post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Jumat, 14 Juni 2019

Gelang (10)


AKU MENCINTAIMU
“Jika maksud kita sama, maka kamu harus tahu sudah lama perasaan itu ada.”

Janji. Ketika ia sudah terucap di bibir pasti aku akan melakukannya. Apalagi kali ini bukan hanya persoalan janji itu, melainkan gerakkan hati yang natural. Entahlah apa penyebabnya, padahal dulunya terasa menyebalkan, tapi diakui berkharisma, bersahaja dan rupawan. Pagi-pagi Minggu, aku sudah terbangun padahal biasanya usai melaksanakan sholat subuh akan tidur lagi sampai jam Sembilan, apalagi di waktu libur. Aku sudah berjanji dengan Sing akan menemaninya ke mall yang dekat dengan kampus. Sangat dekat, hanya berjarak lima puluh kilo meter. Palu Grand Mall namanya dan meskipun baru dua tahun tetapi fasilitas dan penjual di dalamnya sangat memadai, tidak kalah dan bisa bersaing dengan mall-mall yang ada di Palu.

Aku berjalan sangat cepat dari asrama yang menuju ke sana hanya membutuhkan waktu sekitar sepuluh menit. Aku melirik jam di tanganku. Sudah jam sepuluh lewat, mungkinkah dia sudah menunggu di depan mall? Ha. Aku mendengus nafas berat. Benar perkiraanku, dia sudah menunggu dengan pakaian modis. Rambut depannya tersisir ke samping. Wangi parfummnya tidak mencolok. Sumpah. Dia ganteng sekali. Pikirku.
“Maaf aku terlambat. Kenapa kamu tidak bilang kalau kamu duluan ke sini? Nanti kita bisa bersamaan, tidak perlu kamu menunggu.”
“Tidak apa-apa koq kak. Aku senang koq menunggu kakak.”
Hening sesaat. Aku menundukkan saat dia tersenyum kepadaku.
“Baiklah, ayo kita masuk saja kak,” ajaknya dan aku hanya menurut, mengikutinya dari belakang.
Kami berjalan masuk menuju pintu di arah utara mall itu karena padatnya pengungjung yang masuk melalui pintu depan. Kami melewati motor-motor yang terparkir rapi dengan dibatasi tali-tali di antara petakan-petakan parkiran. Tidak jauh dari pintu masuk, sebuah penjual somay yang biasa di kampus tersenyum kepadaku. Aku membalasnya dengan sunggingan serupa.
Sing mengajakku menuju lantai dua mall, toko yang banyak yang menjual boneka. Aku tertawa geli ketika mengetahuinya.
“Ternyata kamu pencinta boneka ya?” kataku mencoba meledek dan masih tertawa tipis, padahal terlalu cepat mengambil kesimpulan.
“Tidak. Aku membelikan boneka untuk keponakanku. Insya Allah besok, dia akan ulang tahun,” jawabnya tenang.
“Kakak suka boneka ya?” tanyanya.
“Mmmm. Ya. Aku suka boneka hello kitty yang besar dan berwarna pink itu,” kataku sambil menunjuk salah satu boneka paling mahal di toko itu.
Dia hanya mengangkat kepala. Sebenarnya aku hanya asal menunjuk untuk melihat apakah dia akan membelikan atau tidak. Ah. Ternyata tidak. Kupikir-pikir selanjutnya, kenapa juga dia harus membelikanku? Kasian kalau uang jajannya habis karena aku. Aku yang berpikir tentang itu, sampai tidak melihat Sing berbicara dengan pemilik toko dan membayar boneka yang dipilih untuk hadiah keponakannya.
Setelahnya, dia mengajakku makan dank arena perutku juga sudah keroncongan, maka aku terima saja. Dia sangat perhatian padaku, dia memesankan makanan kesukaanku, bakso dan es susu pink. Sementara dia hanya memesan nasi goreng.
“Sekarang mau pulang kak?” tanyanya setelah keluar dari tempat makan di lantai satu mall.
“Terserah kamu.”
“Kalau begitu, bisa temani aku potong rambut dulu kan?”
Aku menganggukkan kepala pelan-pelan.
Dan, sumpah dia ganteng sekali dan makin menjadi cowok impianku. Berpenampilan rapi yang awalnya aku lihat dari rambutnya. Aku deg-deg-gan dan pangling melihatnya.
***
SPECIAL
Alangkah terkejutnya aku saat mendapati boneka pink hello kitty yang tadi aku tunjuk di mall berada di depan kamarku. Kuambil ponselku dan langsung kutekan angka satu. Pencarian nomor satuku memang Sing, karena akhir-akhir ini kami selalu saling telponan.’
“Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam.”
“Kamu kan yang membawa boneka ini kepadaku?”
“Mmm. Bukan aku kak? Tapi, karyawan toko tadi.”
“Ia, tapi kamu yang nyuruh kan?”
“Benar kak. Kakak suka kan?”
Lama sekali aku menjawab. Beberapa detik selanjutnya kualihnya dengan  pertanyaan lain yang membuatnya ikut terdiam.
“Apakah kamu menyukaiku?”
Hanya hembusan nafasnya yang terdengar ringan dan ketika ia nyaris menjawab, ponselnya mati karena kehabisan baterai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar