Bagaimana tidak, meskipun tiga hari di Tutar (kampung Salim, dkk) memberikan pengalaman menarik bagiku dan sahabatku Husran, yang tidak akan pernah kami lupakan. Mulai dari melewati jalan terjal, kemudian di bawahnya ada jurang, kemudian sesekali melewati jalan tandus, tapi ada juga jalan di atas gunung yang memberikan view menarik, gunung hijau di atasnya langit biru nan indah, terdengar kicauan burung yang seolah menyanyi dengan merdu. Sungguh mengasyikkan.
Awalnya
saya, Husran, Jubaidi, Hamsyah, Nurjan, Salim, Abd. Kadir A, dan Abd. Kadir S.
ke Tutar dengan niat menghadiri doa bersama almarhum kakaknya Jubaidi
(Alfatihah). Dengan modal nekat, padahal sebelumnya belum pernah berjalan di
atas gunung dengan jarak tujuh kilo, saya pun berangkat bersama dengan yang lainnya
(hanya saya dan Husran yang barusan ya. Hehehehehe). Sekitar jam 10, kemudian
sekitar jam 1 siang ada di Sendana.
Di Sendana,
kami menunggu ojek untuk mengantarkan kami ke Limboro dan Limboro awal kami
berjalan sampai kampung halaman Jubaidi, dkk. Sempat beberapa kali, ah, tidak,
berkali-kali saya mempolopori untuk berhenti jalan, karena kaki rasanya mau
putus, capek dan letih menghadang. Namun, mengingat waktu yang jangan sampai
matahari tenggelam, kami pun bergegas dan akhirnya sampai jam 5 (barusan saya
dan Husran jalan 3 jam lebih).
Tetapi semua terbayarkan, keluarga Jubaidi, dkk, sangat ramah kepada kami. Kami disambut hangat dan serasa keluarga sendiri. Selama di sana, serasa rumah sendiri, kenyang terus. Ya, meskipun saya sempat sakit tetapi itu tidak membuat saya untuk kapok jalan-jalan ke sana, Tibung, Tutar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar