post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Selasa, 07 Mei 2019

Gelang (5)


PENTAS KAMPUS
“Semua ini untukmu”

“Pokoknya kita tidak boleh egois harus bisa saling membantu,” ujar Muhdar, mahasiswa baru sekaligus teman Sing yang menjadi kapten team basket Jurusan Tekhnik.
“Baik, kami paham,” Singto, Oki, Pina dan yang lainnya setuju sambil mengangguk. Suara di sisi kanan oleh supporter mereka, memberikan suntikan walaupun hanya dengan teriakan.
Ya, selain ikut dalam pemilihan Putra Kampus Universitas Bina Bangsa, ia juga terpilih untuk main di team basket.

Dan, sebelum permainan dimulai melawan team dari Jurusan Kimia, di antara kedua team dipersilahkan berdoa sebelumnya. Bismillah, Sing nampak memimpin doa dengan khusyuk dan penuh dengan harapan kemenangan.
Waktu pun melaju. Alhamdulillah, poin mereka di babak pertama unggul dua dan sebelum pertandingan kembali dimulai, mereka diberikan waktu untuk istirahat lima menit. Sing celingak-celinguk, ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Ia masih saja sering mencuri waktu ke pintu masuk lapangan. Entah siapa yang ditunggunya. Dan, wajahnya yang tadi penasaran tentang keberadaan seseorang sekarang berubah menjadi sumringah senewen tingkat dewanya hilang. Aku datang dengan menyamarkan wajah karena gengsi yang masih melekat, pura-pura tidak melihat Sing padahal kalau dia sedang serius bermain maka aku akan sangat memperhatikanya.
Duduk di kursi depan, bahkan Nini sampai mengatakan kalau biasanya aku tidak pernah seperti ini malah duduk paling belakang karena sangat tidak suka dengan sesuatu yang menyangkut olahraga.  Aku tidak perduli yang penting bisa melihat junior itu dari dekat. Beberapa detik terakhir perlombaan nyaris membuat dua buah kubu bersitegang, apalagi kubu Jurusan Teknik mendadak kalah satu point. Muhdar bersama kawan-kawannya hanya punya waktu lima menit untuk bisa kembali mengungguli. Mereka bersemangat mengejar dan Alhamdulillah Sing berhasil memasukkan beberapa kali ke dalam ring hingga point mereka unggul tiga point. Entah bisikan dari mana, aku langsung berdiri kesenangan. Ingin rasanya meloncat dan sesaat kemudian berada di antara kerumunan tawa menjengkelkan. Ah…
“Kit, kamu koq senang sekali?” ujar Nini.
“Hmmm. Memang harus senang kan, kan team kita menang,” aku mencoba tenang, walaupun pandanganku berlari ke Sing yang mulai berjalan ke depanku.
“Makasih ya kak udah datang,” diikuti senyuman.
“Tentu aku datang karena ingin membuktikkan omonganmu,” aku mencoba membawa mataku berlari kesana-sini.
Kemudian Sing berbalik. Aku mendenguskan nafas berat dan teman-teman yang melihatku merasakan keanehan. Ada apa dengan Kit? Kenapa hari ini nampak seperti orang yang salah tingkah? Omongan mereka yang sampai ke telinga kuabaikan saja karena aku sendiri pun tidak mengerti, apa yang telah terjadi padaku.
***
“Assalamualaikum wr.wb,” suara MC menggema di setiap sudut ruangan auditorium dua Universitas Bina Bangsa, tempat terselenggara pemilihan Putra dan Putri Kampus.
“Waalaikumsalam wr. wb,” hampir semua penonton menjawab dengan lantang, termasuk aku yang kembali duduk paling depan.
Ah deg-deg-gan. Tanganku bahkan sampai gemetaran. Aku tidak tahu apa yang sedang merasuki diriku, tapi yang kutahu, aku sedang menunggu penampilan Sing. Aku bahkan berdoa semoga penampilan mengesankan sampai membuat Rektor dan juru-juri terkesan, sehingga Jurusan Tekhnik bisa kembali mengungguli. Walaupun apapun hasilnya, aku akan tetap mendukung karena dia sudah berusaha memberikan yang terbaik.
Special
Di panggung pun MC memanggil satu persatu peserta dari berbagai jurusan untuk menampilkan keahlian yang dimiliki. Menarik sekali, ada yang menari, membacakan cerita rakyat, menyanyi sambil bermain gitar termasuk Sing. Hanya saja berbeda dengan peserta lain, sebelum menyanyi sambil bermain gitar, ia membacakan sebuah puisi.
Teruntuk dia
Di sebuah sudut pemakai seragam hitam putih
Aku terduduk menatapmu
Persis langit yang akan aku hembuskan nafas legah ketika melihatnya
Mungkin saja udara itu mulai mengantongi jantungku
Mulai bercampur dengan kentalnya darahku
Berajak setiap kali kakiku melangkah
Hanya saja, aku tidak mengerti kenapa padamu?
Kuakui, bahwa cinta tidak perlu memeluk bulan
Cukup berada di setiap keadaan angin yang menyambar
Ah…. Aku sedang jatuh cinta padanya….
Teruntuk dia…..
Dan, mata Sing mengarah kepadaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar