post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

YUDHA

Rabu, 03 Juli 2019

Gelang (19)


HADIAHMU
“Aku hanya ingin menepati janjiku untuk menjagamu”

Aku  buru-buru berlari setelah mendapatkan pesan singkat dari Sing bahwa ia sudah ada di depan kantorku. Ha. Harusnya dia tidak bersikap demikian. Aku belum siap mengenalkannya pada teman-teman kantorku. Pun aku sudah membicarakannya sebelumnya. Ia bisa menjemputku di tempat biasa. Tidak usah di kantor.
“Kenapa kakak bermuram? Apakah kakak tidak mau aku jemput di sini?” tanyanya.
Sudahlah. Aku tidak mungkin berdebat dengannya di tempat kerja, meskipun itu cuma halaman kantor. Lagian Nampak sekali ketulusannya, ingin menjagaku. Jelas tertempel di jidatnya, yang hanya aku bisa melihatnya. Dia juga sudah membawakan makanan untuk makan malam.

Aku bergegas mengajaknya segera pulang.
Di asrama, aku kembali memperingatinya dengan suara lembut agar jangan mengulangi lagi perbuatannya menjemputku di kantor, lebih baik di tempat biasa.
“Kak, aku hanya ingin melihat-lihat kantormu dan selain rindu yang selalu ingin menggebu-gebu ingin bertemu denganmu. Dan, ada hal penting yang ingin aku bicarakan pada kakak,” ia memelas.
Aku menghela nafas panjang.
“Baiklah. Apa yang ingin kamu tanyakan?”
“Sebentar lagi kan ada ospek di luar tapi kali ini Dekan tidak menyetujuinya. Jadi, bagaimana ni kak?”
“Hmmm. Sebenarnya persoalan itu selalu terjadi setiap tahun. Saya punya usul yang Insya Allah bisa membuat Dekan menyetujui kegiatan ospek di luarmu.”
“Apa itu kak?” mata Sing menyala.
“Kamu tambahkan kegiatan penghijauan atau kegiatan-kegiatan lain yang bermanfaat. Berhubungan dengan alam, ataupun misalnya membantu anak yatim dengan mengunjungi pantia asuhan.”
“Ya Allah kak. Kenapa kakak pintar sekali?”
“Apaan sih? Biasa aja? Dan, tidak nyambung tahu.”
“Baiklah. Aku setuju dengan saran kakak.”
Kemudian, kami berdua makan bersama di serambi kosku. Beberapa kali ia menyuapiku dan begitupun sebaliknya. Meskipun makanan kami ala kadarnya, nasi goring dengan tahu isi. Terasa nikmat seperti spaghetti, karena makan dengannya.
“Kalau begitu aku pamit dulu ya,” tersenyum.
“Ia, hati-hati.”
“Assalamualaikum,” ia kemudian mencium telapak tangan kanannya kemudian memberikan kiss bye.
Aku tersenyum geli.
Motornya yang kemarin rusak sudah baik. Pun ia mengendarainya dengan raungan santai. Tidak membela jalan sepertinya sebelumnya. Semua itu dilakukannya setelah aku memperingatinya, bahwa keselamatannya adalah hal yang penting buatku. Jangan membuatku khawatir, pun pasti orang tuanya dan orang yang menyayanginya juga berpikir begitu.
***
Alhamdulillah. Dekan pun menyetujui kegiatan ospek di luar Sing dan teman-temannya. Sesuai dengan usulku dengan menambahkan kegiatan penghijauan di daerah dekat pantai. Sebelumnya aku mengatakannya padanya akan pergi bersama, tetapi karena ada kerjaan mendadak maka hal itu pun hanya menjadi keinginan yang tak tercapai.
“Tidak apa-apa kak. Kakak selesaikan saja pekerjaan kakak,” katanya di telepon. Memang terdengar tidak apa-apa. Tetapi, aku masih merasa sedih. Pun aku harus menyelesaikan pekerjaanku pada hari itu, sebaik mungkin dan meskipun larut aku datang di lokasi ospek Sing bersama Nini.
***
Acara pemberian gelang sudah dilakukan. Kini waktu bersantai ria antara senior dan junior. Aku duduk di samping Singto, membuat Nini, Muhdar, May dan yang lainnya lagi-lagi menggoda kami. Dan yang tidak habis terpikir, Nini mengatakan kepada semuanya bahwa aku begitu ingin bertemunya dengan Sing, sang pacar. Aku begitu malu, tetapi tidak bisa aku pungkiri. Sing tertawa lepas dan aku beberapa kali mencubit lengannya.
SPECIAL
Aku sudah akan pulang bersama Nini karena besok pagi aku harus sudah bekerja. Saat kami hendak berangkat, aku ingin menemui Sing dan mengatakan maaf sekaligus bangga kepadanya. Ia berhasil menjadi ketua hazer.
Kami berdua, duduk di bibir pantai dengan bintang dan bulan menjadi penerang alam. Dari kejauhan banyak senior dan junior yang masih bersenda gurau bersama.
“Selamat ya Sing, kamu berhasil menjadi ketuas Hazer dan aku punya sesuatu padamu,” aku meyodorkan sebuah kotak yang sudah dibungkus cantik dan berisi sebuah hadiah.
Ia membukanya perlahan dan menemukan dasi merah kesukannya.
“Makasih ya.”
“Ia.” Aku tersenyum.
Ah, bahagia sekali melihat senyumnya karenaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar