post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Senin, 25 Juni 2018

Still Hoping (31)


SENYUMAN PALSU
“Bukan yang kita inginkan”


Pagi sudah menjelang di Kampus Hasan. Nampak ada beberapa mahasiswa yang sudah berdatangan dan duduk di serambi kelasnya menunggu dosen yang biasanya selalu pukul 7.30 sudah muncul di pintu kelas. Cantik merasa beuntung juga dapat kelas pagi, serasa anak SMA yang selalu belajar pagi walaupun memang kualitas belajarnya lebih di atas lagi. Dari lantai dua ia mendengar suara bising entah dari mana, ia celingak-celinguk bahkan berjalan menuju jembatan yang menghubung gedung kampusnya dengan gedung pascasarjana. Beberapa mahasiswa yang sepertinya pernah bertemu dalam kompetisi baru-baru ini sedang berkerumun di papan informasi, tepat di lantai satu gedung fakultasnya.

Ekspresi mereka nampak berbeda, ada yang kegirangan sampai melompat-lompat, ada yang marah setelah melihat pengumuman dan langsung pergi, mungkin saja ingin menenangkan dirinya, ada pula yang hanya diam, dan masih banyak lagi yang membuat Cantik penasaran, ada apa gerangan sampai hal itu bisa membuat seperti itu? Ia melirik jam di lengannya, Dinda yang sibuk membaca London Love Story dan tidak memperdulikan keadaan sekitarnya, kaget ketika ditarik oleh Sahabatnya ke lantai dasar.
Dibuka matanya lebar-lebar dan bersyukur menyemai. Sungguh ia tidak pernah berharap akan mendapatkan peran utama dalam sebuah pentas, dulu pernah ia mendatar pentas di SMA dan hanya mendapatkan peran pembantu.
Tuhan sepertinya kali ini memberikan kesempatan emas baginya. Tak lama Hiro dan Digta datang bersamaan, keduanya persis apa yang dilakukan Cantik sebelumnya. Namun yang tetap menjadi pusat perhatian adalah Hiro, wajah rupawannya masih saja membuat gadis-gadis di kampus histeris.
Berbeda dengan Cantik, jantungnya deg-deg-gan dan tidak beraturan ketika suaminya berdiri di depannya. Sempat melirik yang lain saat tertangkap mata olehnya. Beberapa detik kemudian rasa hati yang seolah ingin jatuh ke lantai itu terganti dengan khawatir, saat Digta mendapatkan ekspresi yang sama dengan beberapa orang yang sudah melihat hasilnya. Ia tidak lolos mendapatkan peran apapun. Sementara Hiro terpilih memerankan peran utama laki-laki dan nampak sangat bersyukur.
“Apa kamu baik-baik saja?” Cantik mendekati Digta yang kemudian diberikan senyuman, jelas sekali itu tidak ikhlas.
Digta tetap mencoba tersenyum meskipun situasinya menyulitkan. Ia buru-buru pergi dengan berkata bahwa dosennya akan segera masuk. Dan, rasa khawatir itu semakin bertambah. Canti juga tahu kalau Digta berbohong masalah dosennya, ia hanya punya kelas sore. Hanya saja selalu datang pergi karena sibuk mengurus urusan organisasi.
“Eh, koq jadi melamun sih? Ayo kita masuk, sebentar lagi Pak Abdullah masuk loh,” Dinda mengajak Cantik.
Spontan saja, ia menyadarkan dirinya. Mungkin lebih baik Digta butuh waktu untuk sendiri. Kadang sendiri bisa membuat kita akan tenang dengan sendirinya, pun ia berjanji akan menghiburnya nanti.
***
“Ini aku bawakan ice coffe kesukaan kamu,” Cantik memberikan minuman kesukaan Digta yang sedang melamun saat menunggunya di parkiran.
Digta memberikannya senyuman namun kenapa terasa sesak. Hah. Mungkin karena tahu, senyum itu karena tidak ingin membuatnya khawatir. Cantik memegang tangan Digta perlahan yang sebelumnya sudah memakai sarung tangan. Ia mencoba menenangkan. Tidak semua yang kita inginkan itu diberikan oleh Allah, namun ia akan selalu memberikan apa yang kita butuhkan. Kalimat itu pernah diucapkan oleh Digta dan kali ini diberikan kembali kepadanya. Pemuda itu langsung memberikan senyuman berbeda dari sebelumnya. Tenang menyamai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar