TERBONGKAR
“Saat
semuanya jelas”
Semua sudah jelas ada
detak cinta yang tersusun rapi di hati. Tidak salah lagi. Dan, ini adalah cinta
yang sebenarnya. Sementara untuk Luna, hanyalah sebatas kagum.
Ya,
Digta tidak bisa lagi membohongi perasaannya. Benar apa yang dikatakan Hiro
saat ia duduk termenung sendiri di kantin padahal di sekelilingnya bising. Dan,
yang paling membuatnya takut adalah kesempatan yang harus diambilnya sebelum
hilang begitu saja.
Maksudnya,
sebelum Cantik terpanah dengan yang lain. Digta harus membuatnya bisa jatuh
cinta walaupun Hro tahu memang sudah ada cinta, hanya saja tidak bisa saling
jujur kepada perasaannya sendiri.
Hiro
mengaku ia juga memiliki perasaan yang sama pada Cantik, tapi perasaan itu
sudah hilang dan sudah terganti dengan kasih sayang seorang kakak kepada
adiknya. Kini, gilirannya memperjuangkan cinta.
Banyak
orang yang bilang kesempatan yang datang adalah sebuah anugerah dan jika salah
sedikit saja tidak memanfaatnkannya maka akan enyah tanpa permisi.
Digta
berdiri, bergegas ingin menemui sang istri. Ingin menyatakan bagaimana isi
hatinya selama ini. Ingin mengatakan bahwa selama ia senang, dia juga pasti
akan senang. Juga mengatakan bahwa mengabaikan dirinya adalah sebuah kesakitan.
Tetapi
pemuda itu tidak lupa berterima kasih kepada Hiro. Sudah memberikannya nasehat,
tidak salah ia menjadi pangeran kampus. Bukan hanya rupanya yang tampan tetapi
hatinya juga. Kelak, dia pasti akan menemukan wanita yang baik juga. Sebab,
laki-laki baik dilahirkan mempunyai pasangan wanita yang baik. Digta juga
meminta maaf, karena sebelumnya ia berpikir bahwa Hiro tidak akan melepaskan
Cantik.
***
Berlari melewati
beberapa anak tangga dan dengan nafas terengah-engah, ia berhenti sejenak di
depan pintu masuk kelas istrinya.
Temannya
yang bernama Dinda terheran-heran, apakah yang membuatnya sampai ngos-ngosan.
Digta menjelaskan bahwa dirinya sedang mencari sang istri. Alangkah terkejutnya
Dinda. Jadi, selama ini Cantik sudah memiliki suami dan menganggap telah
membohongi semuanya. Gadis itu bersuara keras sampai membuat teman-teman yang
lain mendengar.
Terbongkar.
Bahkan
pengungkapan isi hati berubah menjadi pembullyan. Cantik datang dan terheran,
Digta sudah ada di depan kelasnya.
Keduanya
menjadi olok-olokkan warga kampus. Sampai dilempari tepung dan telur. Dicaci
pembohong tingkat nasional.
Tidak
ada maksud untuk membohongi semuanya. Lagian mereka tidak pernah tanya
bagaimana status mereka. Mereka tidak mempunyai hak untuk main hakim sendiri.
Digta mencoba memberi penjelasan dan masih melindungi istrinya yang masih
dilempari telur.
Ada
beberapa dari mereka yang membuka pikiran dan masih saja ada yang berpikiran
pendek. Tidak menerima semuanya dan merasa dibohongi, termasuk Dinda. Padahal
dirinya sudah menganggap Cantik adalah sahabat rasa saudara. Lantas kenapa
tidak jujur tentang statusnya.
Cantik
mendekatinya dan dia malah berlari meninggalkannya. Rasa bersalah menghampiri
gadis yang sudah berwajah putih itu. Kalau menjadi adonan kue, dia sudah siap
untuk dipanggang.
Benar, mungkin ini salahku, batinnya.
Digta
juga menariknya pergi namun di tengah jalan ia melepaskan rangkulannya.
Menyalahkan pemuda itu atas semua yang telah terjadi. Menanyakan apa sebenarnya
kemauannya? Kenapa terus-terusan menjadi penghalang kebahagiaannya? Apakah
dirinya begitu berdosa, sampai-sampai tidak pantas untuk bahagia?
Dan,
sebelum Digta menjelaskan apa yang sebenarnya ingin dilakukannya Cantik sudah
terlebih dahulu meninggalkan. Ingin pergi namun Luna datang mencegah. Dia butuh waktu untuk sendiri. Katanya,
padahal memiliki niat buruk untuk memisahkan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar