Sekitar akhir Desember, setelah saya sama Salim melakukan perjalanan dari Makassar selama kurang lebih 9 hari (urus instrumen sih. Hehehehehe), kami ditambah Husran melakukan perjalanan lagi ke Tibung, Tutar. Awalnya sih, mau pagi-pagi sekali tetapi karena harus ikut kuliah dulu, maka berangkatnya pukul 11 menjelang siang (Bayangkan panasnya di jalan. Maafkan aku Husran dan Salim. Hehehehehe)
Kami pun berangkat ke sana, dengan banyak ole-ole yang sudah kami siapkan memang. Ah, tidak, maksudnya kami pesan tetapi kami sudah niatkan memang dari waktu yang lama. Walaupun tidak mahal, tetapi ikhlas dan tulus dari kami, untuk mereka yang di sana, menganggap kami seperti keluarga sendiri.
Selama
perjalanan, ada satu hal yang saya sesali. Ah, tidak, maksudnya dua. Mianeo
anakku Salim, saya selalu marah-marah, padahal kamu tidak salah apa-apa.
Harusnya mereka yang peka, maksudnya teman-teman kamu, yang dari awal harusnya
jemput kita, apalagi banyak barang yang kita bawa. Sekali lagi, maafkan bapakmu
ini, anakku.
Tahu
kedua yang saya sesali, yaitu Jubaidi, dkk., tidak cepat menjemput kami
(Hehehehehe). Namun, bukan menjadi alasan untuk tidak menikmati liburan
sekaligus tahun baru di sana. Rasanya asyik, kami bergabung dengan anak-anak di
sana, yang tidak hanya dari siswa-siswa kami. Kami dihidangkan oleh keluarga
Kadir Kecil, sop ayam yang rasanya maknyus dimulut. Ada juga cerita menarik
saat di sana, makan di rumahnya Bahara dengan membawa mie sendiri (Hehehehehe).
Cuaca
dingin, hujan gerimis, perut yang kekenyangan, dan kehangatan orang-orang di
sana, membuat kami betah. Senang rasanya bisa menjadi bagian cerita mereka.
Semoga perjalanan-perjalanan berikutnya ke sana selalu menyenangkan. Amin Ya
Rabbal Alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar