post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Minggu, 23 Juni 2019

Gelang (12)


MAAF, AKU MENCINTAI ORANG LAIN
“Hati tidak bisa dibagi”

Inginnya hari-hari dilalui seperti biasanya, mengenduskan nafas ringan tanpa beban. Melihat langit cerah karena sang surya menyerbukkan sinarnya ke mana-mana. Ombak di laut pun pasti bisa berkejaran dengan romantis, lantas kenapa aku tidak bisa romantis dengan Sing? Bukan kesalahannya kalau dia mencintaiku? Penyalahan diri muncul sambil menyusuri jalan menuju kampus dengan langkah berat.
Ketika aku pusing pasti kumanjakan diri dengan menyeruput es susu pink. Kulihat jam melingkar di lenganku, masih pukul sembilan lewat tujuh belas, masih ada banyak waktu sebelum masuk pukul sembilan. Kuayunkan kaki menuju kantin.

“Aku beli susu pinknya,” ucapku sambil membuka-buka novel yang sedari tadi dibawa tangan kiriku, tanpa kuperhatikan ada pemuda di sampingku.
“Ini minumannya,” kata Ayu, penjaga kantin menyodorkan es susu pink itu yang sudah dikemas dengan gelas plastik, di atasnya muncul pipet yang senada dengan warna minumannya siap dicemot.
Aku terperangah, hendak mengambil minuman itu. Sayangnya, Ayu buru-buru mengatakan bahwa minuman itu bukan untukku, melainkan pemuda yang sedari tadi juga menunggu pesanannya.
Mata kami saling bertautan. Aku menatapnya teduh, sementara dia langsung membuang wajah. Ah, kenapa begitu sakit di saat Sing mengabaikanku. Batinku.
“Maaf mba’, aku tidak jadi pesan. Minuman ini untuknya saja,” katanya, kemudian pergi meninggalkanku dalam tekanan batin.
***
Di perpustakaan Fakultas Tekhnik hampir semua sudut disesaki mahasiswa baru. Mengerjakan makalah-makalah yang baru saja diberikan beberapa dosen sebagai tugas pertama. May, sangat menyukai suasana seperti itu. Bukan hanya karena kewajiban sebagai mahasiswa ataupun bisa bersama dengan teman-teman, melainkan ia bisa melihat dan bersama Sing lebih lama. Ya, dia menyukai Sing diam-diam.
Yuni dan Pina tahu tentang perasaan sahabatnya itu. Bahkan May mendapatkan kepercayaan diri mereka bahwa di jaman sekarang, di 2018, bukan hanya laki-laki saja yang bisa menyatakan perasaannya melainkan juga perempuan. Di sudut lain, Muhdar yang juga masih menyukai May diam-diam merasa sakit, melihat gadis yang dicintai selalu memperhatikan pemuda tak lain adalah sahabatnya.
May bergerak menuju rak-rak buku, ingin memerhartikan Sing di antara jejeran-jejeran buku tanpa tahu bahwa di antara lemari rak buku itu rapuh dan naas nyaris saja tumbang ke tubuhnya. Untung ada Muhdar yang menolong, hanya saja keduanya jatuh tersungkur ke lantai, sampai kaki kiri May keseleo. Sing, Pina, Yuni segera membawanya ke ruang kesehatan kampus.
***
Sing meletakkan esbatu yang sudah diselimuti plasti tebal dan kain di kaki May. Pina dan Yuni meninggalkan keduanya, karena tahu pasti sahabatnya itu menginginkannya untuk menyatakan cinta.
Awalnya, hanya mengucapkan terima kasih, pun Sing mengatakan “Tidak seharusnya kamu mengatakan terima kasih kepadaku, melainkan kepada M yang sudah menolongmu.”
Gadis itu mengangguk.
Detik berikutnya, jantungnya sungguh berdegup kencang. Hanya saja kesempatan seperti ini tidak akan datang dua kali. Dengan berani dan mantap ia menyatakan cinta pada pemuda bermata teduh itu.
“Maaf, aku sudah mencintai orang lain May. Maaf sekali lagi,” jawab Sing yang membuatnya pergi dari ruangan itu.
Sing tidak ingin mengejar, karena tahu ia butuh ketenangan tanpa melihatnya sementara waktu.
May terkejut ketika di depan pintu sudah ada M yang melihatnya teduh. May ingin memeluk pemuda itu, namun tertahan. Ah…. Begitu sakit. Batinnya.
SPECIAL
Muhdar dan May duduk berdamping di bawah pohon besar, tepat di depan pintu masuk asrama Raya Universitas Bina Bangsa. Keduanya berdiam, hanya saja M membiarkan gadis itu menangis tanpa suara. Detik berikutnya, ia menyodorkan sapu tangan.
“Makasih,” kata May mengambil sapu tangan itu.
Dan, pikirannya seakan tersadar. Selalu ada M di sampingnya selama ini, pemuda pendiam yang selalu memperhatikannya.
“Apakah kamu menyukaiku M?” dan membuatnya langung bertanya.
Pemuda itu tersenyum dan mengangguk pelan.
“Terima kasih. Tapi, aku…..”
Dan sebelum May melanjutkan pembicaraannya, M langsung memotong, “Aku siap menunggu.”
May yang sebelumnya tenggelam dalam kesedihan, bisa tersenyum secepat itu karena M.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar