DI
SAMPINGMU
“Tolong
jaga gelang ini untukku”
“Kit… Kit…. Kamu di
mana?” terdengar suara Nini memanggilku.
Alhamdulillah. Aku
mendenguskan nafas lega karena pertolongan dari Allah melalui Nini. Kalau tidak
maka wajah kemerahan akan bisa disaksikan oleh Sing, yang jujur membuat hati
ini seakan berbunga-bunga. Bisa menerbangkan ke langit ke tujuh menuju mimpi
kesegala rupa.
Aku
lantas berdiri, sigap ia menahan dengan kata-kata lembut tentang masih ada hal
penting yang ingin dibicarakan. Tidak tega juga meninggalkannya sebab hati
terasa nyaman berada di dekatnya. Kupanggil Nini dan mengatakan bahwa aku sudah
mendengarnya, nanti akan menyusul karena sekarang ada hal penting yang ingin
dibicarakan dengan Sing.
Nini mengerti, meskipun tidak tahu bahwa yang berada
di sampingku adalah maba yang pernah dicap sebagai pemberontak dan pemberani
itu.
Aku
kembali duduk di sampingnya. Pelan ia meraih sesuatu di saku celananya. Ia
memberikan gelang fakultas tekhniknya kepadaku, sambil mengatakan tolong dijaga
dengan baik. Aku gelagapan. Lidahku keluh hanya saja langsung kuterima. Ia tersenyum
dan kubalas dengan senyuman yang entah bermuara dari mana. Hah. Aku lalu pamit
pergi.
Hampir
setiap detik setelah pemberian gelang itu, aku memikirkannya. Apa sebenarnya
maksud anak itu ingin aku menjaga gelangnya? Kucoba bertanya kepada Nini dan
teman-teman yang lain, hingga aku tahu jawabannya.
Kalau
ada seseorang yang memberikanmu atau menyuruhmu menjaga gelang fakultas
tekhnik, itu berarti dia telah memberikan hatinya untukmu. Ia berharap agar
kamu bisa menjaga hatinya. Tidak memberikannya kepada siapapun. Tiba-tiba
tanganku gemetar mendengar penjelasan dari Hafiq.
Mereka
mencoba bertanya, apa ada seseorang yang sudah memberikan gelang itu kepadaku?
Aku kembali gelagapan, namun tidak berani kujawab. Beberapa detik kemudian
kualihkan kepada pengaturan kembali ka asrama kempus besok. Alhamdulillah. Mereka terbawa, pun dari
mereka ada sadar apa yang sudah aku lakukan.
***
Malam itu aku dan
teman-teman panitia lain kembali ke penginapan dari bibir pantai lebih lambat
dari semalam, mengawasi apakah masih ada maba yang berkeliaran karena mereka
semua sudah diintruksikan untuk segera istirahat sebab pagi-pagi sekali akan
kembali ke asrama kampus.
Dan,
sesuatu yang mengagetkanku juga panitia lain. Sing bersama keempat temannya
yang selalu terlihat bersama, Muhdar, Tino dan Oki nampak duduk di pantai masih
asyik bermain gitar. Nyatanya bukan hanya kami yang kaget, pun mereka sama
terkejutnya.
Kupandangi
mereka dengan tatapan seram, pun mereka segera berlari meninggalkan tempatnya.
Nini dan yang lainnya hanya tertawa. Kami semua pun juga kembali ke penginapan
untuk istirahat.
***
Sing, Muhdar, Oki,
Tino, Pina, May dan Yuni ketinggalan bus maba. Ah, mereka terlambat bangun.
Untungnya masih ada bus senior yang belum berangkat dan Alhamdulillah mau menerima mereka.
Di
dalam bus, Sing duduk bersama May yang menikmati snack kesukaannya. Gadis itu mencoba
menawarkannya kepada Sing, hanya saja pemuda tidak menyukainya karena rasanya
yang kental dengan buah durian. Sing tidak suka buah durian. Pun tidak
membiarkan May kecewa, ia juga menawarkannya snack kesukuannya, gadis itu
menerimanya dengan tersenyum.
Aku
melihat dengan perasaan tidak enak. Kenapa
mereka begitu akrab?
Begitu
pula dengan Muhdar, yang merasa sesak melihat gadis yang disukainya nampak
akrab dengan sahabatnya. Walaupun tidak berlangsung lama.
SPECIAL
Bus berhenti sejenak di
pom bensin dan Nini mengarahkan kepadanya semuanya yang ingin membeli ole-ole
atau makanan apapun dipersilahkan untuk turun, diberikan waktu sekitar tiga
puluh menit.
Sing
turun dan mengajak May, pun gadis itu menolak karena sebelum berangkat dia
sudah membeli banyak barang, termasuk makanan.
Muhdar
yang duduk bersama Oki harus pindah. Oki ingin sejenak meluruskan badannya
dengan menempati duduk pemuda pendiam itu. Mau tak mau Muhdar mengiyakan dan
untungnya May mengajaknya. Lantas bagaimana dengan Sing?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar