UNDANGAN
“Kamu
pantas untuk diperjuangkan”
Senyum Irma melebar,
sekarang Ferli semakin membuat jantungnya deg-deg-gan. Membuat senang meskipun
hanya dengan sunggingan menawan yang dimilikinya. Layaknya seorang pangeran
yang haru selalu membahagiakan putrinya.
“Eh,
yang serasa dunia milik berdua dan saya hanya menumpang,” ledek Karin.
Spontan
sahabatnya menenangkan diri, walaupun nampak sekali wajahnya yang girang ketika
berada di samping pemuda yang dicintainya.
“Tentunya,
ini wajib aku lakukan. Membuat wanita yang paling aku cintai bahagia, apalagi
dia adalah muslimah kampus,” bela Ferli.
“Ia
deh-ia deh. Kalau begitu aku ke kantin duluan ya,” Karin tersenyum ringan.
“Aku
ikut ya,” Irma bangkit dan kemudian melihat kea rah pemuda yang masih terduduk.
“Aku
gimana?” bibir Ferli dimanyungkan.
“Kakak
juga boleh ikut,” menawarkan.
“Bolehkah?”
bertanya untuk memperjelas, bukan hanya pada Irma melainkan juga Karin.
“Boleh
sih, tapi jangan buat aku baper ya,” Karin tertawa tipis.
“Baiklah,”
Ferli kemudian berdiri dan Irma juga hanya ikut tertawa ringan.
Dan,
Intan disergap kebencian yang setiap detik semakin tidak terelakkan saja. Ekspresinya panik dengan nuansa khawatir,
bagaimana kalau Ferli sudah cinta mati pada Irma? Pasti akan susah memutuskan
hubungan mereka. Dan matanya terus mengarah dari jauh sesosok pasangan yang
bahagia akan cinta tulus. Jelas begeitu terlihat bahwa cinta mereka ikhlas satu
sama lain.
Diambilnya
ponsel yang ada di saku roknya. Di carinya nama ayah di panggilan keluarnya dan
berharap sungguh-sungguh kali ini, sang ayah akan kembali menolongnya dan
mempercepat perjodohannya dengan Ferli.
Bagaimanapun
seorang ayah akan selalu berpihak kepada anaknya. Ya, selama ini taka ada
satupun permintaan Intan tidak dituruti ayahnya, meskipun ia sendiri kadang tak
menjelaskannya. Seorang ayah baik, hanya tahu apa yang diinginkan anaknya
meskipun itu hanya lewat mata.
***
Ferli membuka pintu
rumahnya dengan pelan dan tersadar ayahnya sibuk mengurusi sesuatu. Harleks
sedang sibuk browsing. Entah apa yang sedang di searchingnya? Ferli lantas
melantankan suara salamnya.
“Assalamualaikum
ayah…”
Harleks
menengok. “Waalaikumsalam….. Anak ayah sudah datang, ayo duduk di sini,”
ajaknya.
Ferli
berjalan mendekati ayahnya dan duduk di sampingnya tanpa jarak. Pun bertanya
hal yang membuatnya penasaran.
“Ayah
sedang cari apa sih?”
Harleks
kembali melihat wajah putranya.
“Ayah
sedang mencari desain undangan yang bagus untuk acara pertunanganmu.”
Dan,
mendadak suasana yang sebelumnya bahagia karena ayahnya yang sudah datang dari
luar kota karena pekerjaan dan kebahagiaan karena di kampus selalu bersama
dengan Irma, kini tergantikan dengan kekalutan. Ia mengepalkan tangannya dengan
kuat. Harus bagaimana sekarang? Ibu di mana? Ya, harusnya sekarang ia dan
Maryam menjelaskan bahwa ada gadis yang sudah dipilihnya dan itu bukan Intan.
“Oh,
Ferli sudah datang,” kata Ibunya yang datang membawa secangkir kopi manis
kesukaan sang ayah.
Ferli
memberi kode pada ibunya tentang desain undangan yang sedang di searching sang
ayah. Spontan Maryam mengerti dan memberi anggukan setuju.
“Ayah,
kami mau bicara sesuatu?” ia mulai bicara.
“Ya,
bicara saja.”
Perlu
beberapa detik untuk berbicara suatu kebenaran yang pahit.
“Ini
masalah perjodohan Ferli dan Intan.”
Harleks
terperangah dan sekarang ia meninggalkan kesibukkannya mencari desain undangan
di internet.
“Ferli
sebenarnya sudah punya gadis yang dicintainya sendiri.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar