post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Minggu, 17 Juni 2018

Special Love (33)


TAKDIR
“Kau, gadis yang baik”

Irma terheran-heran.
Gadis itu hanya merasakah kehangatan. Ya, sudah lama ia tidak dipeluk ibunya karena harus kuliah jauh, hanya mendengar via telepon dan jarang sekali face time karena jaringan di rumahnya ibunya yang tidak memungkinkan. Dan, sekarang ia merasakan sedikit penawar dari ibu pemuda yang disayanginyan hanya saja tak mengerti.
“Nak’, kamu anaknya Rika kan?” pertanyaan yang meluncur dari bibir Maryam bersama dengan isakan.

“Kenapa ibu bisa tahu?” Irma masih belum mengerti.
Maryam memperlihatkan dompetnya yang jatuh.
“Dia adalah sahabat ibu yang sudah lama sekali kami rindukan. Sekarang, ibu kamu apa kabarnya?”
“Oh. Ibu adalah ibu Maryam, seorang sahabat yang sering sekali diceritakan ibu kepadaku?”
Maryam menganggukkan kepala sambil menghapus air mata yang masih saja mengalir dari matanya. Dan, sekali lagi memeluk anak sahabatnya.
Dunia memang begitu kecil. Bahkan benar apa yang pernah Irma dengar, dunia selebar daun kelor. Orang-orang yang dikira jauh nyatanya adalah orang yang punya hubungan dekat dengan kita.
“Aku percaya pada Ferli, bahwa kamu adalah gadis yang sangat baik dan aku tidak heran, karena ibumu adalah orang yang sangat baik,” Maryam tersenyum ringan.
“Makasih bu. Tapi, kata ibuku, ibu juga adalah orang yang paling baik di dunia ini. Tidak pernah ingin melihat sahabatnya susah sendiri,” Irma membalas dengan sunggingan serupa.
“Apa yang sedang kalian lakukan di sini? Kenapa kalian tersenyum tanpa aku?” Sekonyong-konyongnya Ferli datang membawa penasaran, kenapa dua gadis yang paling dicintai di dunia ini lama sekali di dapur? Takut terjadi sesuatu sampai memutuskan untuk mencari. Alhamdulillah, perasaan khawatir itu terganti dengan kesyukuran.
Semakin bersyukur setelah Maryam menjelaskan tentang ibu Irma. Membuatnya sadar bahwa Allah semakin menampakkan kebesaran-Nya dan sebenarnya tiada henti. Tentang jodoh yang akan terus berdekatan karena sudah menjadi garisnya.
Ketiganya berjalan ke ruang tamu dan menikmati cemilan dan juice yang sudah dibuat.
Waktu mengalun. Harleks tak kunjung datang. Ferli juga ingin sekali memperkenalkan gadisnya kepada sang ayah, sepertinya waktu belum merestui.
“Kalau begitu, saya pulang dulu ya tante. Banyak tugas kuliah yang harus diselesaikan.”
“Hmmm. Padahal tante masih mau ngobrol-ngobrol sama kamu. Kamu gadis baik, persis ibu kamu.”
Gadis berpenutup kepala itu hanya tersenyum ringan dan berjanji akan datang kembali.
“Antar Irma ke rumahnya ya Fer.”
“Ia ma, kan kami satu asrama.”
“Oh ia. Kalau begitu kalian hati-hati ya.”
“Okay tante.”
“Okay bu.”
Sebelum benar-benar naik mobil. Sekali lagi Maryam memeluk anak sahabatnya dan bahkan mencium keningnya, persis anaknya sendiri. Irma hanya terkesima dan Ferli semakin bersyukur. Semoga selalu seperti ini.
***
Irma berjalan cepat menuju masjid. Ia harus segera mengambil wudhu untuk melaksanakan sholat dhuhur berjamaah atau paling tidak menjadi masbuq. Karena tidak memperhatikan langkahnya, ia hampir menabrak seorang bapak parubaya yang tinggi. Ia buru-buru meminta maaf.
“Tidak apa-apa nak’.”
“Kalau begitu, bapak mau lanjut dulu mau sholat,” kata bapak itu.
“Baik pak. Saya mau juga.”
Beberapa menit berlalu. Bapak yang tadi tidak sengaja bertabrakan dengan Irma seketika tersentuh. Ketika gadis itu melantunkan ayat-ayat Allah dengan suara indahnya.
“Nak’, kamu gadis yang baik, gadis yang hebat. Insya Allah, kamu akan selalu diberkati Allah.”
“Makasih doanya pak,” Irma tersenyum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar