KECEWA
“Bila
bulan dan bintang bisa bicara, maka ia akan berkata bahwa aku selalu
merindukanmu setiap di malam panjang”
Apa yang sebenarnya
ingin dikatakan Luna kepada Irma? Akankah ia menyatakan yang sebenarnya?
Akankah ia menyatakan bahwa selama ini ada hubungan antara dirinya dengan
Cantik? Dan, beberapa pertanyaan lagi yang hampir membuatnya kepala sakit.
Terlambat,
ketika nampak wajah Hiro sudah memerah melihatnya ketika sudah mendekat. Bahkan
Hiro sampai maju ke hadapannya dengan tatapan yang sangat menusuk. Ia
memberikan isyarat kepada Luna, tentang apa yang sebenarnya telah dikatakan
padanya dan ternyata benar.
Luna hanya
menggelengkan kepala dan meminta maaf.
“Kalian sudah berhasil menipuku,” kata Hiro menggengam
tangannya dengan sangat kuat. Sebenarnya ingin dilayangkan beberapa pukulan di
wajah Digta, hanya saja tidak mungkin Ia tidak mau sampai di panggil ke ruangan
dekan karena bermasalah dengan seorang penipu.
Cantik
datang, ia langsung berlari kea rah Hiro dengan tampang yang benar-benar belum
tahu apa permasalahannya.
“Kamu
sudah berhasil menipuku,” mata pemuda itu penuh dengan awan gelap. Baru kali
ini ia merasa sangat dikecewakan. Padahal ia sudah menaruh hati. Ia sudah
diterbangkan ke langit ke tujuh dan setelahnya dijatuhkan ke dasar bumi. Hah.
“Apa
maksud kamu kak?”
“Ini
bukan salah Cantik melainkan ini salah aku. Jangan libatkan dia,” Digta datang
membela.
Luna
terheran-heran. Ada ketakutan menggelutinya.
“Sudahlah.
Kalian sama saja, penipu.”
Hiro
membalikkan badan. Lebih baik enyah dari mereka semua. Hah. Ia mendenguskan
nafas panjang. Jujur, seakan kakinya terasa ingin lumpuh dan ingin sebentar
saja terduduk, hanya saja tidak mungkin nampak lemah di mata orang lain. Bukan
sombong, hanya saja selama ini ia yang menolak cinta orang lain, bukan dirinya.
“Apa
yang sebenarnya sudah terjadi? Mohon beritahu aku?” Cantik mendesak dengan
matanya yang menyala.
“Hiro
sudah tahu kalau kita adalah pasangan suami istri.”
“Apa?”
menganga.
“Maafkan
aku. Aku telah memberitahunya, pun cepat atau lambat dia juga akan tahu dengan
sendirinya,” Luna melakukan pembelaan diri.
Digta
tidak menghiraukannya, hanya merasa kasihan pada Cantik yang juga merasa
tersiksa.
“Andai
kita memberitahunya sejak dulu. Pasti tidak akan terjadi seperti sekarang.”
“Kamu
tenang saja. Hiro itu orang baik. Pasti secepatnya dia juga akan mengerti.”
Cantik
mengigit jarinya sambil berpikir apa yang harus dilakukan. Ia idak boleh diam
saja. Ia harus segera melakukan sesuatu untuk memperbaiki keadaan. Cantik mulai
berlari mencari keberadaan Hiro dan dikejar oleh Digta.
“Cantik,
tunggu….” Panggil pemuda itu namun tidak dihiraukan.
“Maafkan
aku Digta. Sekarang aku harus mencari Hiro dan berusaha untuk mendapatkan maaf
darinya,” batinnya sambil terus berlari.
Di
gedung Fakultas Sastra, tepatnya di lantai tiga, Hiro melihat Cantik dari
kejauhan berlari mencarinya. Di belakangnya ada suaminya. Hatinya mendung dan
perlahan deras air matanya mengalir. Hah. Benar-benar tertipu dan perasaannya
yang berkabung seperti langit turut merestuinya. Hujan datang membasahi bumi.
“Kalian
terlalu besar membuatku kecewa,” katanya.
Sebenarnya
ingin berteriak dan mengatakan kepada Cantik bahwa dirinya dari kejauhan
menatapnya dan tidak ingin membiarkannya terus berlari dalam keadaan hujan.
Hanya saja perasaannya sudah terkalahkan dengan kekecawaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar