post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Senin, 25 Juni 2018

Special Love (37)


BIDADARI
“Pinjaman dari Allah”

Malam itu, ia berdandan cukup lama di depan cermin padahal biasanya hanya butuh waktu lima menit ia sudah berangkat ke tempat yang diinginkan. Kali ini ia merasa harus tampil sangat maksima. Dia akan bertemu dengan ayah Ferli. Berharap dengan keanggunannya ia akan sedikit luluh. Hmmmm, namun kepercayaan tentang pertolongan Allah membuatnya terkekeh. Astagfirullah. Insya Allah, Allah selalu bersamaku
Tiba-tiba terdengar ketukan pintu kamarnya. Sambil mengeluarkan panggilan namanya. Sekali lagi, Irma merapikan bentuk jilbabnya.

“Irma, jangan terlalu lama nanti kemalaman,” panggil Ferdi.
“Ia, sabar,” kemudian berdiri dan mengambil tas pink yang senada dengan pakaiannya. Kemudian, membuka pintu.
“Sabar sedikit kenapa sih,” katanya sambil diiringi senyuman.
Ferli tidak tahu harus bicara apa. Gadis yang berdiri di hadapannya sekarang, seolah tidak dikenalnya. Berbeda dengan biasanya.
Ferli tidak berhenti menatap sampai gadis itu sendiri menyadarkannya. Jaga mata antum. Sambil tersenyum dan mengucapkan terima kasih karena sudah diberi pujian meskipun itu hanya lewat tatapan mata.
***
Waktu yang diperlukan untuk sampai di rumah orang tua Ferli hanya sekitar dua puluh menit. Saat keduanya sudah sampai di pintu masuk, Ferli mencoba menenangkan gadisnya yang seolah sesak. Tangannya gemetar dan sedikit keringat di tangannya keluar. Andai bisa digengammnya tangan itu pasti sudah dielusnnya dan ditenangkan dnegan sangat lembut, hanya saja tidak mungkin. Belum halal.
“Kamu tenang saja. Allah pasti membantu kita.”
Perlahan Irma menatap lekat-lekat mata Ferli dan semangat dari perkataannya tak kalah dari matanya.
Keduanya keluar dari mobil bersamaan. Disambut Pak Ardi, satpam rumahn Ferli. Sama seperti Ferli, Ardi tidak henti melihat Irma yang nampak sangat anggun dengan gaun muslimah yang sangat sederhana, sampai-sampai ia menabrak pintu yang dibukanya sendiri. Ferli buru-buru menolong.
“Pak Ardi, tidak apa-apa kan?” khawatir.
Ardi hanya mengangguk dan tidak lagi berfokus pada Irma, melainkan wajahnya yang masih sedikit kesakitan. Kemudian, dengan penuh prasangka baik keduanya berjalan masuk rumah yang di depannya sudah muncul Maryam yang melambaikan tangan dan tidak berhenti menyungginkan senyuman menawan.
“Selamat datang lagi Irma.”
Irma langsung mencium tangannya, pun begitu pula dengan Ferli. Maryam kemudian Irma sambil memuji.
“Kamu benar-benar cantik hari ini nak’, sangat mirip dengan ibumu,” katanya Maryam, kemudian mempersilahkan masuk.
Harleks tersenyum pada Irma, pun dibalas dengan sampulan yang sama. Harleks tidak menyangka gadis yang dicintainya anaknya sungguh cantik.
Ia sempat menyangka, bahwa ia hanyalah gadis yang memiliki kecantikan tidak apa-apanya dibandingkan dengan Intan, nyatanya tidak. Dan yang lebih mengejutkannya, setelah lama berpikir seolah pernah bertemu, memang pernah bertemu. Dia adalah gadis yang pernah bertemu dan menolongnya di masjid saat baru pulang dari luar kota.
Irma menjabat tangan Harleks.
Gadis itu juga merasa beruntung, ternyata apa yang ditakutkannya tidak terjadi. Benar saja, bahwa Allah mendahului prasangka hamba-Nya. Ayah Ferli, nyatanya orang yang sangat baik bahkan mengatakan padanya, anaknya sangat beruntung mendapatkan gadis sepertinya. Sholehah dan berjiwa penolong.
Irma sedikit meluruskan bahwa dirinya tidak ingin terlalu dipuji. Bagaimanapun semua yang dimilikinya, baik sifat maupun kecantikan adalah titipan dari Allah. Semuanya berasal dari Allah. Dan, alangkah kagumnya orang tua Ferli, apalagi Ferli. Irma seperti bidadari yang turun dari surga, membawa segala kebaikannya dan ditebarkan kepada siapa saja yang bertemu dengannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar