PENTAS
KAMPUS
“Semua
ini untukmu”
“Pokoknya kita tidak
boleh egois harus bisa saling membantu,” ujar Muhdar, mahasiswa baru sekaligus
teman Sing yang menjadi kapten team basket Jurusan Tekhnik.
“Baik,
kami paham,” Singto, Oki, Pina dan yang lainnya setuju sambil mengangguk. Suara
di sisi kanan oleh supporter mereka, memberikan suntikan walaupun hanya dengan
teriakan.
Ya,
selain ikut dalam pemilihan Putra Kampus Universitas Bina Bangsa, ia juga
terpilih untuk main di team basket.
Dan,
sebelum permainan dimulai melawan team dari Jurusan Kimia, di antara kedua team
dipersilahkan berdoa sebelumnya. Bismillah,
Sing nampak memimpin doa dengan khusyuk dan penuh dengan harapan
kemenangan.
Waktu
pun melaju. Alhamdulillah, poin mereka di babak pertama unggul dua dan sebelum
pertandingan kembali dimulai, mereka diberikan waktu untuk istirahat lima
menit. Sing celingak-celinguk, ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Ia masih
saja sering mencuri waktu ke pintu masuk lapangan. Entah siapa yang
ditunggunya. Dan, wajahnya yang tadi penasaran tentang keberadaan seseorang
sekarang berubah menjadi sumringah senewen tingkat dewanya hilang. Aku datang
dengan menyamarkan wajah karena gengsi yang masih melekat, pura-pura tidak
melihat Sing padahal kalau dia sedang serius bermain maka aku akan sangat
memperhatikanya.
Duduk
di kursi depan, bahkan Nini sampai mengatakan kalau biasanya aku tidak pernah
seperti ini malah duduk paling belakang karena sangat tidak suka dengan sesuatu
yang menyangkut olahraga. Aku tidak
perduli yang penting bisa melihat junior itu dari dekat. Beberapa detik
terakhir perlombaan nyaris membuat dua buah kubu bersitegang, apalagi kubu
Jurusan Teknik mendadak kalah satu point. Muhdar bersama kawan-kawannya hanya
punya waktu lima menit untuk bisa kembali mengungguli. Mereka bersemangat
mengejar dan Alhamdulillah Sing berhasil memasukkan beberapa kali ke dalam ring
hingga point mereka unggul tiga point. Entah bisikan dari mana, aku langsung
berdiri kesenangan. Ingin rasanya meloncat dan sesaat kemudian berada di antara
kerumunan tawa menjengkelkan. Ah…
“Kit,
kamu koq senang sekali?” ujar Nini.
“Hmmm.
Memang harus senang kan, kan team kita menang,” aku mencoba tenang, walaupun
pandanganku berlari ke Sing yang mulai berjalan ke depanku.
“Makasih
ya kak udah datang,” diikuti senyuman.
“Tentu
aku datang karena ingin membuktikkan omonganmu,” aku mencoba membawa mataku
berlari kesana-sini.
Kemudian
Sing berbalik. Aku mendenguskan nafas berat dan teman-teman yang melihatku
merasakan keanehan. Ada apa dengan Kit?
Kenapa hari ini nampak seperti orang yang salah tingkah? Omongan mereka
yang sampai ke telinga kuabaikan saja karena aku sendiri pun tidak mengerti,
apa yang telah terjadi padaku.
***
“Assalamualaikum
wr.wb,” suara MC menggema di setiap sudut ruangan auditorium dua Universitas
Bina Bangsa, tempat terselenggara pemilihan Putra dan Putri Kampus.
“Waalaikumsalam
wr. wb,” hampir semua penonton menjawab dengan lantang, termasuk aku yang
kembali duduk paling depan.
Ah deg-deg-gan. Tanganku
bahkan sampai gemetaran. Aku tidak
tahu apa yang sedang merasuki diriku, tapi yang kutahu, aku sedang menunggu
penampilan Sing. Aku bahkan berdoa semoga penampilan mengesankan sampai membuat
Rektor dan juru-juri terkesan, sehingga Jurusan Tekhnik bisa kembali
mengungguli. Walaupun apapun hasilnya, aku akan tetap mendukung karena dia
sudah berusaha memberikan yang terbaik.
Special
Di
panggung pun MC memanggil satu persatu peserta dari berbagai jurusan untuk
menampilkan keahlian yang dimiliki. Menarik sekali, ada yang menari, membacakan
cerita rakyat, menyanyi sambil bermain gitar termasuk Sing. Hanya saja berbeda
dengan peserta lain, sebelum menyanyi sambil bermain gitar, ia membacakan
sebuah puisi.
Teruntuk dia
Di sebuah sudut pemakai seragam hitam
putih
Aku terduduk menatapmu
Persis langit yang akan aku
hembuskan nafas legah ketika melihatnya
Mungkin saja udara itu mulai
mengantongi jantungku
Mulai bercampur dengan kentalnya
darahku
Berajak setiap kali kakiku
melangkah
Hanya saja, aku tidak mengerti
kenapa padamu?
Kuakui, bahwa cinta tidak perlu
memeluk bulan
Cukup berada di setiap keadaan
angin yang menyambar
Ah…. Aku sedang jatuh cinta
padanya….
Teruntuk dia…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar