PENGAGUM
“Aku
sudah lama mencintaimu”
Aku
bertanya dengan terheran-heran kepada pemuda yang memiliki jiwa sok pahlawan
itu.
“Aku
hanya menunggu temanku kak.”
“Oh,
ya sudah. Tapi, kamu harus ingat, jangan pernah melakukan hal seperti tadi.”
Ia
terdiam sejenak. Entah apa yang dipikirkannya, ia langsung mengeluarkan
kata-kata yang juga membuatku terdiam. Kenapa
kalau aku melakukannya? Apakah kakak khawatir kepadaku? Tanyanya.
Biasanya
aku marah kalau ada yang berlaku sok tahu di hadapanku. Hanya saja, entah
kenapa itu malah membuatku kikuk.
Kubalikkan
badan meskipun dengan langkah berat. Serasa ada sesuatu yang menimpa tubuhku.
Perasaan dalam relung hatiku bergejolak. Hah. Ada apa ini? Kenapa jantungku
berdegup kencang? Untung Nini dan teman-teman yang lain masih ada di
auditorium. Pikirku.
Serius,
aku merasa aneh dengan apa yang terjadi pada diriku. Aku tidak berhenti
memikirkan anak pemberontak itu. Padahal aslinya dia selalu berhasil membuatku
kesal. Selalu berhasil membuat kepalaku pusing. Tetapi justru banyak yang kagum
kepadanya. Semalaman aku berpikir dan tidak
bisa tidur.
***
Esok menjelang dan
kegiatan ospek terus berlanjut. Hanya saja aku terlambat datang ke auditorium
karena semalaman tidak bisa tidur. Alhasil, sebagai ketua hazer, aku dihukum
oleh mantan ketua hazer yang lalu, meskipun aku sudah mencoba menjelaskan. Ya,
aku akui memang yang terjadi adalah salahku. Mau tak mau, aku harus
menjalaninya. Disuruh hormat menghadap tiang bendera selama lima jam.
Nampak
sekali Sing ingin membelaku, saat ia berdiri dan memperkenalkan nama dan nomor
ospeknya. Kejegal dengan gelekan kepala.
Alhamdulillah. Ia
menurut juga, namun yang membuat aku bingung kenapa nampak ia sangat khawatir.
***
Apa?
Sudah selesai sholat Asyar? Tetapi Kit kembali hormat di depan tiang bendera?
Sing
yang masih berada di antara teman-temannya yang mengikuti arahan dari wakil
ketua hazer langsung berlari ke lapangan. Tanpa perduli, siapa yang
memanggilnya. Ia terus berlari dan akhirnya menemukanku yang mulai nampak
lemas.
Guntur
di langit memenuhi sudut telinga. Mendung sudah dari tadi menghiasinya.
Beberapa detik berlalu, pun akhirnya hujan turun juga. Membasahiku yang masih
terus berdiri dan mulai kedingingan.
Sing
berlari kepadaku, memberikan jacketnya di badanku. Sambil berteriak dalam hujan
agar menghentikan apa yang masih aku lakukan. Sudah empat jam lebih hormat, kenapa tidak berhenti juga?
Bentaknya.
Nini
dan teman-teman yang lain datang, nampak memiliki maksud yang sama dengan Sing.
Hanya saja, sebelum mereka melakukannya juga, aku mencoba menjelaskan bahwa yang kulakukan adalah sebuah
tanggungjawab. Mereka tidak berhak untuk melarangku.
Kewajiban
mereka adalah membawa Sing agar kembali mengikuti pengarahan, bukan berada di
tengah lapangan seperti ini. Nini mengerti bahwa kalau aku sudah memutuskan
sesuatu, sangat sulit untuk dirubah.
Ia
pun mulai memperingati Sing agar jangan mencampuri urusan tanggung jawab kepala
Hazer.
“Ayo,
sekarang juga kamu kembali ke auditorium atau kamu tidak akan pernah kembali ke
sana,” Nini mengancam.
Sing
mendengus nafas berat, kemudian berbalik masuk ke auditorium.
Rupanya
semua mahasiswa baru dari jauh melihat yang terjadi dan meninggalkan
auditorium, pun wakil ketua hazer memutuskan untuk menyudahi pertemuan hari ini
dan menggantinya dengan memberi semangat kepadaku agar bisa menyelesaikan
hukumanku dengan baik.
Tuhan. Aku benar-benar merasakan
aroma kekentalan persaudaraan. Pikirku.
***
Special
Ya
Tuhan, aku sangat kaget ketika Sing datang membawa obat
pijat kemudian memijat kakiku dengan memakai sarung tangan.
Aku
mencoba melepaskannya dan mengatakan bahwa tidak baik kalau bersentuhan kulit
laki-laki dan perempuan secara langsung. Pun dia menjawab dengan tegas, toh dia
melakukannya dengan maksud mengobati lagian dia juga memakai sarung tangan.
Tidak ada maksud yang lain.
Aku
sedikit meringis ketika ia memijat lembut kakiku bahkan sampai memukul
kepalanya, namun ia hanya diam. Aku tersenyum setelahnya dan mengucapka terima
kasih.
“Jangan
pernah lagi membuat aku khawatir,” katanya kemudian pergi tanpa menjelaskan apa
maksud dari perkataannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar