post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Senin, 25 Juni 2018

Special Love (38)


PENDIRIAN
“Biarkan mereka tahu yang sebenarnya”

“Aku tidak tahu apa makanan kesukaan kamu, jadi aku hanya memasak apa yang dulu ibumu sangat suka ketika satu kos dengan ibu,” Marya mengambil telur balado dan di letakkan di piring Irma
Makan malam special, tadinya berpikir hanya aka nada kecanggungan. Nyatanya tidak, bahkan sangat terasa kekeluargaannya.
Mata Irma berkaca-kaca, sebisa mungkin menahan agar tidak tumpah ruah.

Meskipun tanpa dijelaskan, Ferli dan kedua orang tuanya mengerti tentang kerinduan mendalam sang anak yang jauh dari orang tuanya. Harleks berinisiatif menyela kekalutan gadis yang tempo hari sudah menolongnya dengan banyak bertanya sesuatu yang membuatnya memberi sampulan menawan dan penuh keikhlasan.
Harleks bilang, kenapa dia mau menolong orang yang belum dikenal? Padahal biasanya, anak muda jaman sekarang ada yang tidak perduli dengan keadaan sekitarnya melainkan berpikir tentang diri sendiri.
Saat itu, Suci tersenyum ringan dan kemudian menjawab pertanyaan itu dengan penuh kelembutan. Bagaimanapun setiap manusia sudah wajib untuk saling tolong menolong, tidak pandang aya atau miskin, tua atau muda, rupawan atau biasa saja. Dan, paling penting jangan sampai menolong karena pamrih. Saat berjalan, kaki itu bergontai. Kanan dan kiri, begitu pula dengan kita, ada waktunya kita menolong orang da nada pula waktunya kita akan ditolong.
Pembicaraan menyenangkan namun tidak sampai berlebihan karena berada dalam situasi makan malam. Setelah selesai, Irma membantu Maryam mengangkat piring-piring kotor ke dapur untuk dicucinya bersama.
Awalnya Maryam menolak, namun karena desakan Irma yang seperti meminta kepada sang ibu akhirnya Maryam pun menyetujui.
“Terima kasih ya nak’.”
Suci mengangguk dan mengatakan harusnya dia yang berterima kasih sudah diterima dengan baik.
***
Tidak. Suasana bahagia itu berlangsung tidak lama.
Intan datang tanpa meminta izin sebelumnya.
Gadis itu melihat bagaimana kedua orang tua Ferli memperlakukannya sangat baik. Berbeda dengan dirinya. Dia mengambil foto mereka diam-diam dan diperlihatkannya kepada sang ayah.
Bram yang begitu menyayangi putrinya, langsung mengambil langkah seribu menuju rumah sahabatnya.
Dimasuki rumah Harleks dengan kepalan tangan yang sangat kuat. Di sampingnya sudah ada Intan yang begitu kesal dan ingin membalas semua perlakuan Ferli dan orang tuanya, apalagi Irma.
Maryam dan Harleks, tergagap. Seolah bisu seribu bahasa. Bagaimana mungkin partner kerjanya datang tanpa mengatakan apapun dan sekarang melihat kenyataan bahwa anak yang ingin dijodohkan dengan anaknya, sudah memiliki gadis pujaan hati sendiri. Dan, suasana mencengan memenuhi sudut rumah keluarga Harleks.
Dalam beberapa detik semuanya terdiam. Kemudian Bram yang sudah duduk berhadapan dengan Harleks langsung menyodorkan kertas pembatalan kerja sama perusahaan mereka. Beberapa kali Harleks meminta maaf namun tidak juga tidak meminta agar semuanya kembali seperti semula. Tekadnya sudah bulat, apapun yang terjadi kepada perusahaannya. Dia akan tetap mengutamakan kebahagiaan anaknya.
Bram dan Intan tidak habis pikir. Jutsru ketakutan yang mereka coba bawa kepada keluarga Ferli, kini menyellimuti diri mereka sendiri. Bagaimana kalau perjodohan mereka akan benar-benar dibatalkan?
Sebelum pulang, Harleks dan istrinya tetap meminta maaf, bahkan Ferli juga angkat bicara.
“Namun, kalian masih punya kesempatan satu kali. Saya bisa kapanpun merobek kertas ini dan melanjutkan kembali kerja sama kita,” kata Bram yang sudah berdiri dan tanpa permisi membalikkan badan dan berjalan pulang.
Harleks hanya menggelengkan kepala. Sikap sahabatnya tidak pernah berubah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar