post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Minggu, 17 Juni 2018

Special Love (34)


UNDANGAN
“Kamu pantas untuk diperjuangkan”

Senyum Irma melebar, sekarang Ferli semakin membuat jantungnya deg-deg-gan. Membuat senang meskipun hanya dengan sunggingan menawan yang dimilikinya. Layaknya seorang pangeran yang haru selalu membahagiakan putrinya.
“Eh, yang serasa dunia milik berdua dan saya hanya menumpang,” ledek Karin.
Spontan sahabatnya menenangkan diri, walaupun nampak sekali wajahnya yang girang ketika berada di samping pemuda yang dicintainya.

“Tentunya, ini wajib aku lakukan. Membuat wanita yang paling aku cintai bahagia, apalagi dia adalah muslimah kampus,” bela Ferli.
“Ia deh-ia deh. Kalau begitu aku ke kantin duluan ya,” Karin tersenyum ringan.
“Aku ikut ya,” Irma bangkit dan kemudian melihat kea rah pemuda yang masih terduduk.
“Aku gimana?” bibir Ferli dimanyungkan.
“Kakak juga boleh ikut,” menawarkan.
“Bolehkah?” bertanya untuk memperjelas, bukan hanya pada Irma melainkan juga Karin.
“Boleh sih, tapi jangan buat aku baper ya,” Karin tertawa tipis.
“Baiklah,” Ferli kemudian berdiri dan Irma juga hanya ikut tertawa ringan.
Dan, Intan disergap kebencian yang setiap detik semakin tidak terelakkan saja.  Ekspresinya panik dengan nuansa khawatir, bagaimana kalau Ferli sudah cinta mati pada Irma? Pasti akan susah memutuskan hubungan mereka. Dan matanya terus mengarah dari jauh sesosok pasangan yang bahagia akan cinta tulus. Jelas begeitu terlihat bahwa cinta mereka ikhlas satu sama lain.
Diambilnya ponsel yang ada di saku roknya. Di carinya nama ayah di panggilan keluarnya dan berharap sungguh-sungguh kali ini, sang ayah akan kembali menolongnya dan mempercepat perjodohannya dengan Ferli.
Bagaimanapun seorang ayah akan selalu berpihak kepada anaknya. Ya, selama ini taka ada satupun permintaan Intan tidak dituruti ayahnya, meskipun ia sendiri kadang tak menjelaskannya. Seorang ayah baik, hanya tahu apa yang diinginkan anaknya meskipun itu hanya lewat mata.
***
Ferli membuka pintu rumahnya dengan pelan dan tersadar ayahnya sibuk mengurusi sesuatu. Harleks sedang sibuk browsing. Entah apa yang sedang di searchingnya? Ferli lantas melantankan suara salamnya.
“Assalamualaikum ayah…”
Harleks menengok. “Waalaikumsalam….. Anak ayah sudah datang, ayo duduk di sini,” ajaknya.
Ferli berjalan mendekati ayahnya dan duduk di sampingnya tanpa jarak. Pun bertanya hal yang membuatnya penasaran.
“Ayah sedang cari apa sih?”
Harleks kembali melihat wajah putranya.
“Ayah sedang mencari desain undangan yang bagus untuk acara pertunanganmu.”
Dan, mendadak suasana yang sebelumnya bahagia karena ayahnya yang sudah datang dari luar kota karena pekerjaan dan kebahagiaan karena di kampus selalu bersama dengan Irma, kini tergantikan dengan kekalutan. Ia mengepalkan tangannya dengan kuat. Harus bagaimana sekarang? Ibu di mana? Ya, harusnya sekarang ia dan Maryam menjelaskan bahwa ada gadis yang sudah dipilihnya dan itu bukan Intan.
“Oh, Ferli sudah datang,” kata Ibunya yang datang membawa secangkir kopi manis kesukaan sang ayah.
Ferli memberi kode pada ibunya tentang desain undangan yang sedang di searching sang ayah. Spontan Maryam mengerti dan memberi anggukan setuju.
“Ayah, kami mau bicara sesuatu?” ia mulai bicara.
“Ya, bicara saja.”
Perlu beberapa detik untuk berbicara suatu kebenaran yang pahit.
“Ini masalah perjodohan Ferli dan Intan.”
Harleks terperangah dan sekarang ia meninggalkan kesibukkannya mencari desain undangan di internet.
“Ferli sebenarnya sudah punya gadis yang dicintainya sendiri.”
Dan, wajah Harleks memerah. Ia seakan ingin meledakkan sesuatu dan tangannya terkepal keras.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar