HADIAHMU
“Aku
hanya ingin menepati janjiku untuk menjagamu”
Aku buru-buru berlari setelah mendapatkan pesan
singkat dari Sing bahwa ia sudah ada di depan kantorku. Ha. Harusnya dia tidak
bersikap demikian. Aku belum siap mengenalkannya pada teman-teman kantorku. Pun
aku sudah membicarakannya sebelumnya. Ia bisa menjemputku di tempat biasa.
Tidak usah di kantor.
“Kenapa kakak bermuram? Apakah kakak tidak mau aku
jemput di sini?” tanyanya.
Sudahlah. Aku tidak mungkin berdebat dengannya di
tempat kerja, meskipun itu cuma halaman kantor. Lagian Nampak sekali
ketulusannya, ingin menjagaku. Jelas tertempel di jidatnya, yang hanya aku bisa
melihatnya. Dia juga sudah membawakan makanan untuk makan malam.
Aku bergegas mengajaknya segera pulang.
Di asrama, aku kembali memperingatinya dengan suara
lembut agar jangan mengulangi lagi perbuatannya menjemputku di kantor, lebih
baik di tempat biasa.
“Kak, aku hanya ingin melihat-lihat kantormu dan
selain rindu yang selalu ingin menggebu-gebu ingin bertemu denganmu. Dan, ada
hal penting yang ingin aku bicarakan pada kakak,” ia memelas.
Aku menghela nafas panjang.
“Baiklah. Apa yang ingin kamu tanyakan?”
“Sebentar lagi kan ada ospek di luar tapi kali ini
Dekan tidak menyetujuinya. Jadi, bagaimana ni kak?”
“Hmmm. Sebenarnya persoalan itu selalu terjadi
setiap tahun. Saya punya usul yang Insya Allah bisa membuat Dekan menyetujui
kegiatan ospek di luarmu.”
“Apa itu kak?” mata Sing menyala.
“Kamu tambahkan kegiatan penghijauan atau
kegiatan-kegiatan lain yang bermanfaat. Berhubungan dengan alam, ataupun
misalnya membantu anak yatim dengan mengunjungi pantia asuhan.”
“Ya Allah kak. Kenapa kakak pintar sekali?”
“Apaan sih? Biasa aja? Dan, tidak nyambung tahu.”
“Baiklah. Aku setuju dengan saran kakak.”
Kemudian, kami berdua makan bersama di serambi
kosku. Beberapa kali ia menyuapiku dan begitupun sebaliknya. Meskipun makanan
kami ala kadarnya, nasi goring dengan tahu isi. Terasa nikmat seperti
spaghetti, karena makan dengannya.
“Kalau begitu aku pamit dulu ya,” tersenyum.
“Ia, hati-hati.”
“Assalamualaikum,” ia kemudian mencium telapak
tangan kanannya kemudian memberikan kiss
bye.
Aku tersenyum geli.
Motornya yang kemarin rusak sudah baik. Pun ia
mengendarainya dengan raungan santai. Tidak membela jalan sepertinya
sebelumnya. Semua itu dilakukannya setelah aku memperingatinya, bahwa
keselamatannya adalah hal yang penting buatku. Jangan membuatku khawatir, pun
pasti orang tuanya dan orang yang menyayanginya juga berpikir begitu.
***
Alhamdulillah.
Dekan pun menyetujui kegiatan ospek di luar Sing dan teman-temannya. Sesuai
dengan usulku dengan menambahkan kegiatan penghijauan di daerah dekat pantai.
Sebelumnya aku mengatakannya padanya akan pergi bersama, tetapi karena ada
kerjaan mendadak maka hal itu pun hanya menjadi keinginan yang tak tercapai.
“Tidak apa-apa kak. Kakak selesaikan saja pekerjaan
kakak,” katanya di telepon. Memang terdengar tidak apa-apa. Tetapi, aku masih
merasa sedih. Pun aku harus menyelesaikan pekerjaanku pada hari itu, sebaik
mungkin dan meskipun larut aku datang di lokasi ospek Sing bersama Nini.
***
Acara
pemberian gelang sudah dilakukan. Kini waktu bersantai ria antara senior dan
junior. Aku duduk di samping Singto, membuat Nini, Muhdar, May dan yang lainnya
lagi-lagi menggoda kami. Dan yang tidak habis terpikir, Nini mengatakan kepada
semuanya bahwa aku begitu ingin bertemunya dengan Sing, sang pacar. Aku begitu
malu, tetapi tidak bisa aku pungkiri. Sing tertawa lepas dan aku beberapa kali
mencubit lengannya.
SPECIAL
Aku
sudah akan pulang bersama Nini karena besok pagi aku harus sudah bekerja. Saat
kami hendak berangkat, aku ingin menemui Sing dan mengatakan maaf sekaligus
bangga kepadanya. Ia berhasil menjadi ketua hazer.
Kami berdua, duduk di bibir pantai dengan bintang
dan bulan menjadi penerang alam. Dari kejauhan banyak senior dan junior yang
masih bersenda gurau bersama.
“Selamat ya Sing, kamu berhasil menjadi ketuas Hazer
dan aku punya sesuatu padamu,” aku meyodorkan sebuah kotak yang sudah dibungkus
cantik dan berisi sebuah hadiah.
Ia membukanya perlahan dan menemukan dasi merah
kesukannya.
“Makasih ya.”
“Ia.” Aku tersenyum.
Ah,
bahagia sekali melihat senyumnya karenaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar