post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Rabu, 20 Juni 2018

Special Love (35)


DALAM DOA
“Cinta harus diperjuangkan dengan jalan yang baik”

Ini bukan hanya soal persahabatan. Tentang bagaimana kentalnya kesekawanan di antara dua orang pria yang ingin menikahkan anaknya. Ini juga tentang masa depan anak-anaknya, toh yang menjalani bukan orang tuanya. Mereka hanya akan jadi pendukung, penonton ataupun pemberi dorongan, meskipun sudah menjadi kodrat setiap orang tua sudah pasti memikirkan kebahagiaan anaknya. Lantas kalau bagaimana kalau unsur paksaan? Tidakkah harusnya sudahi?

Dan, sebesar apapun Maryam menjelaskan dan mencoba mendinginkan kepala panas suaminya, tetap saja nampak marah dan tidak ingin berkata apa-apa. Matanya seolah tajam menusuk, memberi kode bahwa semuanya harus berjalan sesuai yang sudah dikatakan sebelumnya. Ya, meskipun bukan tipe ayah memaksa untuk kali ini sangat berharap keinginannya terkabul. Semua itu ditahu hanya lewat tatapan tajam.
Ferli takut di dasar hatinya, pun ia baru pertama kali melihat sang ayah menampilkan roman wajah menakutkan. Hanya saja, tetap tidak gentar memperjuangkan cintanya.
Suasana panas dan diam mengelabuhi sudut ruang tamu keluarga Harleks,
Tak tahan lagi, Harleks langsung membalikkan badan menuju kamarnya. Lebih baik pergi daripada membual atau sampai melayangkan pukulan. Ia mencekal tangannya yang membara dalam kepalan.
“Kamu sabar ya nak’, ayahmu lambat laun akan mengerti. Beri dia waktu, karena selama ini dia mengira kamu itu tidak memiliki gadis pilihan kamu sendiri sampai memutuskan untuk menjodohkanmu dengan anak sahabatnya. Kita sebagai keluarganya harus selalu berprasangka baik padanya pun jangan sampai rebut dengan adanya masalah ini. Lagian cintamu harus diperjuangkan dengan jalan baik.”
Mata Maryam mengerling. Cinta harus diperjuangkan dengan jalan baik. Dan, mutiara kalimat itu melekat indah di kepalanya.
“Kalau begitu aku istirahat dulu ya bu,” Ferli pamit menuju kamarnya dan merasa sedikit tenang dengan penjelasan sang ibu.
Ferli langsung menuju kamar mandi mengambil wudhu. Sudah masuk waktu sholat Isya. Dengan tenang ia memulai dengan takbiratul ihram, dibacanya doa ifitah dengan murattal, disusul QS Al-Fatihah dan QS Al-Ikhlas. Begitu tenang dan tertib sampai akhirnya salam. Di penghujung, ia memanjatkan doa dengan penuh keyakinan.
“Ya Allah, tolong berikan kami selalu petunjuk tentang menjalani kehidupan yang penuh dengan hingar bingar kesenganan duniawi semata. Ya Allah, tolong berikan selalu petunjuk tentanh hati yang selalu harus besar cinta ini kepadamu dibandingkan makhluk yang Engkau ciptakan. Pun semoga selalu mencintai gadis dihati ini karena-Mu. Allah aku tahu, Engkau selalu memberikan apa yang kami butuhkan, bukan apa yang kami inginkan. Allah, hati ini sangat membutuhkan Irma. Dia gadis sholehah yang bisa membuat aku selalu mengingat-Mu. Ya Allah, dekatkan dia selalu denganku. Semoga Engkau mengabulkan doa ini,”
Di tempat berbeda, Irma juga memanjatkan doa di penghujung sholat Isya.
“Ya Allah, Engkau Maha Besar. Engkau Maha Agung. Tiada daya dan upaya kecuali atas izin-Mu, termasuk urusan jodoh. Hanya saja, kalau hamba boleh meminta. Hamba mohon, selalu dekatkan hamba dengan Ferli. Di pemuda yang baik. Dia selalu mengajarkanku bukan hanya mencintai manusia yang jelas adalah makhluk yang diciptakan Allah. Harus lebih banyak mencintai-Nya, Sang Agung yang sudah memberikan kehidupan. Dia pemuda sholeh. Ya, Allah hamba yakin Engkau mendengar munajat hamba ini. Kabulkan ya Allah,” ucapnya dalam kelembutan dengar air matanya meleleh di pipi ayunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar