PENJAGA
“Aku
ingin kamu selalu baik-baik saja”
Di dalam ruangan besar
itu, auditorium lama yang memang ukuran auditorium lama lebih besar yang mampu
menampung kurang lebih lima ribu mahasiswa, sementara auditorium lama hanya
sekitar tiga ribu. Dan, seisi ruangan itu sekarang menjadi Sing bahan focus
yang tidak boleh disia-siakan.
Haruskah kumati karenamu?
Terkubur dalam kesedihan sepanjang
waktu….
Haruskah kurelakan hidupku?
Hanya demi cinta yang mungkin bisa
membunuhku….
Hentikan denyut nadi jantungku, hingga
kau tahu betapa suci hatiku
Untuk memilikimu……
Dan,
sepenggal bait lagu di dalam lagu yang dipopulerkan Ada Band itu disenandungkan
dengan merdu olehnya. Pemuda yang kucap sebagai pemberontak. Matanya tak lari
dariku, mungkin sekali-kali pernah lari namun hanya sebentar ia kembali lagi.
“Ciye
Kitty dilihat-lihat terus pujaan hatinnya,” ledek Ninis bersama teman-teman
lain yang sadar dengan tingkahku yang seperti orang salah tingkah.
Waktunya
selesai. Semua tepuk tangan bergemuruh di udara. Penampilannya benar-benar
memukau, bahkan sampai membuat semua dewan juri berdiri. Pun tatapannya yang
membuat aku nyaris lumpuh, namun sebisa mungkin kutahan. Jangan sampai ia tahu
bahwa aku terbawa perasaan alias baper.
Acara
diambil alih kembali oleh MC. Karena Sing merupakan peserta terakhir maka
pengumuman pun akan segera disampaikan. Semua peserta dipersilahkan kembali ke
atas panggung. Tepuk tangan bergemuruh saat melihat semua perwakilan dari
fakultas berdiri bersama.
Dan,
sebelum diumumkan Putra dan Putri Kampus Universitas Bina Bangsa. MC
memperlihatkan di layar besar yang terpampang jelas di atas panggung, peserta
yang meraih like tertinggi di facebook. Untungnya aku sudah menekan tombol okay
untuk Sing dan melihat banyak sekali yang juga melakukannya, mengalahkan voting
peserta dari fakultas lain. Benar saja, saat diumumkan Sing yang mendapatkan
Mahasiswa Terfavorit Universitas Bina Bangsa 2018. Ah, bahagia begitu
meliuk-liuk.
Pada
waktu salah satu juri yakni Wakil Rektor Satu memberikannya selempang, bunga
dan hadiah sponsor berupa uang sepuluh juta, matanya tidak berhenti menatapku
membuat darahku terus saja berdesir kencang.
Untung
hanya berjalan beberapa waktu karena aku kembali terfokus pada penyampaian MC
tentang hasil akhirnya. Alhamdulillah, Pina terpilih menjadi Putri Kampus. Ah…
Semua tercengan, saat pelan-pelan MC kembali menyampaikan siapa peserta
laki-laki yang berhasil menjadi Putra Kampus. Lekat-lekat aku berdoa, “Semoga
Sing Ya Allah,” batinku. Alhamdulillah, doaku dikabulkan oleh Allah.
Berbeda
dengan yang lainnya saat MC menyebutkan namanya, aku begitu bahagia berdiri di
kursi penonton, kemudian loncat-loncat seperti anak kecil.
Ketika
terjaga, aku buru-buru menghentikkan aksiku dan duduk santai seolah tidak
terjadi apa-apa, padahal sebenarnya batin sedang bergulat hebat dengan rasa
malu. Ah….
***
“Bagaimanapun saya
berterima kasih atas kerja keras kalian yang membuat fakultas kita kembali
jaya, namun tetap saja, sore ini kalian akan kembali mengikuti ospek yakni
latihan militer,” kataku lantang kemudian mempersilahkan mereka untuk berlari
ke tepi lapangan yang di sana sudah berdiri Nini dan teman-teman panitia yang
lain.
Beberapa
kali semua maba dipersilahkan untuk lari kembali ke tepi lapangan kanan dan
kembali lagi ke kiri. Panitia tidak mau kalah, kami semua ikut melakukannya.
Kebersamaan pun terasa begitu merongrong sampai aku tidak fokus dan membuat
jatuh. Kakiku terluka dan entah setan apa yang merasuk Singto, langsung saja ia
berlari mencari obat dan mengobati lukaku. Anak
ini, selalu menjagaku. Batinku.
***
SPECIAL
Setelah acara pemilihan
Putra dan Putri Kampus selasai, aku menunggu di pintu keluar audirium dan
nampak Sing yang berjalan cepat menghampiriku. Perlahan mendenguskan nafas
panjang. Jangan sampai ketahuan kalau aku merasa kikuk.
“Selamat
ya atas kemenanganmu,” kataku tapi tidak berani menatap matanya.
“Makasih
ya kak,” jawabnya.
“Makasih
lagi ya kak atas senyuman kakak,” ucapnya lagi.
“Maksud
kamu?”
“Senyumanmu
yang memberi aku kekuatan sehingga aku bisa menang.”
Kalimat
membuatku melayang dan reflek aku tersenyum
“Ah,
ini minuman kesukaan kakak,” memberikan segelas minuman susu pink.
Dan,
daripada semakin jelas rasa kikuk di hadapannya. Aku segera meluncur pergi dan
ia buru-buru mengejar untuk mengantarku pulang ke asrama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar