TOKO
BUKU
“Kita
memiliki banyak kesamaan”
Bunyi getar ponsel Suci
di tasnya yang terdengar. Segera ia mengambil dan memeriksa pesan chat whatss
app dari Rini yang mengatakan bahwa ia bersama Ayu dan Ida duluan pulang karena
mau mengurus sesuatu.
Gadis
itu memanyungkan mulut sambil bepikir, mereka pasti alasan saja karena ingin
membuatku berdua dengan Ferdi. Jujur ia merasa sangat bahagia bisa berjalan
bersama dengan pemuda yang sudah menempati sudut kosong di hatinya, tetapi bukan
berarti dia bisa berjalan berdua dengan yang bukan muhrim.
Sebelum
mengatakannya, Ferdi bisa membaca dari raut wajahnya dan langsung ingin
mengantarnya pulang. Terkesima. Ya, Suci merubah wajah manyungnya dengan pesona
yang nyaris membuat hati Ferdi jatuh ke lantai. Mungkin kalau tidak ada orang,
dia sudah tumbang dari tadi.
“Mohon,
jangan senyum seperti itu kepadaku. Rasanya aku ingin pingsan kalau kamu
melakukannya.”
Suci
membisu. Pun dirinya begitu kalau berada di dekat Ferdi dan diberikan senyuman
maut, rasanya aliran darahnya berdesir kencang.
Sebelum
kikuk itu terlihat dengan jelas, Suci masuk duluan ke dalam mobil tanpa
mengatakan apapun.
Suasana
dalam mobil begitu sunyi, tidak ada pembicaraan di awal dan saat bersuara,
keduanya langsung bersamaan.
“Okay,
kamu aja duluan kalau begitu,” Ferdi ingin mengalah, hanya saja Suci juga
mengatakan hal yang sama.
“Sudah
sewajarnya laki-laki mengalah untuk gadis yang disukainya,” diselingi dengan
senyuman membuat gadis di sampingnya buru-buru membuka kaca mobil, supaya udara
di luar bisa masuk ke dalam jiwanya yang sudah dicuri.
“Ayo
katakana, apa yang ingin kamu katakan!”
“Aku
ingin singgah dulu sebentar di toko buku, ada novel baru yang ingin saya beli.”
“Aw,
koq bisa samaan gitu. Aku tadinya mau bilang seperti itu juga kepadamu. Karena
aku ingin beli novel Asma Nadia dan Tere Liye. Aku suka banget baca karya
mereka, unsur keislamannya sangat kental.”
“Benar
sekali, aku juga suka mereka.Tetapi Habiburrahman juga tidak kalah bagus,
seperti Ayat-ayat Cinta dua, novel itu keren banget.”
“Kamu
udah punya novel itu? Boleh pinjam tidak?”
Mmmmm. Suci
berpikir sejenak. Selama ini ia memang memiliki jiwa dermawan kalau masalah
uang, bantuan tenaga atau yang lainnya kepada yang membutuhkan. Namun, masalah
meminjamkan novel ia butuh pemikiran. Karena dulunya, ia banyak meminjamkan
kepada orang lain novel miliknya, hanya saja tidak kembali-kembali. Ferdi
lagi-lagi bisa membaca apa yang ditakutkannya yang jelas dari kelopak matanya.
Pun mengatakan bahwa ia adalah salah satu pembaca paling baik di dunia ini.
Ia
tidak akan melipat buku yang dibacanya, hanya dibaca pada saat santai dan tidak
dibawa ke mana saja. Pokoknya ia akan menjaga dan mengembalikkannya dengan
baik.
Suci
pun menganggukkan kepala dan mengatakan bahwa ia akan meminjamkannya, ketika
sudah sampai di rumah.
Dan,
pembicaraan mereka terus berlanjut sampai-sampai toko buku yang dimaksud
terlewat. Untung tidak terlalu jauh, bisa kelamaan jadinya. Hanya saja keduanya
bahagia, bisa menghabiskan waktu bersama. Sekitar sepuluh menit kemudian,
keduanya sampai juga di depan toko buku gramedia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar