post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Sabtu, 30 Juni 2018

Special Love (42)


KOMA
“Aku ingin menggantikanmu”

Bukan hanya Irma yang berkujur kaku di rumah sakit, Ferli juga serasa hanya melihatnya dengan tatapan mendung. Kalau tak mendengar suara adzan pasti ia tidak akan pernah lengah dari sisi gadisnya untuk menuju ke masjid. Ferli merasa begitu terpuruk untuk kesekian kalinya, Irma terluka karena tidak bisa menjaganya dengan baik.
“Aku janji akan selalu menjagamu,” dan kalimat ini selalu terngiang-ngiang di telinganya.

Ferli sempat berpikir, jangan-jangan ini tanda bahwa dirinya harus berjauhan dengan Irma. Mereka bukanlah jodoh. Mereka seperti langit dan bumi, sebesar apapun untuk bersatu akan terpisah jua.
Putus asa?
Astagfirullah! Secepat kilat Ferdi membuat pikirannya tenang. Termasuk membuang prasangka buruk itu.
***
Sholat Asyar sudah dilaksanakan.
Ferli berjalan pelan dengan harapan di dadanya, sambil tak berhenti mengucap asma Allah.
Karin dan teman-temannya yang juga masih setia menunggu merasa kasihan dengannya, ia tidak mau makan sama sekali. Hanya sholat kemudian kembali lagi menjaga Irma, menatapnya seharian.
Karin tidak ingin membiarkannya seperti itu, paling tidak ia makan sesuap atau dua suap. Jangan sampai ia juga jatuh sakit sementara Irma masih koma.
“Ini bukan demi kamu ataupun demi kamu teman-temanmu. Ini demi Irma, pasti dia tidak ingin melihatmu seperti ini.”
“Benarkah?” Ferli memandangnya dan air meleleh dari matanya.
Ia mengambil bungkus nasi goreng itu dan pelan memakannya.
“Makannya yang pelan, jangan sampai tersedak dan ini minumanmu Fer,” Karin menyodorkan sebotol minuman.
Ferdi melahap makannya sambil memberikan senyuman ringan.
***.
Keduanya sedang bersenda gurau di taman. Banyak balon berwarna-warni dipasang pada pohon-pohon taman itu untuk menambah suasana romantis saat piknik. Ini pertama kalinya mereka piknik berdua.
“Fer, kalau nanti aku tidak di sisimu. Kamu harus janji aku, bahkan kamu akan tetap menjadi dirimu sendiri,” ucap Irma.
“Apa yang kamu katakana? Aku sama sekali tidak mengerti.”
Dan, Ferli terbangun dari tidur singkatnya. Ia menatap gadis dihadapannya yang masih dalam keadaan koma.
Hanya mimpi namun serasa sangat nyata. Tidak. Jangan sampai ini pertanda buruk. Ia melihat jam yang menempel di dingding, masih pukul dua lewat dini hari. Ferdi bangkit, meninggalkan Irma bersama sahabat-sahabatnya yang tertidur pulas. Tidak ada langkah lain selain menuju masjid. Ia membiarkan air suci membelai lembut tangan, mulut, wajah, lengan, jidat, telinga sampai kedua mata kaki, padahal angin dingin juga menusuk tulangnya. Dan, hatinya perlahan tenang.
Ia sholat dengan penuh kekhusyukhan.
Allah, jangan biarkan dia pergi.
Allah, kami masih membutuhkannya.
Allah, dia gadis yang baik dan kami sangat mencintainya.
Dan, Karin datang di saat dia selesai berdoa. Memberikan kabar baik. Allah mengabulkan doanya. Irma siuman. Ferdi langsung berlari menuju ruang rawat gadisnya, Karin mengikutinya dari belakang. Setelah sampai ia mengatur nafasnya sementara dokter masih memeriksanya dan Alhamdulillah, sang dokter tersenyum.
Allah memberikan apa yang dia butuhkan selalu tepat pada waktunya. Tepat di saat kesedihan dan prasangka buruk itu semakin menjadi-jadi. Allah selalu memberikan kejutan di setiap hidup bagi yang selalu bersyukur kepadanya. Allah selalu memperlihatkan bahwa ada dua sisi dalam kehidupan, kesedihan dan kesenangan.
Itu adalah bunga kasih sayang dalam kehidupan. Sebagaimana manusia harus belajar menerimanya karena semua akan indah pada waktunya. Tepat pada waktunya Allah memberikan yang terbaik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar