post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Minggu, 01 Juli 2018

Special Love (43)


JAUHI ANAKKU
“Allah, akan membantuku”

“Bismillahirrahmanirrahim….. Alhamdulillahirabbil Alamin Ar-Rahmanirrahim. Maliki Yau middin. Iyya’ ka na’ budu wa iyya’ ka nastain. Ihdinassiratal Mustaqim. Siratalladzina an’ amta alaihim. Ghairil Maghdubi alaihim wa laddallin.”
Dan seterusnya, Ferli mengaji di samping Irma meskipun dengan suara yang fales, ia masih terus melantunkan firman-firman Allah itu dengan pelan, tidak tergesa-gesa seperti yang pernah dikatakan guru agamanya ketika duduk di bangku SMP. Alhamdullillah lantunan itu membuat Yuri semakin tenang, bahkan sampai mengeluarkan Kristal-kristal di matanya. Ingin menyentuh pemuda itu, namun tertahan.

Di dalam hatinya: Allah, terima kasih sudah mengirimkanku malaikat penjaga seperti Ferli. Dia tidak hanya selalu menjagaku namun juga bisa membuat aku selalu dekat dengan-Mu. Ya Allah, semoga Engkau membimbing jalan kami selalu.
Di sofa yang terletak di sisi kiri saat memasuki ruang rawat Irma, Karin dan teman-temannya yang lain ikut terbawa suasana.
Beberapa detik selanjutnya terdengar ada suara salam dari luar, seorang wanita paru baya yang sudah memiliki bercak tangisan di mata. Ada bapak yang memiliki mata serupa dengan Irma namun berekspersi seolah-olah ingin menerkam. Keduanya masuk setelah dijawab salamnya oleh Ferli dan Karin.
Sambil tetap tiduran, Irma memanggil keduanya dengan sebutan mama dan ayah. Membuat Ferli dan yang lainnya sadar.
Ketika sudah sampai di depan anaknya, Rika langsung memeluk putrinya. Hah. Hal yang ditakutkan sudah terjadi, padahal dulunya mengatakan lebih baik melanjutkan studi di kota sendiri.
Hah. Irma ikut mewek.
Kerinduan yang sudah lama tertahan, seorang ibu kepada anaknya diluapkan begitu saja tanpa perduli di sekelilingnya. Hanya tahu bagaimana supaya anak gadisnya bisa lebih baik setelah melihatnya. Setelah orang tua Irma duduk, Ferli cepat-cepat mengambil tangan keduanya untuk salaman. Karin dan teman-teman lainnya mengekor. Hanya saja tidak seperti Rika, Aditia nampak tidak suka kepada Ferli.
Diajaknya pemuda yang ditahu sudah dekat dengan anaknya itu ke luar. Awalnya Rika memberikan isyarat agar jangan melakukan itu, hanya saja Aditia tidak bisa mengontrol pikirannya yang sangat khawatir.
“Tolong jauhi anak saya.”
Dan, kalimat terakhir dari bibir Aditia yang kemudian meninggalkan Ferli termenung sendiri di halaman rumah sakit. Ada kesakitan menguak di jiwanya, seolah menerkam dan ingin membuat tumbang saja, Kenapa selalu saja ada cobaan dalam cintanya? Akankah kali ini bisa dilalui?
Atau haruskah aku meninggalkan Irma demi kebaikannya, seperti apa yang dikatakan ayahnya?
Ya, semua yang terjadi pada Irma memang salah Intan. Namun, setahu Aditia, semuanya adalah salah dirinya yang lalai menjaganya. Dan karena cinta Intan yang tidak dibalasnya maka hal itupun terjadi. Andai Irma tidak selamat, Aditia akan membunuh Intan dan begitu pula dengannya yang sudah berjanji akan menjaganya.
Ferli terdiam masih berpikir tentang apa yang baru saja disampaikan ayah Irma kepadanya. Sangat menakutkan, tetapi lebih menakutkan lagi kalau tidak berada di dekat gadisnya. Ah. Ia tidak akan menyerah, bahkan menyeberang lautan, mendaki gunung yang paling tinggi di dunia atau bahkan menggapai langit bisa ia lakukan. Semua demi cinta untuk Irma seorang.
Ia sudah terlanjur mencintai dan bahkan cinta mereka baru dimulai, meskipun perjuangannya sudah memakan waktu lama. Ferli menggenggam erat tangannya. Cintanya sudah kuat dan mengalahkan apapun yang menakutkan di depannya. Dengan mantap ia mengucapkan, “Allah, akan membantuku memperjuangkan cinta.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar