MENJEMPUTMU
“Aku
ingin selalu dekat denganmu”
Apakah kamu tahu setiap dekat
denganmu adalah impianku. Meskipun kadang, kamu Nampak risih, hanya saja aku
tahu itu hanyalah bualan semata. Kenapa bisa aku mengatakan begitu? Karena
kedua pipimu selalu merona saat berada di sampingku. Itu menandakan sebenarnya
kamu bahagia. Batin Singto.
Dan, seperti biasanya di Sabtu sore ia akan
menjemputku lagi tetapi bukan di tempat kerja, melainkan di toko buku. Dan,
kali itu ia megagetkanku dengan kehadirannya yang tiba-tiba. Menyentuh pipiku
dengan jari manisnya.
“Aw….” Aku sedikit kesal.
Sing hanya tersenyum. Tanpa basa-basi ia mengajakku
pulang.
Bagaimana mungkin aku bisa lama-lama marah
dengannya. Kebaikan dan senyuman mautnya selalu bisa membuatku bahagia,
menyungginkan senyuman menawan dan paling penting aku bisa menjadi diriku
sendiri.
Kami berhenti di trotoar jalan. Memesan taxi.
Kebetulan motornya sedang rusak dan sementara diperbaiki di bengkel. Aku
menatapnya penasaran dan menanyakan sesuatu yang membuatku penasaran sekaligus
takut. Takut kalau jawabannya akan mengundang isakan.
“Apa kamu tidak capek menghadapiku?”
Ia tersenyum.
“Jusrtru aku yang harus menanyakan itu kak. Apakah
kakak tidak capek dengan aku? Tidak bosan dengan cintaku? Jujur aku selalu
ingin dekat dengan kakak. Sampai-sampai dalam sehari, tidak dalam sejam aku
harus selalu member kabar kepada kakak. Menanyakan kabar kakak dan…..”
Belum berhenti isi hatinya diluapkan wajahku basah.
Bisa dilihat dari lampu terang jalanan yang dipasang oleh pemerintah di Kota
Palu, di setiap sisi jalan yang antara benda penerang satu itu dengan temannya
hanya berjarak sepuluh meter.
“Jangan menangis kak…” ia menyeka air mataku dengan
lengan bajunya yang panjang.
Ah, romantis.
“Kak. Aku hanya mengungkapkan aku rasa,” katanya
setelah selesai membersihkan wajahku yang sekarang sudah kering.
Sebenarnya aku juga merasakan hal yang sama. Tetapi
aku terlalu takut mengatakannya. Hanya sekali dua kali, saat dia kadang
memintanya. Seperti kala itu, saat kami berjalan berisian menuju asrama kampus.
Sudah jam delapan malam. Kebetulan saat itu, sedang ada festival di kampus. Aku
yang jadi ketua panitianya dan Sing jadi sekretarisnya.
Kala itu sungguh lelah, aku melihat dari bibirnya
yang selalu menguap.
“Apa kamu capek? Makanya aku sudah bilang jangan
terlalu memaksakan diri,” memanyungkan bibir.
“Sesungguhnya kalau kakak mengatakan sangat
mencintaiku, maka aku akan langsung semangat.”
“Kamu gila? Mana
mungkin aku akan mengatakannya.”
Ia mengangguk kecewa, kemudian berjalan duluan.
“Aku mencintaimu,” kuucapkan dengan suara lantang.
Ia berbalik dan tersenyum.
“Aku juga sangat mencintai kakak Kit.”
Suaranya lebih keras dan membuat panitia lain
mendengarnya. Aku segera meraih lengannya kemudian berjalan cepat ke asrama.
Akankah
malam ini, ia mau mengatakannya demi aku? Karena aku sedikit lelah dengan
urusan kantor yang semakin banyak. Ah, pikir apa aku ini? Batinku.
“Aku sangat merindukan kakak.”
Singto sangat tulus. Teduhannya matanya membuat
wajahku kembali basah. Segera ia kembali menyekanya.
“Kenapa kakak jadi begini? Cengen banget. Kasian
wajah cantik kakak,” menggodaku.
“Apaan sih? Siapa suruh selalu membuatku takjub
dengan cintamu?” Aku mengambil sapu tangan biru dan menyekanya sendiri.
Tidak lama taxi berwarna kuning berhenti di hadapan
kami. Kami segera naik dan sekitar sepuluh menit sudah sampai di depan kosku.
“Hati-hati ya pulangnya.”
“Ia kak. Kakak jangan lupa mimpikan aku.”
Aku memanyungkan bibir. Ia hanya tersenyum
menanggapi.
SPECIAL
Apa
yang terjadi di dalam taxi tadi tanpa aku sadari, terhitung detik saat mobil
itu tiba-tiba merem mati baru aku terjaga. Namun, pura-pura tidur. Dia sungguh membuatku bahagia. Aku
benar-benar tertidur di bahu Sing. Sangat nyaman. Bahkan meskipun ia merasa
kepalaku sedikit berat. Tidak masalah. Kemudian, ia berkata, “Aku ingin selalu
menjaga kakak seperti ini. Selamanya.”
Aku yang mendengarnya tersenyum. Batinku berdoa, “Ya
Allah, jaga cinta kami. Jangan biarkan badai apapun menghalangi cinta suci ini.
Dia sangat baik ya Allah.”
Kisah cinta indah dapat terlukiskan ketika dua hati
menjaga kesetiaan dalam keikhlasan. Tak memandang waktu dan ruang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar