post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Senin, 06 Mei 2019

Gelang (4)


CALON PUTRA KAMPUS
“Aku selalu berharap kebaikan untukmu”
Kegiatan ospek masih berlanjut, kegiatannya bukan hanya di dalam ruangan melainkan juga di lapangan. Di lapangan mereka disuruh menyanyikan lagu mars jurusan Teknik Universitas Bina Bangsa. Matahari yang menjadi saksi, aku dan beberapa panitian lain sedikit terhanyut dengan nyanyian mereka.
Awal-awal mereka saya bentak karena di antaranya ada yang tidak serius dalam bernyanyi, pun setelahnya diberi penjelasan bahwa lagu mars itu bukanlah hanya sekedar lagu. Dilantunkan dan dirasakan dalam hati. Insya Allah bisa diaplikasikan dalam kehidupan untuk membawa nama jurusan semakin baik di mata jurusan lain atau siapa saja.
Dan aku melirik jam yang melekat di tanganku, sudah masuk waktu Asyar. Segera kusuruh mereka menuju masjid untuk melaksanakan kewajiban. Pukul 14.30 semua peserta maupun panitia kembali ke lapangan untuk mendengarkan pengumuman penting yang akan disampainkan Ketua Jurusan. “Insya Allah, minggu depan kampus kita akan kembali mengadakan Piala Rektor. Jadi saya harapkan semua mahasiswa jurusan tekhnik, apalagi mahasiswa baru yang notabenenya paling banyak diikutkan lomba harus mempersiapkan dan latihan mulai dari sekarang. Kita harus menjaga piala kita yang sudah lima tahu berturut-turut kita jaga,” ungkapan dan masih panjang lebar lagi sampai pada motivasi-motivasi agar menjalani dunia kampus penuh dengan semangat. Ada gerumuh tangan ketika Pak Ketua Jurusan menyudahi pidatonya. Baik panitia maupun maba entah kenapa memiliki kekuatan baru dalam hati, semangat yang begitu membara. Mungkin inilah yang dinamakan kata-kata yang terlontar dari orang bijak bisa membuat orang lain ikut berlakon bijak. Aku kembali mengambil posisi berbicara di hadapan mereka bahwa nama-nama yang disebutkan namanya nanti oleh salah satu panitia diharapkan maju ke depan, karena merekalah yang akan mewakili jurusan untuk lomba. Sekitar lima puluh empat siswa yang akan diikutkan dalam berbagai macam lomba. Setiap lomba sudah pula ditentukan senior untuk membimbing. Dan, aku bersyukur tidak ditunjuk sebagai mentor karena sudah sangat sibuk dengan urusan hazer. Nini pun mulai memanggil nama-nama mereka.
***
Aku berjalan sendirian menuju auditorium mengambil absen yang tidak sengaja terlupa oleh sekretaris panitia ospek. Awalnya aku takut karena banyak cerita-cerita aneh alias horror yang aku dengar selama kuliah di sana. Padahal kalau mau dihitung sudah banyak sekali jumlahnya berkegiatan malam di kampus, namun kali ini aku benar-benar seorang diri berjalan ke auditorium. Sedikit lega ketika kudengar suara dari auditorium yang  jelas bahwa itu adalah suara Nini. Oh, ternyata dia sedang melatih dua mahasiswa baru untuk ikut lomba Putra dan Putri Kampus. Awalnya ada perasaan ragu ketika masuk, Sing yang aku sodorkan namanya untuk lomba itu ada di dalam. Bagaimana kalau dia langsung menghampiriku? Pekikku namun kuabaikan daripada terus-terusan berdiri di luar.
“Aw Nini, sedang latihan ya?” tanyaku pura-pura tidak melihat Sing dan Pina, yang terpilih sebagai kandidat Putri Kampus Juruskan Teknik.
“Ia, lagi latihan persiapa lomba seperti yang dikatakan Ketua Jurusan tadi,” jawab Nini.
“Terus siapa yang kamu latih?” masih pura-pura.
“Aw, Sing dan Pina. Toh kamu yang suruh aku pilih Sing kan karena dia selain pintar, dia juga sangat tampan dan aku yang pilih Pina, karena diantara semua gadis maba hanya dia yang memiliki nilai akademik paling tinggi di ijazah smanya.”
Sesaat aku berhenti bicara. Keringat menjalariku.
***
Special
Setelah mengambil absen yang tertinggal itu, buru-buru aku mengambil langkah seribu pergi dari auditorium berharap tidak dilihat oleh mereka. Tanpa kutahu ternyata Sing sudah menungguku di depan.
“Kak, boleh aku bicara sebentar dengan kakak,” tanyanya dengan tenang, padahal aku bagaimana harus menolak karena dia sudah menghadang jalanku.
“Mau bicara apa?” aku mencoba tenang.
“Aku mau berterima kasih pada kakak, karena sudah mempercayaiku ikut lomba ini dan aku janjikan akan memenangkannya untuk jurusan dan kakak, juga bersama teman-teman lain kami Insya Allah berjuang memenangkan banyak lomba,” katanya sambil melangkah maju ke depan.
Aku berjalan mundur dan mengatakan agar dia jangan macam-macam. Rupanya dia hanya ingin memakain jacketnya kepadaku.
“Aku takut kakak kedinginan dan sampai flu. Aku juga berharap saat lomba nanti, kakak akan datang untukku,” katanya sambil berbalik menuju auditorium.
Dan, aku masih terdiam dalam kehanyutan bunga-bunga berseri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar