post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Sabtu, 16 Juni 2018

Still Hoping (25)


KECEWA
“Bila bulan dan bintang bisa bicara, maka ia akan berkata bahwa aku selalu merindukanmu setiap di malam panjang”

Apa yang sebenarnya ingin dikatakan Luna kepada Irma? Akankah ia menyatakan yang sebenarnya? Akankah ia menyatakan bahwa selama ini ada hubungan antara dirinya dengan Cantik? Dan, beberapa pertanyaan lagi yang hampir membuatnya kepala sakit.
Terlambat, ketika nampak wajah Hiro sudah memerah melihatnya ketika sudah mendekat. Bahkan Hiro sampai maju ke hadapannya dengan tatapan yang sangat menusuk. Ia memberikan isyarat kepada Luna, tentang apa yang sebenarnya telah dikatakan padanya dan ternyata benar.

            Luna  hanya menggelengkan kepala dan meminta maaf.
            “Kalian sudah berhasil menipuku,” kata Hiro menggengam tangannya dengan sangat kuat. Sebenarnya ingin dilayangkan beberapa pukulan di wajah Digta, hanya saja tidak mungkin Ia tidak mau sampai di panggil ke ruangan dekan karena bermasalah dengan seorang penipu.
Cantik datang, ia langsung berlari kea rah Hiro dengan tampang yang benar-benar belum tahu apa permasalahannya.
“Kamu sudah berhasil menipuku,” mata pemuda itu penuh dengan awan gelap. Baru kali ini ia merasa sangat dikecewakan. Padahal ia sudah menaruh hati. Ia sudah diterbangkan ke langit ke tujuh dan setelahnya dijatuhkan ke dasar bumi. Hah.
“Apa maksud kamu kak?”
“Ini bukan salah Cantik melainkan ini salah aku. Jangan libatkan dia,” Digta datang membela.
Luna terheran-heran. Ada ketakutan menggelutinya.
“Sudahlah. Kalian sama saja, penipu.”
Hiro membalikkan badan. Lebih baik enyah dari mereka semua. Hah. Ia mendenguskan nafas panjang. Jujur, seakan kakinya terasa ingin lumpuh dan ingin sebentar saja terduduk, hanya saja tidak mungkin nampak lemah di mata orang lain. Bukan sombong, hanya saja selama ini ia yang menolak cinta orang lain, bukan dirinya.
“Apa yang sebenarnya sudah terjadi? Mohon beritahu aku?” Cantik mendesak dengan matanya yang menyala.
“Hiro sudah tahu kalau kita adalah pasangan suami istri.”
“Apa?” menganga.
“Maafkan aku. Aku telah memberitahunya, pun cepat atau lambat dia juga akan tahu dengan sendirinya,” Luna melakukan pembelaan diri.
Digta tidak menghiraukannya, hanya merasa kasihan pada Cantik yang juga merasa tersiksa.
“Andai kita memberitahunya sejak dulu. Pasti tidak akan terjadi seperti sekarang.”
“Kamu tenang saja. Hiro itu orang baik. Pasti secepatnya dia juga akan mengerti.”
Cantik mengigit jarinya sambil berpikir apa yang harus dilakukan. Ia idak boleh diam saja. Ia harus segera melakukan sesuatu untuk memperbaiki keadaan. Cantik mulai berlari mencari keberadaan Hiro dan dikejar oleh Digta.
“Cantik, tunggu….” Panggil pemuda itu namun tidak dihiraukan.
“Maafkan aku Digta. Sekarang aku harus mencari Hiro dan berusaha untuk mendapatkan maaf darinya,” batinnya sambil terus berlari.
Di gedung Fakultas Sastra, tepatnya di lantai tiga, Hiro melihat Cantik dari kejauhan berlari mencarinya. Di belakangnya ada suaminya. Hatinya mendung dan perlahan deras air matanya mengalir. Hah. Benar-benar tertipu dan perasaannya yang berkabung seperti langit turut merestuinya. Hujan datang membasahi bumi.
“Kalian terlalu besar membuatku kecewa,” katanya.
Sebenarnya ingin berteriak dan mengatakan kepada Cantik bahwa dirinya dari kejauhan menatapnya dan tidak ingin membiarkannya terus berlari dalam keadaan hujan. Hanya saja perasaannya sudah terkalahkan dengan kekecawaan.
Selama ini selama membenci seseorang butuh waktu lama untuk memperbaikinya. Semoga kali ini tidak. Harapanya sambil terus memandangan gadis yang disukainya dalam hujan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar