post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Sabtu, 30 Juni 2018

Still Hoping (35)


KARENA ADA RASA
“Aku hanya ingin kamu bahagia”

“Apa Cantik suka bunga?”
Cika dan Merry menggelengkan kepala, membuat Digta bingung. Entah apa yang harus dilakukan agar membuat sang istri bicara padanya.
“Dia itu suka sama anak kecil. Coba deh bawa dia ke panti asuhan, pasti dia akan senang banget dan tidak akan diam lagi,” jelas Merry.
“Benarkah?”
“Ia, Merry benar,” Cika mendukung.

Pemuda itu mengambangkan sunggingan menawan. Langsung saja meminta bantuan keduanya agar mau membujuk Cantik ke Panti Asuhan Melati. Tentu saja keduanya mau, karena mereka juga tahu bahwa sebenarnya ada cinta antara sahabat dan pemuda yang ada di hadapan mereka sekarang.
***
“Pokoknya kami tunggu ya di depan gerbang Panti Asuhan Melati sekarang,” jelas Cika kemudian memutuskan sambungan teleponnya dengan Cantik, tanpa mendengar penjelasan Cantik mau atau tidak.
Karena mereka yakin sesuatu yang berhubungan dengan anak kecil pasti langsung saja dituruti Cantik. Tidak berpikir dua kali, pasti ia langsung mengambil tasnya dan pergi.
Lima belas menit kemudian Cantik datang dan menemukan anak kecil yang berumur sekitar enam tahun menyambutnya di depan gerbang sambil memberikan cokelat. Setelah memberikan anak kecil itu berlari. Cantik berjalan masuk, anak kecil kembali menghampirinya namun kali ini seorang anak laki-laki yang memberikannya bunga lilin. Sekarang sudah ada dua anak kecil yang berjalan berdampingan dengannya.
Setelah sampai di pintu rumah panti asuhan itu, lagi-lagi ada anak perempuan yang mungil menghampirinya, memberikan sebuah kado.
“Ini untuk kakak,” kata anak kecil itu.
“Makasih ya dek, tapi kakak bingung. Kenapa kalian memberikan kakak hadiah banyak seperti ini?” kata Cantik.
Dan, saat masuk ke dalam panti asuhan itu. Gerombolan anak-anak menghampirinya, memeluknya dan memberikan banyak kado. Seperti mimpi, beberapa kali ia mencubit dirinya dan benar saja ini adalah kenyataan.
Anak-anak itu melepaskan pelukannya dan mempersilahkan Cantik untuk membuka kadonya.
Alangkah terkejutnya dirinya saat menemukan setiap isi kado itu adalah cokelat dan sebuah tulisan, “tolong maafkan kak Digta.”
Mata Cantik berbinar. Ada air mata yang jatuh di pipi setelah itu karena tidak mampu dibendung.
Di dalam ruang tamu pintu asuhan bersama semua anak kecil, tiba-tiba Digta datang dan membawakan kado besar kepadanya. Matanya mengisyaratkan ketulusan dan tidak mampu untuk dihindarinya lagi, apalagi setelahnya Digta ingin berlutut namun ditahan olehnya sambil menjelaskan bahwa ia sudah memaafkannya. Sebenarnya dalam hal ini, bukan hanya Digta yang mempunyai kesalahan namun dirinya juga.
“Maafkan aku ya. Aku juga salah,” katanya dan air mata itu terus meleleh. Segera saja Digta memberikan sapu tangannya. Pemuda mana yang tega membiarkannya terus menangis? Dia gadis baik, selalu berhak untuk tertawa.
“Terima kasih ya anak-anak sudah membantu kakak baikan dengan istri kakak,” ucap Digta membuat semua yang hadir ikut bahagia, termasuk Cika, Merry dan pengasuh panti asuhan.
Waktu berjalan, Digta memberikan bantuan kepada semua anak-anak panti baju yang sudah dibelinya di mall bersama Cika dan Merry.
Ternyata, dia adalah pemuda yang sangat baik.
Batin Cantik bicara akan sosok suaminya yang sangat baik. Padahal waktu pertama kali bertemu dikiranya, dia adalah sosok pemuda yang egois, hanya memikirkan dirinya sendiri. Ternyata dibalik itu ia menyimpan kebaikan yang sulit dimiliki orang lain. Bahagia rasanya sudah ditakdirkan mengenalnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar