetnya jatuh.
Irma mengambil satu buah semangka di dalam kulkas, kemudian mengulitinya bersama Maryam. Nampak sangat kompak, Ferli melihatnya dari jauh.
“Kalian adalah wanita-wanita terindah dalam hidupku,” batinnya.
“Allah, semoga ini pertanda baik untuk hubunganku dengan Irma. Aku tidak ingin lagi sampai terpisah dengannya,” kembali ia meminta.
Beberapa menit selanjutnya, akhirnya juice buatan ibu dan pacaranya jadi juga. Sangat terasa semangkanya di lidah. Benar beberapa kata orang, kalau bikin sendiri itu rasanya lebih nikmat karena terasa usahanya.
“Bagaimana? Enak kan?”
“Ia. Manis seperti kamu.”
Mendada lidah Irma keluh. Padahal kemarin-kemarin ia sudah kuat menghadapi serangan gombal Ferli. Namun, setelah kerinduan hanya menjadi udara sesak di dalam dada karena kesalahpahaman, perasaan itu datang lagi.
“Allah, cinta begitu nampak di mata anakku kepada gadis ini. Sungguh bersalah kalau sampai ikut memisahkan mereka,” pekik Maryam dalam hati.
“Anak-anakku, aku masuk dulu ke dapur ya ambil makanan yang sudah ibu buat,” Maryam ingin ke dapur lagi.
“Bu, biar aku saja. Katakan di mana, biar aku yang ambil.”
“Tidak usah nak, kamu duduk aja dulu dengan Ferli. Kamu kan tamu.”
“Baiklah bu,” tersenyum ringan.
Maryam membalasnya dengan sunggingan senada. Di dapur, Maryam menemukan dompet Irma dan alangkah terkejutnya dirinya sekaligus merasa sangat senang, rupanya Irma adalah anak dari sahabatnya, Rika yang sudah lam tak bertemu dengannya. Ia bergegas berlari menemui Irma dan lupa tujuannya ke dapur.
“Nak’, ternyata kamu bukan orang lain nak’,” katanya sambil memeluk Irma dengan erat.
Bahkan Maryam meneteskan air mata. Rupanya ada alasan, kenapa ia merasa ada mata sahabatnya di mata pacar anaknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar