DIABAIKAN
“Jika
memang engkau tidak memiliki perasaan sama. Aku akan belajar mengerti.”
Di kasur, aku hanya
menerawang ke langit-langit kamar tidak jelas. Perasaan yang berkecamuk pun
kembali memandang boneka hello kitty itu.
“Bagaimana
kalau sampai Sing benar-benar menyukaiku?”
Pertanyaan
itu membentur. Tiba-tiba dering ponselku berbunyi.
Masih
dengan nada yang sama dari lagu Rossa di soundtrack Ayat-ayat Cinta Dua. Aku
masuk ke dalam lagu, bulan mengekang malam. Rasanya tidak sama, tetapi
mendengar itu aku percaya adanya cinta sejati seperti Aisyah dan Fahri dan
mungkinkah bisa mengalir dalam kehidupanku bersama Sing? Allah. Lagi-lagi Sing. Pikirku.
Suara
hatiku berbisik, harusnya engkau
mengangkat telepon Sing dan kalau benar ia mengatakan cinta terima saja seperti
apa yang dikatakan hatimu.
Aku
menderuhkan nafas panjang.
Kuambil
ponsel yang berdering untuk kedua kalinya. Aku masih memegangnya tanpa
menyentuh sama sekali. Ada keraguan.
“Tidak
ada cinta yang lama antara senior dan junior. Sudah banyak buktinya. Seperti
Kisah Kerra kemarin dengan Adit, senior semester tujuh dan satu, hanya bertahan
dalam waktu tiga bulan. Bukankah kamu ingin menjalin cinta hanya sekali. Saat
kau membuka hati maka bukalah kepada orang yang kamu idamkan. Paling tidak,
tiga tahun di atas usiamu.”
Dan,
suara hati lain menyergap. Membuatku melepaskan kembali ponsel itu dan
membiarkanya terus berdering.
***
Aku sudah siap ke
kampus. Kupandangi diriku dalam cermin sambil tersenyum asam. Mulutku sedikit
mengambang. Ada kekhawatiran menguak. Padahal hilir mudik udara masih sama
seperti biasanya. Pagi cerah dalam balutan matahari yang menyemangati. Hanya
saja, bagaimana berhadapan dengan Sing hari ini? Apakah aku akan terus
menghindar? Aku menggumam. Kalau hanya itu caranya, biarkanlah.
Aku
mengambil ponselku di atas meja, di dekat lampu tidur di samping kasur.
Astagfirullah enam belas panggilan dan sepuluh pesan. Aku sama sekali tidak
menyentuhnya, takut kalau-kalau membacanya akan berubah pikiran. Aku hanya
menaruh ponsel itu ke dalam saku tasku yang ada di sisinya. Kemudian melangkah
bebas keluar kamar dan menguncinya.
***
Benar saja, pemuda itu
menunggu di lantai dasar sambil memperhatikan terus ponselnya. Seperti sedang
mengirim pesan kepada seseorang. Tak lama ia menaruhnya ke telinga. Hah. untung
aku sudah matikan ponselku dan dia tidak akan mendengar deringnya, pun aku yang
melihatnya dari lantai dua secara sembunyi-sembunyi.
“Kasian
juga dia,” sisi hatiku berbicara iba.
Tak
lama ponselnya berbunyi, terdengar nama Muhdar disebutnya. Ternyata ia harus
masuk kelas pagi, ia pun beranjak pergi namun menitipkan pesan dalam selembar
kertas untukku kepada Nini. Allah., Batinku.
Kemudian, ia beranjak keluar sambil berlari-lari kecil.
Aku
pura-pura tidak tahu apa-apa. Hanya berjalan biasa menuju Nini dan menyapanya.
“Hi
juga Kitty. Oh ya, ini ada surat untuk kamu dari junior andalanmu,”
sekonyong-konyongnya Nini menarik kesimpulan sendiri. Mungkin saja karena aku
sering membicarakannya ketika sedang bersamanya.
Aku
mengambil surat itu dan cepat-cepat menaruhnya ke dalam tas.
“Koq
tidak dibaca?” Nini terheran-heran
melihatku tidak penasaran dengan isi kertas itu.
“Tidak
apa-apa. Nanti aja aku baca,” aku memberikan senyuman ringan.
Ia
hanya mengangguk pelan. Memberikan isyarat, terserah
kamu.
Kami
berdua berjalan berisian menuju kampus dan Nini bertanya kepadaku, tentang
hubungaku dengan sang junior. Aku menganga, tidak tahu harus menjawab apa
karena akupun tidak mengerti.
***
SPECIAL
Setelah menerima boneka
besar itu. Aku menggendongnya ke dalam kamar. Kupapah dengan lembut, bahkan
sampai menciumnya beberapa kali. Tidak bisa kusangkal perasaan senang. Ah….
Sing, benar-benar tahu cara membuatku bahagia. Aku memutuskan memberi nama
boneka itu dengan sebutan Sing. Sing akan selalu menemaniku dalam segala
keadaan. Menerima keletihanku sepulang dari kampus yang kadang sangat
menyibukkan. Aku kembali mendekapnya. Terbayang tentang pertemuanku di awal
dengan si pemberi Sing, manis da nada kelucuan. Seolah ingin kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar