CALON
PUTRA KAMPUS
“Aku
selalu berharap kebaikan untukmu”

Awal-awal
mereka saya bentak karena di antaranya ada yang tidak serius dalam bernyanyi,
pun setelahnya diberi penjelasan bahwa lagu mars itu bukanlah hanya sekedar
lagu. Dilantunkan dan dirasakan dalam hati. Insya Allah bisa diaplikasikan
dalam kehidupan untuk membawa nama jurusan semakin baik di mata jurusan lain
atau siapa saja.
Dan aku melirik jam yang melekat di tanganku, sudah masuk
waktu Asyar. Segera kusuruh mereka menuju masjid untuk melaksanakan kewajiban.
Pukul 14.30 semua peserta maupun panitia kembali ke lapangan untuk mendengarkan
pengumuman penting yang akan disampainkan Ketua Jurusan. “Insya Allah, minggu
depan kampus kita akan kembali mengadakan Piala Rektor. Jadi saya harapkan
semua mahasiswa jurusan tekhnik, apalagi mahasiswa baru yang notabenenya paling
banyak diikutkan lomba harus mempersiapkan dan latihan mulai dari sekarang.
Kita harus menjaga piala kita yang sudah lima tahu berturut-turut kita jaga,”
ungkapan dan masih panjang lebar lagi sampai pada motivasi-motivasi agar
menjalani dunia kampus penuh dengan semangat. Ada gerumuh tangan ketika Pak
Ketua Jurusan menyudahi pidatonya. Baik panitia maupun maba entah kenapa
memiliki kekuatan baru dalam hati, semangat yang begitu membara. Mungkin inilah
yang dinamakan kata-kata yang terlontar dari orang bijak bisa membuat orang
lain ikut berlakon bijak. Aku kembali mengambil posisi berbicara di hadapan
mereka bahwa nama-nama yang disebutkan namanya nanti oleh salah satu panitia
diharapkan maju ke depan, karena merekalah yang akan mewakili jurusan untuk
lomba. Sekitar lima puluh empat siswa yang akan diikutkan dalam berbagai macam
lomba. Setiap lomba sudah pula ditentukan senior untuk membimbing. Dan, aku
bersyukur tidak ditunjuk sebagai mentor karena sudah sangat sibuk dengan urusan
hazer. Nini pun mulai memanggil
nama-nama mereka.
***
Aku berjalan sendirian
menuju auditorium mengambil absen yang tidak sengaja terlupa oleh sekretaris
panitia ospek. Awalnya aku takut karena banyak cerita-cerita aneh alias horror
yang aku dengar selama kuliah di sana. Padahal kalau mau dihitung sudah banyak
sekali jumlahnya berkegiatan malam di kampus, namun kali ini aku benar-benar
seorang diri berjalan ke auditorium. Sedikit lega ketika kudengar suara dari
auditorium yang jelas bahwa itu adalah
suara Nini. Oh, ternyata dia sedang melatih dua mahasiswa baru untuk ikut lomba
Putra dan Putri Kampus. Awalnya ada perasaan ragu ketika masuk, Sing yang aku
sodorkan namanya untuk lomba itu ada di dalam. Bagaimana kalau dia langsung menghampiriku? Pekikku namun kuabaikan
daripada terus-terusan berdiri di luar.
“Aw
Nini, sedang latihan ya?” tanyaku pura-pura tidak melihat Sing dan Pina, yang
terpilih sebagai kandidat Putri Kampus Juruskan Teknik.
“Ia,
lagi latihan persiapa lomba seperti yang dikatakan Ketua Jurusan tadi,” jawab
Nini.
“Terus
siapa yang kamu latih?” masih pura-pura.
“Aw,
Sing dan Pina. Toh kamu yang suruh aku pilih Sing kan karena dia selain pintar,
dia juga sangat tampan dan aku yang pilih Pina, karena diantara semua gadis
maba hanya dia yang memiliki nilai akademik paling tinggi di ijazah smanya.”
Sesaat
aku berhenti bicara. Keringat menjalariku.
***
Special
Setelah mengambil absen
yang tertinggal itu, buru-buru aku mengambil langkah seribu pergi dari
auditorium berharap tidak dilihat oleh mereka. Tanpa kutahu ternyata Sing sudah
menungguku di depan.
“Kak,
boleh aku bicara sebentar dengan kakak,” tanyanya dengan tenang, padahal aku
bagaimana harus menolak karena dia sudah menghadang jalanku.
“Mau
bicara apa?” aku mencoba tenang.
“Aku
mau berterima kasih pada kakak, karena sudah mempercayaiku ikut lomba ini dan
aku janjikan akan memenangkannya untuk jurusan dan kakak, juga bersama
teman-teman lain kami Insya Allah berjuang memenangkan banyak lomba,” katanya
sambil melangkah maju ke depan.
Aku
berjalan mundur dan mengatakan agar dia jangan macam-macam. Rupanya dia hanya
ingin memakain jacketnya kepadaku.
“Aku
takut kakak kedinginan dan sampai flu. Aku juga berharap saat lomba nanti,
kakak akan datang untukku,” katanya sambil berbalik menuju auditorium.
Dan,
aku masih terdiam dalam kehanyutan bunga-bunga berseri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar