post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Selasa, 02 Juli 2019

Gelang (18)


MENJEMPUTMU
“Aku ingin selalu dekat denganmu”

Apakah kamu tahu setiap dekat denganmu adalah impianku. Meskipun kadang, kamu Nampak risih, hanya saja aku tahu itu hanyalah bualan semata. Kenapa bisa aku mengatakan begitu? Karena kedua pipimu selalu merona saat berada di sampingku. Itu menandakan sebenarnya kamu bahagia. Batin Singto.
Dan, seperti biasanya di Sabtu sore ia akan menjemputku lagi tetapi bukan di tempat kerja, melainkan di toko buku. Dan, kali itu ia megagetkanku dengan kehadirannya yang tiba-tiba. Menyentuh pipiku dengan jari manisnya.
“Aw….” Aku sedikit kesal.

Sing hanya tersenyum. Tanpa basa-basi ia mengajakku pulang.
Bagaimana mungkin aku bisa lama-lama marah dengannya. Kebaikan dan senyuman mautnya selalu bisa membuatku bahagia, menyungginkan senyuman menawan dan paling penting aku bisa menjadi diriku sendiri.
Kami berhenti di trotoar jalan. Memesan taxi. Kebetulan motornya sedang rusak dan sementara diperbaiki di bengkel. Aku menatapnya penasaran dan menanyakan sesuatu yang membuatku penasaran sekaligus takut. Takut kalau jawabannya akan mengundang isakan.
“Apa kamu tidak capek menghadapiku?”
Ia tersenyum.
“Jusrtru aku yang harus menanyakan itu kak. Apakah kakak tidak capek dengan aku? Tidak bosan dengan cintaku? Jujur aku selalu ingin dekat dengan kakak. Sampai-sampai dalam sehari, tidak dalam sejam aku harus selalu member kabar kepada kakak. Menanyakan kabar kakak dan…..”
Belum berhenti isi hatinya diluapkan wajahku basah. Bisa dilihat dari lampu terang jalanan yang dipasang oleh pemerintah di Kota Palu, di setiap sisi jalan yang antara benda penerang satu itu dengan temannya hanya berjarak sepuluh meter.
“Jangan menangis kak…” ia menyeka air mataku dengan lengan bajunya yang panjang.
Ah, romantis.
“Kak. Aku hanya mengungkapkan aku rasa,” katanya setelah selesai membersihkan wajahku yang sekarang sudah kering.
Sebenarnya aku juga merasakan hal yang sama. Tetapi aku terlalu takut mengatakannya. Hanya sekali dua kali, saat dia kadang memintanya. Seperti kala itu, saat kami berjalan berisian menuju asrama kampus. Sudah jam delapan malam. Kebetulan saat itu, sedang ada festival di kampus. Aku yang jadi ketua panitianya dan Sing jadi sekretarisnya.
Kala itu sungguh lelah, aku melihat dari bibirnya yang selalu menguap.
“Apa kamu capek? Makanya aku sudah bilang jangan terlalu memaksakan diri,” memanyungkan bibir.
“Sesungguhnya kalau kakak mengatakan sangat mencintaiku, maka aku akan langsung semangat.”
“Kamu gila?  Mana mungkin aku akan mengatakannya.”
Ia mengangguk kecewa, kemudian berjalan duluan.
“Aku mencintaimu,” kuucapkan dengan suara lantang.
Ia berbalik dan tersenyum.
“Aku juga sangat mencintai kakak Kit.”
Suaranya lebih keras dan membuat panitia lain mendengarnya. Aku segera meraih lengannya kemudian berjalan cepat ke asrama.
Akankah malam ini, ia mau mengatakannya demi aku? Karena aku sedikit lelah dengan urusan kantor yang semakin banyak. Ah, pikir apa aku ini? Batinku.
“Aku sangat merindukan kakak.”
Singto sangat tulus. Teduhannya matanya membuat wajahku kembali basah. Segera ia kembali menyekanya.
“Kenapa kakak jadi begini? Cengen banget. Kasian wajah cantik kakak,” menggodaku.
“Apaan sih? Siapa suruh selalu membuatku takjub dengan cintamu?” Aku mengambil sapu tangan biru dan menyekanya sendiri.
Tidak lama taxi berwarna kuning berhenti di hadapan kami. Kami segera naik dan sekitar sepuluh menit sudah sampai di depan kosku.
“Hati-hati ya pulangnya.”
“Ia kak. Kakak jangan lupa mimpikan aku.”
Aku memanyungkan bibir. Ia hanya tersenyum menanggapi.
SPECIAL
Apa yang terjadi di dalam taxi tadi tanpa aku sadari, terhitung detik saat mobil itu tiba-tiba merem mati baru aku terjaga. Namun, pura-pura tidur.  Dia sungguh membuatku bahagia. Aku benar-benar tertidur di bahu Sing. Sangat nyaman. Bahkan meskipun ia merasa kepalaku sedikit berat. Tidak masalah. Kemudian, ia berkata, “Aku ingin selalu menjaga kakak seperti ini. Selamanya.”
Aku yang mendengarnya tersenyum. Batinku berdoa, “Ya Allah, jaga cinta kami. Jangan biarkan badai apapun menghalangi cinta suci ini. Dia sangat baik ya Allah.”
Kisah cinta indah dapat terlukiskan ketika dua hati menjaga kesetiaan dalam keikhlasan. Tak memandang waktu dan ruang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar