BERDUA
“Denganmu
lebih baik”
Mereka
merasa Ferdi tidak ingin diganggu saat melakukan pendekatan pada Suci yang
belum jelas statusnya, harusnya mereka tidak menghalangi malah harus mendukung.
Tak
ada jalan lain, selain membiarkan mereka bersama dulu dengan mengambil tiket
film lain.
Awalnya
Suci ingin mengikuti mereka, tetapi karena terlanjur dia sudah punya tiket duluan
dengan Ferdi maka tak mau harus masuk duluan. Ferdi merubah siklus wajahnya
yang sebelumnya gersang dengan kemurungan, sekarang dihiasi dengan senyuman
manis yang diberikan kepada sahabat-sahabat gadis yang disukainya. Meskipun
tidak mengatakan terima kasih, lewat itu mereka sudah bisa mengetahuinya.
Akhirnya
kesempatan itu datang, di mana Ferdi bisa memberikan perhatian yang lebih
eksklusif kepada Suci, memberinya pop corn saat sedang asyik menikmati film dan
memberikan minuman saat dengan kehausana.
Sementara
dirinya bukan menikmati film, malah asyik memperhatikan gadis manis di
sampingnya yang sudah tidak memakai cadar lagi,
namun hijab tetap menutup lembut kepalanya.
AWW….
“Maaf,”
kata Suci yang spontan memegang tangan Ferdi saat melihat adegan horror dalam
film.
“Ia,
tidak apa-apa,” Jawab Ferdi, kemudian mengalihkan pandangan ke layar.
Ia
tersenyum.
“Makasih
ya, selama ini kamu selalu menjagaku,” tutur Suci di sela-sela menikmati film.’
“Sudah
menjadi kewajibanku,” Ferdi tersenyum.
***
Film selesai juga.
Ferdi meliik jam yang terikat di tangannya. Sudah masuk waktu sholat Asyar.
Segera ia meminta Suci untuk ke masjid bersama. Keduanya, kemudian berjalan
berisian dengan hati yang dag-dig-dug.
Ini
pertama kalinya Ferdi menjadi imam sholat, meskipun tidak di masjid setidaknya
ia sudah menunjukkan bahwa ia akan terus belajar bagaimana menjadi imam dalam
sholat. Dan, ingin belajar menjadi imam hidup Suci. Itu diutarakannya.
Suci
tertawa tipis. Namun, terselip kebahagiaan.
Gampang
sekali mengatakan hal-hal yang bisa membahagiakan seorang gadis. Hanya saja
tanpa bukti, semua itu tidak ada apa-apanya. Suci perlu bukti, maksud dari apa
yang dikatakannya. Diakui memang selama ini sudah memberikan sedikit demi
sedikit bukti, entah itu perhatian, penjagaan atau apapun itu yang niatnya
baik. Hanya saja, semuanya belum cukup dan Suci merasa belum pantas untuk
membicarakan hal yang seperti itu.
“Kita
masih terlalu muda,” diselingi tawa. “Lebih baik kita membicarakan persiapan
ujian kita sebentar lagi.”
“Hmmm.
Tapi aku ingin jujur dengan perasaanku sendiri,” katanya sambil terus berjalan
berisian di dalam mall yang bising dengan kegiatan jual-beli.
Suci
terdiam, kemudian ia mengambil nafas panjang, “Aku mengerti, tapi saya rasa aku
butuh waktu. Bukan hal mudah menjalin hubungan di saat kita masih terlalu muda
seperti ini. Kita harus pintar menjaga diri kita dulu.”
“Kamu
benar. Tapi tolong, jangan menghalangi aku untuk membuktikkan bahwa aku
mencintai kamu.”
Suci
melelehkan air mata yang keluar begitu saja.
“Kamu
jangan nangis dong, nanti orang kira aku telah berbuat jahat padamu,” katanya
sambil berhenti di tengah-tengah mall, karena gadis yang bersamanya masih
menikmati tangisan harunya.
“Terima
kasih ya karena sudah mau mencintaiku.”
“Cinta
itu datang sebagai anugerah dari Tuhan dan aku sangat bersyukur, cinta di hati
ini tumbuh suburmu dan aku janji akan senantiasa menjaga cinta ini, sampai
waktunya tiba.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar