post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Kamis, 13 Juni 2019

Gelang (9)


DI SAMPINGMU
“Tolong jaga gelang ini untukku”

“Kit… Kit…. Kamu di mana?” terdengar suara Nini memanggilku.
Alhamdulillah. Aku mendenguskan nafas lega karena pertolongan dari Allah melalui Nini. Kalau tidak maka wajah kemerahan akan bisa disaksikan oleh Sing, yang jujur membuat hati ini seakan berbunga-bunga. Bisa menerbangkan ke langit ke tujuh menuju mimpi kesegala rupa.
Aku lantas berdiri, sigap ia menahan dengan kata-kata lembut tentang masih ada hal penting yang ingin dibicarakan. Tidak tega juga meninggalkannya sebab hati terasa nyaman berada di dekatnya. Kupanggil Nini dan mengatakan bahwa aku sudah mendengarnya, nanti akan menyusul karena sekarang ada hal penting yang ingin dibicarakan dengan Sing.
Nini mengerti, meskipun tidak tahu bahwa yang berada di sampingku adalah maba yang pernah dicap sebagai pemberontak dan pemberani itu.
Aku kembali duduk di sampingnya. Pelan ia meraih sesuatu di saku celananya. Ia memberikan gelang fakultas tekhniknya kepadaku, sambil mengatakan tolong dijaga dengan baik. Aku gelagapan. Lidahku keluh hanya saja langsung kuterima. Ia tersenyum dan kubalas dengan senyuman yang entah bermuara dari mana. Hah. Aku lalu pamit pergi.
Hampir setiap detik setelah pemberian gelang itu, aku memikirkannya. Apa sebenarnya maksud anak itu ingin aku menjaga gelangnya? Kucoba bertanya kepada Nini dan teman-teman yang lain, hingga aku tahu jawabannya.
Kalau ada seseorang yang memberikanmu atau menyuruhmu menjaga gelang fakultas tekhnik, itu berarti dia telah memberikan hatinya untukmu. Ia berharap agar kamu bisa menjaga hatinya. Tidak memberikannya kepada siapapun. Tiba-tiba tanganku gemetar mendengar penjelasan dari Hafiq.
Mereka mencoba bertanya, apa ada seseorang yang sudah memberikan gelang itu kepadaku? Aku kembali gelagapan, namun tidak berani kujawab. Beberapa detik kemudian kualihkan kepada pengaturan kembali ka asrama kempus besok. Alhamdulillah. Mereka terbawa, pun dari mereka ada sadar apa yang sudah aku lakukan.
***
Malam itu aku dan teman-teman panitia lain kembali ke penginapan dari bibir pantai lebih lambat dari semalam, mengawasi apakah masih ada maba yang berkeliaran karena mereka semua sudah diintruksikan untuk segera istirahat sebab pagi-pagi sekali akan kembali ke asrama kampus.
Dan, sesuatu yang mengagetkanku juga panitia lain. Sing bersama keempat temannya yang selalu terlihat bersama, Muhdar, Tino dan Oki nampak duduk di pantai masih asyik bermain gitar. Nyatanya bukan hanya kami yang kaget, pun mereka sama terkejutnya.
Kupandangi mereka dengan tatapan seram, pun mereka segera berlari meninggalkan tempatnya. Nini dan yang lainnya hanya tertawa. Kami semua pun juga kembali ke penginapan untuk istirahat.
***
Sing, Muhdar, Oki, Tino, Pina, May dan Yuni ketinggalan bus maba. Ah, mereka terlambat bangun. Untungnya masih ada bus senior yang belum berangkat dan Alhamdulillah mau menerima mereka.
Di dalam bus, Sing duduk bersama May yang menikmati snack kesukaannya. Gadis itu mencoba menawarkannya kepada Sing, hanya saja pemuda tidak menyukainya karena rasanya yang kental dengan buah durian. Sing tidak suka buah durian. Pun tidak membiarkan May kecewa, ia juga menawarkannya snack kesukuannya, gadis itu menerimanya dengan tersenyum.
Aku melihat dengan perasaan tidak enak. Kenapa mereka begitu akrab?
Begitu pula dengan Muhdar, yang merasa sesak melihat gadis yang disukainya nampak akrab dengan sahabatnya. Walaupun tidak berlangsung lama.
SPECIAL
Bus berhenti sejenak di pom bensin dan Nini mengarahkan kepadanya semuanya yang ingin membeli ole-ole atau makanan apapun dipersilahkan untuk turun, diberikan waktu sekitar tiga puluh menit.
Sing turun dan mengajak May, pun gadis itu menolak karena sebelum berangkat dia sudah membeli banyak barang, termasuk makanan.
Muhdar yang duduk bersama Oki harus pindah. Oki ingin sejenak meluruskan badannya dengan menempati duduk pemuda pendiam itu. Mau tak mau Muhdar mengiyakan dan untungnya May mengajaknya. Lantas bagaimana dengan Sing?
Sing yang datang melihat-lihat tempat kosong dan ternyata hanya di sampingku. Sebab Nini sudah pindah ke belakang bersama panitia yang lain. Aku yang tertidur, tidak sadar tidur di bahu Sing sepanjang perjalanan.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar